NATO masih menginginkan Ukraina bergabung dengan aliansi militer ini. Sampai hal itu terwujud, anggota-anggota NATO akan memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan Ukraina.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
AP PHOTO/SERGEI GRITS
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (kiri) berbincang dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken (kanan) dan Menlu Jerman Annalena Baerbock (tengah) saat bertemu di Oslo, Norwegia, Kamis (1/6/2023). NATO masih menginginkan Ukraina bergabung dengan mereka meski rencana ini ditentang Rusia dan menjadi alasan invasi Rusia ke Ukraina.
OSLO, JUMAT — Amerika Serikat dan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tetap menjaga asa untuk menjadikan Ukraina sebagai bagian dari keluarga besar aliansi itu. Sambil menanti saat yang tepat menjadikan Ukraina sebagai bagian dari keluarga mereka, fokus NATO saat ini adalah memperkuat sistem pertahanan negara tersebut hingga perang usai.
Keinginan itu disampaikan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg saat pertemuan para menteri luar negeri NATO di Oslo, Norwegia, Kamis (1/6/2023). "Fokus kami sekarang adalah bagaimana kami dapat membawa Ukraina lebih dekat ke NATO, tempatnya,” katanya. Dia menambahkan, sebagian besar sekutu NATO setuju bahwa Ukraina tidak akan bergabung saat masih berperang.
Stoltenberg mengatakan, fokus negara-negara anggota NATO saat ini adalah membantu Ukraina untuk bisa menjamin keamanannya sendiri, terutama saat perang, dan juga di masa yang akan datang. Hal ini perlu dilakukan terutama untuk menghentikan ancaman agresi Rusia di masa yang akan datang.
Hal senada disampaikan Menlu AS Antony Blinken. Dia menekankan keinginan NATO untuk membantu Pemerintah Ukraina membangun kapasitas dan kapabilitas keamanan jangka menengah dan jangka panjang, terutama untuk mencegah agresi di masa yang akan datang.
Komitmen NATO ini muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengulangi desakannya agar negara-negara barat anggota NATO memberikan jawaban terhadap aksesi keanggotaan Ukraina. Bila saat ini belum memungkinkan, Zelenskyy mendesak agar NATO memberika jaminan keamanan bagi negaranya, termasuk memberikan peluang bagi Ukraina untuk bisa mengakses jet-jet tempur negara-negara NATO. Akan tetapi, sejauh ini belum ada lampu hijau bagi militer Ukraina untuk menggunakannya, termasuk dari AS sendiri.
AP/LIBKOS
Seorang anggota pasukan Ukraina terlihat di sebuah parit yang dijadikan tempat bertahan di dekat Bakhmut, Donetsk, Ukraina, Senin (22/5/2023).
AS sendiri saat ini terus menggelontorkan bantuan peralatan militer bagi Ukraina. Paket bantuan terbaru senilai 300 juta dollar AS baru saja diumumkan Pentagon, bersamaan dengan pertemuan di Oslo. Bantuan terbaru ini menjadikan total bantuan keamanan dari AS untuk Ukraina mencapai 37,7 miliar dollar AS.
“AS akan terus bekerja dengan sekutu dan mitranya untuk menyediakan kebutuhan perang dan bantuan keamanan jangka panjang,” kata Pentagon dalam pernyataannya.
Pentagon menyebut paket bantuan militer itu terdiri dari amunisi untuk sistem pertahanan udara Patriot, rudal pertahanan udara AIM-7, sistem pertahanan udara Avenger dan rudal anti-pesawat Stinger. Selain itu, Pentagon juga mengirimkan amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (Hi-MARS), peluru artileri 155mm dan 105mm, amunisi tank dan roket pesawat Zuni serta 30 juta butir amunisi untuk senapan.
Bersamaan dengan pengiriman bantuan tersebut, AS menarik garis merah penggunaan persenjataan itu, yakni agar senjata-senjata itu tidak digunakan untuk menyerang wilayah teritorial Rusia.
