Pemenang Perang Ukraina
Invasi Rusia ke Ukraina peristiwa luar biasa dan tak terduga serta telah mengubah dunia. Tragedi bagi dunia itu adalah keuntungan besar bagi para penjual senjata, industri senjata, terutama AS. Perang terus berlanjut.
Sampai saat ini, bisa dibayangkan akan menjadi seperti apakah situasi di Ukraina ke depan. Sebab, sejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina dari sisi utara, timur, dan selatan pada 24 Februari 2022 pagi, yang ada hanyalah kehancuran Ukraina dan dampak perang yang dirasakan banyak negara.
Invasi Rusia ke Ukraina merupakan peristiwa luar biasa dan tak terduga serta telah mengubah dunia. Asumsi yang sudah lama dipegang bahwa perdamaian akan tercipta setelah berakhirnya Perang Dingin, adanya hubungan baik Barat dengan Rusia, dan berkurangnya peran NATO, dalam sekejap ambyar.
Perang, misalnya, telah merevolusi kebijakan pertahanan Jerman, membungkam pembicaraan Perancis tentang ”otonomi strategis”, meningkatkan persatuan Uni Eropa, menghidupkan kembali komitmen AS terhadap aliansi trans-Atlantik, mendramatisasi kesenjangan Utara-Selatan global, mereduksi peranan PBB sebagai penjaga perdamaian dunia.
Tidak bisa dimungkiri bahwa perang Rusia-Ukraina adalah tragedi bagi dunia. Korban manusia demikian banyak. Menurut Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR), per 12 Februari 2023, korban tewas 7.199 orang, 428 di antaranya anak-anak. Korban luka tercatat 11.756 orang. Sebanyak 7,9 juta orang mengungsi ke sejumlah negara Eropa. Di Ukraina sekitar 5,91 juta orang (65 persen adalah perempuan dan gadis remaja) tersebar sebagai pengungsi.
Baca juga : Setahun Perang Ukraina Makin Perdalam Permusuhan, Pertempuran Bakal Panjang
Baca juga : Tiga Negara yang Paling Diuntungkan Perang Ukraina
Organisasi Kesehatan Dunia, (WHO) mengungkapkan, hampir seperempat penduduk Ukraina kondisi kesehatan mentalnya terganggu karena perang. Kehancuran dan penutupan sekolah juga akan berdampak pada anak-anak dan remaja.
Diperkirakan 5,7 juta anak usia sekolah terkena dampak langsung, termasuk 3,6 juta anak akibat penutupan institusi pendidikan yang juga hancur di awal konflik.
Industri militer
Namun, tragedi bagi dunia itu adalah keuntungan besar bagi para penjual senjata, industri senjata, terutama AS. Data yang dirilis Kementerian Luar Negeri AS (25/1/2023) mengungkapkan penjualan senjata AS ke negara-negara dan kawasan lain naik hampir 50 persen (year on year) pada tahun fiskal 2022. Salah satu alasannya adalah eskalasi perang Ukraina.
Bahkan ABC News (20/1/ 2023) secara jelas menyatakan pemenang perang Rusia-Ukraina adalah industri senjata AS. Sampai saat ini, AS menjadi penyumbang senjata terbesar untuk Ukraina. AS telah mengirimkan bantuan militer senilai sekitar 29 miliar dollar AS. Sejak invasi Rusia, Kongres telah menyetujui sekitar 60 miliar dollar AS, dalam bentuk bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan untuk Ukraina.
Bahkan, Presiden AS Joe Biden saat berada di Kyiv mengatakan akan memberikan bantuan militer tahap kedua senilai 500 juta dollar AS. Akhir bulan lalu, Kementerian Pertahanan AS menyatakan sejak Februari 2022 total bantuan militer kepada Ukraina mencapai 27,1 miliar dollar AS.
AS juga berhasil menjual kecemasan akibat perang ke Eropa sehingga mereka pun membeli persenjataan dari AS. Menurut statistik, negara-negara Eropa telah sepakat membeli senjata dan perlengkapan militer lainnya senilai 230 miliar dollar AS. NATO memberikan bantuan militer senilai hampir 40 miliar dollar AS.
Maka, kata William D Hartung, Senior Research Fellow di Quincy Institute for Responsible Statecraft yang fokus pada industri senjata dan anggaran militer AS (Spectator, 8/2/ 2023), perusahaan-perusahaan militer mengeksploitasi perang Ukraina untuk meningkatkan keuntungan mereka.
Kompleks industri militer (military-industrial complex/MIC) Eropa pun mirip dengan yang di AS. Mereka mengambil untung dari perang.
