Namanya sahabat, hubungan pasti juga ada naik dan turun. Perjanjian dagang menjadi hambatan yang harus diselesaikan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Uni Eropa dan Indonesia telah menikmati hubungan erat jauh sebelum kedutaan besar mereka dibuka di Jakarta pada tahun 1988. Keakraban ini tercermin di dalam acara Alun-alun Eropa yang dirayakan pada hari Sabtu (6/5/2023) di Jakarta yang dipenuhi pengunjung dari Indonesia.
Acara Alun-Alun Eropa ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun Uni Eropa (UE) yang jatuh pada hari Selasa (9/5/2023). Terdapat pameran dari sebelas kedutaan besar negara-negara Eropa yang ada di Indonesia beserta empat pusat kebudayaan Eropa.
"Kami ingin memperkenalkan UE kepada masyarakat Indonesia sekaligus ingin mempromosikan Indonesia lebih banyak lagi kepada masyarakat Eropa," kata Duta Besar UE untuk Indonesia Vincent Piket dalam wawancara khusus dengan Kompas.
Ia menjelaskan, UE ingin membuka hubungan perdagangan dan energi yang lebih erat dengan Indonesia. Okeh sebab itu, Perjanjian Kemitraan Komprehensif Indonesia-UE (IEU-CEPA) ditargetkan bisa selesai pada akhir tahun 2023. Memang ada banyak persyarakat dari Eropa yang harus dipenuhi.
"UE memang cerewet untuk soal standar karena standar kami tinggi sekali, tetapi ini juga untuk meningkatkan mutu proses dan hasil produksi Indonesia. Begitu produk Indonesia bisa menembus UE, kualitasnya terjamin dan bisa menembus pasar level atas mana pun," tuturnya.
Ia mencontohkan perjanjian perdagangan bebas yang telah dilakukan UE dengan negara-negara Asia, antara lain adalah Jepang dan Vietnam yang pertumbuhan ekonominya meningkat drastis. Apabila IEU-CEPA disepakati, UE akan menikmati pertumbuhan ekonomi sebesar 2 miliar euro, sementara untuk Indonesia diperkirakan pertumbuhannya mencapai 6 miliar euro.
Standar yang diterapkan oleh UE ini terkait di setiap lini produksi. Piket mencontohkan beberapa sektor di Indonesia yang oleh UE dinilai perlu ditingkatkan kualitasnya. Sektor pertama ialah di industri farmasi. Proses produksinya masih ada yang oleh UE dianggap harus dibenahi.
Sektor kedua adalah sektor pertanian, perhutanan, dan perkebunan. Pembenahan produksi di sektor ini berarti juga membenahi pemakaian pupuk, proses panen, hingga pengolahan hasil panen dengan metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Aspek perlindungan tenaga kerja juga diperhatikan khusus oleh UE.
Menurut Piket, di segi ekonomi berkelanjutan, UE mengamati kesadaran masyarakat Indonesia terus bertambah. Konsumen Indonesia semakin meminta produk yang dibuat dengan cara-cara yang bertanggungjawab terhadap sesama manusia dan alam. Ini juga mendorong peningkatan standar produksi Indonesia.
"Kami terus mendorong para pengusaha di Eropa agar meningkatkan investasi di Indonesia. Indonesia itu 35 persen pasar di Asia Tenggara dan negaranya stabil. Ini formula yang sangat menarik bagi investor," ujarnya.
Perusahaan-perusahaan Eropa terikat kewajiban untuk mempraktikkan standar yang sama di negara asal dengan kantor cabang maupun pabrik yang mereka buka di negara-negara lain. Komitmen ini juga bisa membantu Indonesia membenahi berbagai penerapan pengelolaan limbah produksi hingga pengadaan sumber energi ramah lingkungan.
"Indonesia secara sistem energi maupun pasar energinya memang belum bisa secara drastis meninggalkan bahan bakar fosil, tetapi UE siap berbagi ilmu karena di Eropa komitmennya ialah nirkarbon per tahun 2030," kata Piket.
Selain perekonomian, Piket mengatakan bahwa UE dan Indonesia sama-sama memercayai prinsip multilateralisme. Artinya, tidak ada kekuatan tertentu yang mendominasi dan memonopoli dinamika politik global. Prinsip ini tertuang di dalam komitmen UE dan Indonesia untuk menolak penjajahan, invasi, dan mengutamakan dialog dalam menyelesaikan konflik.
"UE menghargai Indonesia walaupun tidak mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tetapi Jakarta terus mendorong penghentian kekerasan, perundingan damai, dan menghormati kedaulatan negara sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," katanya.
Ia menerangkan kalimat menghornati kedaulatan sesuai Piagam PBB yang selalu diutarakan oleh Indonesia itu penting. Artinya, Jakarta mengakui batas-batas geografis setiap negara seperti yang tertuang di Piagam PBB. Faktor ini harus mendasari segala perundingan damai yang akan dilaksanakan.
Dalam Alun-alun Eropa, Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia diundang untuk membuka pameran. Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin membuka pameran karya seni para seniman Ukraina. Karya ini khusus mereka buat untuk dipajang di Indonesia guna memperkenalkan Ukraina ke masyarakat Indonesia.
"Indonesia negara yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan kedaulatan. Ukraina juga demikian. Kami hanya ingin hidup damai di dalam kemerdekaan dan kedaulatan," ucapnya.
Alun-alun Eropa ini merupakan pendekatan lunak dalam hubungan UE dengan Indonesia. Tampil pula berbagai kelompok musik Indonesia yang menekuni kesenian Eropa, salah satunya adalah Wofton. Ini adalah kelompok musik yang menggunakan alat-alat musik tradisional Irlandia, termasuk suling uilleann, sejenis instrumen pipa yang mirip alat musik pipa kantong Skotlandia.
"Saya saja kaget waktu tahu di Indonesia ada band yang memainkan lagu tradisional Irlandia dengan instrumen asli. Ini benar-benar diplomasi budaya yang bagus," kata Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Padraig Francis ketika menonton penampilan Wofton.