Jurnalis Top AS Sebut Washington sebagai Dalang Sabotase Nord Stream
Amerika adalah dalang di balik sabotase peledakan jaringan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik pada 26 September 2022. Demikian laporan jurnalistik yang dibuat Seymour Hersh, wartawan investigasi veteran Amerika Serikat.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·4 menit baca
Berjudul ”How America Took Out The Nord Stream Pipeline”, laporan investigasi itu terdiri atas 26.231 karakter. Jika dituangkan dalam dokumen Word, laporan itu terdiri atas 16 halaman. Hersh mengunggahnya pada blok pribadinya yang menggunakan layanan Substack, Rabu (8/2/2023).
Hersh dalam laporan itu mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah dalang di balik dua kali ledakan pada jaringan pipa gas bawah laut Nord Stream per 26 September 2022. Operasi sabotase itu disiapkan sedemikian rupa melibatkan sejumlah pejabat tinggi Pemerintah AS, termasuk Presiden Joe Biden.
Nord Stream adalah jaringan pipa bawah laut yang menyalurkan gas dari Rusia ke Jerman dan sejumlah negara Eropa lainnya. Jaringan ini membentang melalui Laut Baltik dari Vyborg di Rusia menuju Lubmin, daerah dekat Greifswald di Jerman.
Hersh dalam laporan itu mengungkapkan bahwa Amerika Serikat adalah dalang di balik dua kali ledakan pada jaringan pipa gas bawah laut Nord Stream per 26 September 2022.
Nord Stream 1 telah menyalurkan gas murah dari Rusia ke Jerman dan banyak negara Eropa barat lainnya selama lebih dari satu dekade terahir. Adapun Nord Stream 2 adalah jaringan pipa gas yang dibangun belakangan, tetapi belum digunakan. Nord Stream 1 sepanjang 1.200 kilometer (km). Nord Stream 2 sepanjang 1.230 km.
Jaringan tersebut vital bagi Eropa ataupun Rusia. Sebab, gas merupakan energi yang paling banyak dikonsumsi Eropa. Porsinya mencapai 34 persen dari total konsumi energi. Pada urutan berikutnya adalah minyak dengan porsi 31 persen.
Rusia adalah pemasok utama gas kebutuhan Eropa. Porsinya mencapai 40 persen dari total gas yang diimpor Benua Biru pada 2021. Bagi Rusia, Nord Stream adalah infrastruktur sumber devisa negara.
Operasi sabotase
Dalam laporannya, Hersh mengatakan, keputusan untuk mengebom jaringan pipa dibuat secara rahasia oleh Biden bersama dengan pejabat Pemerintah AS lainnya. Tujuannya menghentikan kemampuan Moskwa menghasilkan miliaran dollar AS dari penjualan gas alam ke Eropa.
Washington, Hersh melanjutkan, juga percaya bahwa jaringan pipa gas memberi Rusia pengaruh politik atas Jerman dan Eropa Barat. Faktor ini dapat digunakan untuk melemahkan komitmen mereka ke Ukraina setelah invasi Rusia.
Dua minggu sebelum invasi 24 Februari 2022, masih menurut Hersh, Biden mengatakan secara terbuka bahwa AS tidak akan mengizinkan pipa Nord Stream 2 beroperasi jika Rusia menyerang Ukraina.
Di bawah kedok latihan NATO pada Juni 2022, penyelam Angkatan Laut AS dengan bantuan dari Norwegia menanam bahan peledak di saluran Nord Stream pada Juni 2022.
Mengutip satu sumber tanpa nama, Hersh menuduh bahwa gagasan itu muncul pertama kali pada Desember 2021 dalam diskusi di antara penasihat keamanan nasional utama Biden. Konteksnya adalah bagaimana merespons invasi Rusia ke Ukraina yang diperkirakan terjadi.
Central Intelligence Agency (CIA) kemudian mengembangkan rencana tersebut. Di bawah kedok latihan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Juni 2022, penyelam Angkatan Laut AS dengan bantuan dari Norwegia menanam bahan peledak di saluran Nord Stream. Selanjutnya, peledakan dilakukan tiga bulan kemudian dari jarak jauh.
Gedung Putih membantah
Gedung Putih membantah sepenuhnya laporan tersebut. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson menyebut laporan Hersh sebagai ”benar-benar fiksi”. Juru Bicara Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA) menyebut laporan itu ”sepenuhnya dan jelas-jelas salah”.
Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Norwegia menyatakan bahwa klaim bahwa Oslo mendukung operasi tersebut adalah tidak benar. ”Klaim-klaim itu salah,” sebut Kementerian Luar Negeri Norwegia.
Sementara Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu menyatakan, AS punya sejumlah pertanyaan yang harus dijawab terkait laporan Hersh. Ini terutama menyangkut peranan AS pada peledakan Nord Stream.
Fakta-fakta yang telah dipublikasikan tersebut harus menjadi dasar bagi investigasi internasional, membawa Biden dan para kaki tangannya untuk diadili.
Ketua DPR Rusia Vyacheslav Volodin menyerukan agar laporan Hersh menjadi dasar investigasi internasional. ”Fakta-fakta yang telah dipublikasikan tersebut harus menjadi dasar bagi investigasi internasional, membawa Biden dan para kaki tangannya untuk diadili,” katanya.
Volodin menambahkan, AS juga harus membayar kompensasi kepada negara-negara yang terdampak oleh serangan terorisme yang dilakukan Washington tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin selama ini menuding kekuatan ”Anglo-Saxon” adalah dalang peledakan jaringan Nord Stream.
Penyidik dari Swedia dan Denmark telah menyatakan, ledakan Nord Stream adalah akibat sabotase. Namun, mereka belum menyebutkan siapa yang bertanggung jawab. Ledakan terjadi di zona ekonomi eksklusif Swedia dan Denmark.
Siapa Hersh
Seymour Hersh (85) adalah wartawan investigasi dan penulis politik AS. Ia menerima Pulitzer 1970 untuk kategori Pelaporan Internasional berkat laporan investigasinya atas Pembantaian My Lai pada Perang Vietnam yang diterbitkan pada 1969. Pulitzer adalah salah satu penghargaan paling prestisius atas karya jurnalistik di AS.
Laporan Hersh mengungkap pembantaian oleh pasukan AS terhadap lebih dari 500 warga Desa My Lai di Vietnam pada 16 Maret 1968, termasuk korban adalah anak-anak dan perempuan.
Ia menerima Pulitzer 1970 untuk kategori Pelaporan Internasional berkat laporan investigasinya atas Pembantaian My Lai pada Perang Vietnam yang diterbitkan pada 1969.
Pejabat militer Angkatan Darat AS berhasil menutup-nutupi pembantaian itu selama setahun. Namun, akhirnya, kisah nyatanya diungkapkan oleh pers AS hingga menyulut sentimen antiperang dan semakin membelah masyarakat AS atas Perang Vietnam.
Selama 1970-an, Hersh meliput skandal Watergate untuk The New York Times dan mengungkap pengeboman klandestin di Kamboja. Pada 2004, dia melaporkan penganiayaan militer AS terhadap para tahanan di penjara Abu Ghraib.
Dia juga telah memenangi dua Penghargaan Majalah Nasional dan lima Penghargaan George Polk. Pada 2004, ia menerima penghargaan George Orwell. (AFP/REUTERS)