Kata Gilbert Achcar (jacobin.com), parlemen Jerman (Bundestag) menyetujui Kementerian Pertahanan membelanjakan 10 miliar euro untuk membeli jet tempur F-35 buatan AS yang mampu membawa senjata nuklir. Polandia memutuskan membeli drone (pesawat nirawak) MQ-9 Reaper juga dari AS. Perang Ukraina telah memberi kesempatan pada Jerman menyingkirkan mesin perang sisa-sisa pasca-1945 untuk digantikan dengan yang baru.
Bahkan, industri militer Iran pun merasakan keuntungan dari perang Ukraina. Menurut laporan BBC, berdasarkan data dari Pemerintah Ukraina dan intelijen Barat, Rusia ”menggunakan pesawat nirawak Shahed-136 buatan Iran” (middleeasteye.net, Januari 2023). Pesawat nirawak ini dibuat Iran berdasarkan teknologi pesawat nirawak AS yang ditembak jatuh Iran pada 2011.
Peningkatan industri militer juga dilakukan Rusia untuk mendukung perang. Kata Putin, MIC Rusia yang kuat menjadi salah satu faktor kemenangan perang di Ukraina.
Setiap orang tahu bahwa perang tidak pernah bermanfaat baik bagi bangsa-bangsa, tidak peduli siapa yang kalah dan siapa yang menang.
Tergantung Putin
Setiap orang tahu bahwa perang tidak pernah bermanfaat baik bagi bangsa-bangsa, tidak peduli siapa yang kalah dan siapa yang menang. Namun, yang pasti, kedua belah pihak menderita—ekonomi hancur, meningkatnya anggaran pertahanan, militerisasi warga sipil, ketidakstabilan hubungan sipil-militer, dan kemunduran bagi proyek-proyek demokrasi.
Maka, kata Menlu RI Retno Marsudi, sekarang yang paling penting adalah bagaimana negara dunia membangun satu environment, lingkungan, untuk mendorong agar kedua negara mau duduk dan menyelesaikan masalah mereka. Akan tetapi, ini tidak mudah.
Apalagi kalau Rusia masih bersikukuh pada sikapnya setelah mencaplok Crimea tahun 2014, dan menguasai sebagian besar wilayah Donbas. Ketika itu, Putin membenarkan tindakannya dengan menjelaskan apa yang disebut Novorossiya.
Kata Putin, ”Saya akan mengingatkan anda semua bahwa yang disebut Novorossiya (Rusia Baru) kembali ke masa para tsar, yakni—Kharkov, Lugansk, Donetsk, Kherson, Nikolayev, dan Odessa—bukan yang kemudian bagian dari Ukraina. Wilayah-wilayah itu diberikan kepada Ukraina pada tahun 1920-an oleh Pemerintah Soviet. Dan, sekarang, wilayah-wilayah tersebut direbut dan dikuasai Rusia.
Dengan itu semua, Zbigniew Brzezinski menyebut Putin ingin mendirikan Euroasian Union. Kata Brzezinski (2014), itu hanyalah nama baru untuk bekas Uni Soviet atau bekas Kekaisaran Tzar.
Pada akhirnya, semua tergantung pada Putin. Perang akan terus berlanjut dengan pengorbanan puluhan ribu tentara baru, rakyat sipil, dan sisa-sisa persenjataannya yang sudah jauh berkurang jika Putin mencoba mempertahankan pandangan dan keyakinannya itu. Sebab, Ukraina pasti akan mencoba untuk melawannya dengan segala risikonya.
Sampai saat ini, Rusia telah memobilisasi rakyat dan industrinya, tetapi belum berhasil memuaskan nafsunya. Barat telah membongkar gudang-gudang persenjataan lamanya untuk mempersenjatai Ukraina, tetapi kurang banyak membantu mencari jalan damai.
Sementara, di Rusia, buku-buku pelajaran baru telah diterbitkan dan menjelaskan bahwa wilayah-wilayah yang direbut atau diklaim—termasuk wilayah yang masih dikuasai Ukraina—sebagai milik Rusia.
Putin terus mengulangi pernyataannya: ”Ini adalah wilayah Rusia.” Tentu, klaim itu disanggah Ukraina dengan dukungan AS dan Eropa. Jika klaim Rusia itu diterima sebagai syarat kesepakatan perdamaian, maka itu adalah konsesi yang menyakitkan bagi Ukraina.
Pada akhirnya, semua tergantung pada Putin.
Namun, sekarang ini belum sampai di sana, dan mungkin tidak akan pernah sampai di sana. Saat ini, kedua belah pihak berniat untuk memperkuat posisi mereka melalui keberhasilan militer. Jadi, perang terus berlanjut.
Maka, benar kata Aeschylus (525-456), Bapak Tragedi Yunani, dalam perang, kebenaranlah yang pertama-tama korbannya. Setelah itu, tidak ada yang menang dan kalah sebab setiap orang akan menjadi korban.
Trias Kuncahyono Wartawan Senior