Tiga Negara yang Paling Diuntungkan Perang Ukraina
Ujung dari perang di Ukraina, yang diawali invasi Rusia, 24 Februari tahun lalu, belum bisa diketahui. Tiga kekuatan (China, India, dan Amerika Serikat) mengambil momentum saat ini untuk konsolidasi posisi masing-masing.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Perang di Ukraina belum jelas kapan akan selesai. Meski demikian, sudah ada titik kejelasan tentang siapa paling diuntungkan dari perubahan yang dipicu oleh perang tersebut. China, India, dan Amerika Serikat—kebetulan nama tiga negara itu bisa membentuk singkatan CIA—bakal menjadi pihak paling diuntungkan dari situasi saat ini.
Direktur Jenderal International Institute for Strategic Studies John Chipman mengatakan, Eropa adalah inti arsitektur keamanan Barat. Perang Ukraina telah memaksa AS dan sekutunya menata ulang prioritas kebijakan keamanan mereka.
Sampai Desember 2021, Washington dan hampir seluruh sekutunya memusatkan perhatian ke Indo-Pasifik. Serangan Rusia ke Ukraina memaksa mereka mengubah perhatian.
Perubahan fokus gara-gara perang Ukraina itu menjadi kemenangan pertama China. ”Sangat jelas, perang akan bisa berakhir dengan (kondisi) Rusia dan Eropa semakin lemah. Sementara dua pemenang besar dari situasi ini adalah AS dan China,” kata Pierre Razoux, yang memimpin lembaga kajian FMES di Perancis.
Sampai sekarang AS dan sekutunya masih terus berusaha mempertahankan fokus di Indo-Pasifik. Namun, sebagian pihak meragukan komitmen Washington.
China petik manfaat
Dalam jajak pendapat ISEAS Yusok Ishak Singapura ditemukan, 53,5 persen responden tidak yakin pada Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang ditawarkan AS. Sebaliknya, 59 persen responden menganggap China sebagai kekuatan ekonomi utama di Asia Tenggara.
Perang juga membuat Rusia semakin bergantung kepada China. ”Rusia tidak dalam posisi bisa berunding dengan China, yang akan mengambil apa pun yang diinginkannya dari Rusia tanpa memberi apa yang diinginkan Rusia,” kata Agathe Demarais, pakar sanksi asal Perancis.
Menurut Razoux, Rusia akan mencoba mengurangi aras ketergantungan pada China. Caranya, dengan meragamkan mitra. ”Kremlin bertaruh dengan meragamkan ikatan geopolitik, ekonomi, dan strategis dengan Turki, Timur Tengah, Iran, dan Afrika,” kata Razoux.
Safari Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov ke sejumlah negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin merupakan bagian dari upaya Moskwa meragamkan hubungan yang erat.
Rusia juga bisa tidak sepenuhnya bergantung kepada China karena punya banyak cadangan bom nuklir. Cadangan Rusia jauh di atas China. Cadangan itu membuat Rusia punya kekuatan penggertak terhadap siapa pun. Meski juga punya senjata nuklir, China tidak mau ada perang nuklir.
Keuntungan lain China gara-gara perang Ukraina adalah Beijing mendapat energi dengan harga diskon dari Rusia.
Keuntungan lain China gara-gara perang Ukraina adalah Beijing mendapat energi dengan harga diskon dari Rusia. Lembaga konsultansi bisnis energi, Energy Aspects, menaksir China akan mengimpor hingga 2,2 juta barel minyak per hari dari Rusia pada 2023. Seiring pelonggaran dari karantina wilayah untuk pengendalian Covid-19, China membutuhkan lebih banyak energi untuk menggerakkan perekonomiannya.
Saat AS dan sekutunya menolak membeli minyak, gas, hingga batubara dari Rusia, China dengan senang hati menerimanya. Bukan hanya dapat potongan harga, sebagian komoditas itu dibayar China dengan renminbi. Dengan kata lain, China tidak perlu menggerus cadangan devisanya untuk mengimpor energi.
Pengabaian India
Bukan hanya China, India pun mendapat sumber energi murah dari Rusia gara-gara boikot AS dan sekutunya. Dalam laporan Nikkei pada Jumat (18/2/2023), terungkap impor India dari Rusia melonjak. Dari 7,7 miliar dollar AS pada Januari-Oktober 2021 menjadi 37,3 miliar dollar AS pada Januari-Oktober 2022.
