Riyadh semakin serius menjajaki kemungkinan transaksi minyak Arab Saudi-China dibayar dengan yuan. Jika punya yuan dari menjual minyak, Riyadh bisa membayar perusahaan-perusahaan Beijing itu dengan yuan pula.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
RIYADH, KAMIS — Arab Saudi, Iran, dan Rusia yang merupakan produsen utama minyak dunia semakin mendekat ke China-India. Ekonomi menjadi alasan utama kedekatan lima negara itu. Perdagangan Arab-Saudi China memang terus meningkat sepanjang abad ke-21.
Dalam tiga pekan terakhir, paling tidak ada empat pengumuman besar terkait relasi Beijing-Riyadh. Pengumuman terbaru diungkap Saudi Press Agency pada Selasa (28/3/2023) malam waktu Riyadh atau Rabu dini hari WIB. Kabinet Arab Saudi setuju Riyadh menjadi mitra wicara Shanghai Cooperation Organization (SCO). Status itu setahap di bawah keanggotaan penuh organisasi yang dimotori China-Rusia tersebut.
Selain China dan Rusia, sejumlah negara Asia Tengah menjadi anggota SCO. Iran juga sudah melamar menjadi anggota penuh SCO. Adapun Turki masih menjajaki bergabung dengan organisasi itu. Dalam pertemuan SCO 2022, perwakilan Turki dan Iran sudah hadir.
Pengumuman kabinet Arab Saudi itu mencerminkan kedekatan Beijing-Riyadh. Hubungan dagang menjadi salah satu faktor kedekatan tersebut. Dari 4,1 miliar dollar AS pada 2001, volume perdagangan China-Arab Saudi menembus 87 miliar dollar AS pada 2021. Sementara dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, Arab Saudi hanya mencatatkan masing-masing 25 miliar dollar AS dan 53 miliar dollar AS pada 2021.
Kesepakatan Aramco
Sehari sebelum pengumuman kabinet, ada pengumuman dari Saudi Aramco. Raksasa industri minyak dan petrokimia global itu mengumumkan tiga kesepakatan investasi di tiga provinsi China. Di Guandong, Aramco mendapat hak eksplorasi minyak dan pengembangan energi terbarukan. Aramco juga diberi hak menjajaki aneka peluang investasi di salah satu pusat perekonomian China itu.
Di Zhejiang, Aramco membeli 10 persen saham Rongsheng Petrochemical dengan nilai 3,6 miliar dollar AS. Aramco juga setuju memasok 480.000 barel minyak per hari selama 20 tahun ke Zhejiang Petrochemical Corp (ZPC). Di anak usaha Rongsheng Petrochemical, Aramco sudah lebih dulu punya 9 persen saham.
Sementara di Liaoning, Aramco akan menggandeng Norinco dan Panjin Xincheng membuat Huajin Aramco Petrochemical Company (HAPCO). Norinco, Aramco, dan Panjin Xincheng memegang masing-masing 51 persen, 30 persen, dan 19 persen saham HAPCO. Bisnis utama HAPCO adalah pengilangan minyak dan pabrik petrokimia. Aramco akan memasok hingga 210.000 barel minyak per hari ke HAPCO. Selama ini, Arab Saudi telah memasok rata-rata 1,9 juta barel minyak per hari ke China. Rusia menyusul dengan 1,6 juta barel per hari.
Penggunaan yuan
Dalam laporan pada 15 Maret 2023, The Wall Street Journal mengungkap bahwa Riyadh semakin serius menjajaki kemungkinan transaksi minyak Arab Saudi-China dibayar dengan yuan. Sebenarnya, penjajakan sudah dilakukan sejak 2015. Mantan Menteri Energi Arab Saudi Falih Khalid diperintahkan untuk menelaah potensi transaksi itu.
Perang Ukraina yang diikuti pembekuan rekening Rusia berisi ratusan miliaran dollar AS berkontribusi pada pembahasan penggunaan yuan. China dan banyak negara gelisah dengan rangkaian sanksi oleh Amerika Serikat dan sekutunya itu. Mereka khawatir, dana terkait transaksi energi di antara mereka ikut dibekukan pula suatu hari nanti.
Alasan lain, kini semakin banyak proyek di Arab Saudi dikerjakan perusahaan China. Jika punya yuan dari menjual minyak, Riyadh bisa membayar perusahaan-perusahaan Beijing itu dengan yuan pula. Sejumlah analis juga menaksir, keseriusan Arab Saudi soal yuan terkait dengan Iran. Riyadh berharap bisa lebih mendorong Beijing menjinakkan Teheran jika Arab Saudi setuju menerima yuan.
Laporan The Wall Street Journal diungkap beberapa hari setelah Arab Saudi-Iran, atas fasilitasi China, setuju menormalisasi hubungan. Pengumuman pada 10 Maret 2023 itu membuat China kini dekat dengan empat raksasa minyak global.
Arab Saudi, Iran, Venezuela, dan Rusia merupakan pemilik dan atau pemasok utama minyak global. China akrab dengan empat negara itu. Sebelum dengan Arab Saudi, China sudah lebih dulu akrab dengan tiga negara lain.
Bersama Afrika Selatan, Brasil, dan India, China-Rusia membentuk kongsi ekonomi yang dikenal sebagai BRICS. Kecuali dengan Brasil, hubungan di antara anggota BRICS semakin meningkat. Bahkan, Afrika Selatan mengundang China-Rusia berlatih perang laut beberapa pekan lalu. (AFP/REUTERS)