Pasukan Ukraina terus kehilangan wilayah. Rusia punya lebih banyak peralatan, persenjataan, dan amunisi dibandingkan pasukan Ukraina.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Moskwa, Senin - Amerika Serikat meminta warganya meninggalkan Rusia dan tidak berkunjung ke negara itu. Washington menuding Mokswa akan melakukan penangkapan sembaranganya. Kedutaan Besar AS di Moskwa mengumumkan permintaan itu pada Minggu (12/2/2023) sore waktu Moskwa atau Senin dini hari WIB. Kedubes AS menyebut ada potensi warga AS ditangkap tanpa alasan jelas oleh aparat setempat.
Jika sampai ditangkap, warga AS akan sulit mendapat pendampingan dari perwakilan. “Kemampuan warga untuk menyediakan layanan darurat atau rutin amat terbatas, khususnya di daerah yang jauh dari Kedutaan Besar AS,” demikian tercantum di pernyataan itu. Warga AS yang sekaligus punya kewarganegaraan Rusia diminta segera meninggalkan Rusia. Sebab, kewarganegaraan AS tidak melindungi mereka dari ketentuan wajib militer di Rusia. Jika terkena kewajiban, berarti harus ikut perang di Ukraina.
Kedutaan AS juga mengingatkan, penerbangan dari dan ke Rusia amat terbatas. Aneka layanan keuangan lintas negara juga nyaris tidak tersedia lagi. Karena itu, keluar dari Rusia diakui akan sangat sulit. Kedutaan AS tidak akan menyediakan pesawat atau alat angkut lain bagi warganya yang mau keluar Rusia. Mereka diminta berusaha sendiri.
Peringatan dikeluarkan menjelang setahun serangan Rusia ke Ukraina. Salah satu dampak perang yang masih berlanjut adalah pengungsi di dalam dan luar Ukraina. Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) soal Pengungsi (UNHCR) mencatat 8 juta warga Ukraina mengungsi di berbagai penjuru Eropa.
Sebanyak 4,8 juta di antara pengungsi itu telah mendapat status perlindungan sementara. Status itu memungkinkan pengungsi mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan tunjangan sosial. Sementara anak-anak pengungsi bisa sekolah.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyebut, anggota Uni Eropa tidak menerima pengungsi Ukraina secara seimbang. Polandia kini menampung hingga 1,5 juta orang. Sementara Spanyol hanya menerima 160.000 orang. “Kondisi ini tidak boleh diteruskan,” ujarnya sebagaimana dilaporkan Bild Am Sontag.
Memang, arus pengungsi ke luar Ukraina sudah berkurang dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, Uni Eropa tetap perlu waspada pada potensi tambahan arus pengungsi. Sebab, belum jelas kapan perang akan berakhir. Selain ke luar, sebagian pengungsi ada di berbagai wilayah Ukraina. Mereka terpaksa meninggalkan rumah yang hancur karena perang.
Persenjataan
Menjelang setahun berlangsung, belum ada tanda perang akan segera berakhir. Ukraina masih terus berusaha mencari tambahan senjata dari mitra dan sekutunya. Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kembali meminta jet tempur kepada para pemimpin Uni Eropa.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, Paris tidak menutup kemungkinan memberikan jet tempur. Walakin, Paris menilai sekarang belum tepat memberikan pesawat tempur ke Ukraina.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov juga terus mendesak itu. Di tengah rumor pemecatannya, Reznikov mengumumkan rencana menghadiri pertemuan mitra Ukraina di Jerman pada Selasa (14/2/2023) ini. Ia fokus meminta jet tempur, percepatan pengiriman tank, serta tambahan amunisi. Kyiv berharap jumlah persenjataan dan amunisi memadai untuk menyerang balik pasukan Rusia.
Kekurangan persenjataan dan amunisi antara lain dirasakan pasukan Ukraina di Bakhmut. Dilaporkan BBC, pasukan Ukraina di sana terus kehilangan wilayah. Pasukan Ukraina di sana mengakui, hanya soal waktu sebelum Bakhmut diduduki Rusia. Sebab, Rusia punya lebih banyak peralatan, persenjataan, dan amunisi dibandingkan pasukan Ukraina.
Memang, para komandan di sana masih menolak mundur dari Bakhmut yang sudah dipertahankan sejak Juli 2022. Meski demikian, mereka mengaku siap jika memang diperintahkan mundur. Pasukan Ukraina sudah berkali-kali melakukan itu.
Sementara Direktur Kerja Sama Teknis dan Militer Rusia Dmitry Shugayev mengatakan, AS dan sekutunya memang menjanjikan banyak persenjataan. Masalahnya, banyak senjata yang dikirimkan AS dan sekutunya sudah tua. “Mereka (AS dan sekutunya) membohongi warga sendiri. Katanya memberi senjata untuk Ukraina. Padahal, cuma alasan untuk menambah persenjataan baru dan menghidupi industri persenjataan mereka,” ujarnya sebagaimana dikutip TASS.
Di sisi lain, ia juga mengakui Rusia harus berkonsentrasi memenuhi kebutuhan persenjataan internalnya gara-gara perang Ukraina. Karena itu, ekspor persenjataan Rusia harus disesuaikan ulang. Ia menyebut, perang itu sebagai ajang menunjukkan kemampuan berbagai jenis persenjataan dan amunisi. Para praktisi dan pakar persenjataan berbagai negara bisa memantau aneka persenjataan dalam perang itu. (AFP/REUTERS)