“India membeli banyak minyak mentah, mengubahnya menjadi bahan bakar minyak, lalu menjualnya,” kata Menteri Perdagangan India Sunil Barthwal.
Berstatus sebagai importir minyak mentah, ekspor bahan bakar minyak (BBM) India malah melonjak. Pada April 2022-Januari 2023, India mendapatkan 78,5 miliar dollar AS dari ekspor BBM. Pada periode sama 2021-2022, India hanya mendapatkan 50,7 miliar dollar AS dari ekspor BBM.
“Kami tidak meminta perusahaan kami membeli minyak Rusia. Kami meminta perusahaan kami membeli minyak dengan harga terbaik. Sekarang, semua tergantung pasar,” kata Menteri Luar Negeri India S Jaishankar.
Bloomberg dan Reuters melaporkan, ekspor minyak Rusia ke India melonjak 70 persen sepanjang Januari 2023. Setidaknya enam tanker mengangkut minyak dari Rusia ke India pada Desember 2022 hingga awal Januari 2023.
New Delhi mengabaikan permintaan AS dan sekutunya untuk menghentikan impor energi dari Rusia. Bahkan, India pernah mengejek Uni Eropa karena Brussels, Belgia, meminta New Delhi berhenti mengimpor energi dari Moskwa. Jaishankar mengatakan, minyak Rusia yang dibeli UE dalam semalam lebih banyak dari minyak Rusia yang dibeli India dalam beberapa bulan.
Lembaga konsultan bisnis, Kpler, menyebut India-China menjadi penyebab sanksi AS dan sekutunya pada komoditas energi Rusia menjadi kurang bermanfaat. ”Rusia kini bisa mengirimkan minyak lewat tanker ke India atau China,” kata Viktor Katona, peneliti Kpler.
Ia mencatat, Rusia membeli tambahan 100 tanker sepanjang 2022. Sebagian tanker itu digunakan untuk mengangkut minyak ke China dan India. Rute pengiriman ke kedua negara itu terbukti lebih singkat dibandingkan ke Belanda.
Sebelum perang Ukraina meletus, sebagian besar minyak Rusia yang diangkut tanker dikirimkan ke Belanda dan Belgia. Dari sana, minyak Rusia dipasarkan lagi ke sejumlah negara.
Lembaga konsultan bisnis energi, Rystad, menyebut India menjadi terminal pembersih bagi minyak Rusia. Rystad dan sejumlah lembaga lain menyimpulkan, sejumlah negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia malah membeli minyak Rusia dari India.
AS raup untung
Bukan hanya China dan India yang diuntungkan. Seperti disebutkan oleh Razoux, AS menjadi pihak yang paling diuntungkan di antara para penyokong Ukraina. Boikot pada komoditas energi Rusia membuat gas alam dan minyak AS bisa masuk pasar Eropa. Padahal, harganya berkali lipat lebih mahal dibandingkan milik Rusia.
Dosen pada Georgetown University, Trita Parsi, menyebut bahwa sebagian pihak keberatan dengan miliaran dollar AS yang diberikan Washington ke Kyiv. Padahal, AS mendapat keuntungan amat banyak dari perang itu.
Sampai Desember 2021, AS setengah mati menjaga keutuhan dan relevansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Para anggota NATO di Eropa keberatan menambah anggaran pertahanan mereka. AS harus mengeluarkan biaya besar untuk operasional NATO di Eropa.
Serangan Rusia membuat anggota NATO di Eropa seketika menaikkan belanja pertahanannya. Sebagian digunakan untuk mengimpor persenjataan dari AS.
Peneliti pada Chatham House, Timothy Ash, menyebut bahwa bantuan Washington ke Kyiv adalah jenis investasi yang sangat menguntungkan. ”Rusia dipaksa fokus ke satu titik. Jadi, AS tidak perlu menghadapi Rusia di tempat lain,” katanya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyebut, perang Ukraina membuat Rusia akan kesulitan menantang AS untuk jangka sangat panjang. Moskwa akan butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkan militer dan perekonomiannya yang terdampak perang.
Sejak Perang Dunia II selesai, salah satu fokus kebijakan luar negeri Washington adalah menaklukkan Moskwa. Setelah berhasil pada akhir Perang Dingin, Washington kini kembali berhasil melakukan hal itu lewat perang Ukraina. (AFP/REUTERS)