"Kami sudah sangat jelas bahwa kami tidak mendukung serangan di dalam Rusia. Kami tidak mengizinkan dan kami tidak mendorong serangan di dalam Rusia," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby.
Kirby mengatakan, AS dan NATO tidak akan mendikte wilayah atau sasaran mana yang harus diserang oleh militer Ukraina untuk melemahkan kekuatan Rusia dan mengusir militernya ke luar dari wilayah Ukraina. Keputusan itu sepenuhnya ada di tangan Zelenskyy dan para pemimpin militer Ukraina.
“Presiden (Volodymyr) Zelenskyy dan komandan militernya memutuskan apa yang akan mereka lakukan. "Kami tentu tidak ingin melihat serangan di dalam Rusia yang dilakukan menggunakan peralatan pasokan AS,” kata Kirby.
Pangan Dunia
Belum adanya titik temu yang bisa mendamaikan Rusia dan Ukraina memberi ancaman baru pada masyarakat global. Perserikatan Bangsa-Bangsa kini memperingatkan bahwa pembatasan jumlah kapal yang digunakan untuk mengambil dan mengirim produk gandum serta biji-bijian dari Ukraina bisa mengancam keamanan pasokan pangan global.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric mengatakan, pada bulan Mei hanya 33 kapal yang tercatat berangkat dari pelabuhan-pelabuhan di Ukraina untuk mengirimkan produk pangan negara itu ke pasar global. Jumlah ini menurun drastis, dari sebelumnya berjumlah lebih kurang 60-an kapal yang keluar masuk Ukraina pada bulan April. Total tonase yang diangkut pun berkurang menjadi hanya 1,3 juta metrik ton dari sebelumnya yang mencapai dua kali lipat.
AP PHOTO/EFREM LUKATSKY
Sebuah truk menurunkan muatan gandum di sebuah tempat penyimpangan di Desa Zghurivka, Ukraina, Selasa (9/8/2022). Pemerintah Rusia, Sabtu (29/10/2022) memutuskan mundur dari Kesepakatan Laut Hitam yang memungkinkan Ukraina bisa mengekspor gandum dan produk biji-bijian mereka.
Dujarric menyebut, berkurangnya jumlah kapal pengangkut produk biji-bijian Ukraina karena mereka tidak bisa mengekspor produk amonia yang dibutuhkan industri pupuk dunia. Terhentinya ekspor amonia Rusia, menurut Dujarric, karena Kyiv menutup saluran pipa yang digunakan untuk melepas amonia ke pasar internasional.
Dia mengatakan, pemerintah Rusia telah memberitahu PBB dan Turki yang menjadi koordinator Inisiatif Laut Hitam (koridor ekspor produk biji-bijian dan gandum Ukraina) tentang keputusan Kremlin untuk membatasi keluar masuk kapal dari tiga pelabuhan Ukraina, yaitu Yuzhny, Odessa dan Chernomorsk. Selain itu, bila semula kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina berlangsung selama 120 hari, kini dipotong menjadi 60 hari.
Amonia adalah bahan utama industri pupuk dunia dan Moskwa ingin membuka saluran pipa pengiriman dari Kota Togliatti ke Odessa untuk mengirimkan bahan itu ke pelanggannya. Otoritas Ukraina mengatakan, mereka membutuhkan waktu sekitar 30 hari untuk mempersiapkan jalur pipa yang diinginkan Rusia.
Akan tetapi, Ukraina tidak akan memberikan begitu saja lampu hijau bagi pengiriman amonia Rusia. Wakil Menteri Renovasi dan Infrastruktur Ukraina Yuriy Vaskov mengatakan Pemerintah Ukraina menginginkan jaminan dari Kremlin bahwa ekspor biji-bijian mereka berjalan normal jika pipa itu bisa digunakan nantinya.
Seorang sumber senior pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv akan mempertimbangkan untuk mengizinkan amonia Rusia transit di wilayahnya untuk diekspor dengan syarat bahwa kesepakatan biji-bijian Laut Hitam diperluas, mencakup lebih banyak pelabuhan Ukraina dan komoditas.