Dunia Arab Terpikat ASEAN
Dunia Arab melihat ASEAN sebagai kawasan potensial untuk mitra kerja sama ekonomi dan dagang. Kemajuan dan stabilitas ASEAN jadi daya pikat.
Indonesia menjadi tuan rumah KTT Ke-42 ASEAN yang digelar di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 9-11 Mei ini. Organisasi regional yang didirikan tahun 1967 atau sudah berusia 56 tahun itu memiliki kisah panjang, termasuk hubungannya dengan dunia Arab.
Dunia Arab sudah sejak tiga dekade lalu, persisnya sejak tahun 1990-an, melihat ASEAN sebagai kawasan yang sangat potensial untuk dijadikan mitra kerja sama perdagangan dan ekonomi. Dunia Arab saat itu sangat mengagumi keberhasilan pembangunan ekonomi kawasan ASEAN sehingga lahir negara-negara yang dijuluki ”Macan Asia” di kawasan itu.
Negara-negara ASEAN, seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia, sudah populer di mata dunia Arab sebagai negara Macan Asia. Singapura sudah dikenal lama sebagai negara maju, setara dengan Jepang, Korea Selatan, dan Eropa.
Baca juga: Meneguhkan ASEAN sebagai Pusat Kemajuan Ekonomi dan Perdamaian Global
Krisis ekonomi besar yang menghantam Asia, termasuk ASEAN, pada 1997-1998 memang sempat meredupkan pamor ASEAN, tetapi tak berlangsung lama. Negara-negara ASEAN segera pulih dari krisis ekonomi itu dan mampu menggerakkan lagi pertumbuhan ekonomi dan mendapat apresiasi dunia, termasuk dunia Arab.
Dunia Arab terakhir ini semakin apresiatif terhadap Asia, termasuk ASEAN, khususnya setelah tercapainya kesepakatan normalisasi hubungan Iran-Arab Saudi pada Maret lalu dengan mediasi China. Mulai muncul rumor sebaiknya China merintis upaya mendamaikan Palestina-Israel karena sampai saat ini tidak ada satu pun negara, termasuk AS, mampu mendamaikan Palestina-Israel.
Hubungan dunia Arab, khususnya negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC)—Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Kesultanan Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA)—dengan ASEAN sudah terjalin sejak 1990-an. Saat itu GCC terpincut dengan kemajuan ekonomi ASEAN yang membuat GCC ingin membangun kerja sama ekonomi dengan ASEAN. Sejak saat itu, GCC-ASEAN sepakat menggelar pertemuan tahunan di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.
Kesepahaman di Bahrain
GCC dan ASEAN menandatangani nota kesepahaman (MOU) di Bahrain pada Juni 2009 yang menjadi dasar kerja sama GCC-ASEAN di bidang ekonomi dan perdagangan bebas. Sejak itu, GCC-ASEAN sering menggelar pertemuan bilateral. Terakhir pertemuan itu digelar pada September 2019.
Impor GCC dari ASEAN sekitar 6 persen dari keseluruhan impor GCC dari seluruh dunia pada 2016-2020. Investasi GCC di ASEAN mencapai 13,4 miliar dollar AS sejak 2006. UEA memiliki investasi terbesar di ASEAN.
Adapun ekspor GCC ke negara-negara ASEAN mencapai 4 persen dari keseluruhan ekspor GCC ke seluruh dunia. Sebagian besar ekspor GCC ke ASEAN berupa minyak dan gas.
Baca juga: Cuan Bikin Pebisnis ASEAN Solid
Sementara Singapura telah menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan GCC pada 2008. Saat ini masih berlangsung proses perundingan GCC dengan Malaysia dan Indonesia untuk kesepakatan perdagangan bebas.
Tiga negara Arab Teluk, yakni Oman, Qatar, dan UEA, telah menandatangani kesepakatan persahabatan dan kerja sama dengan ASEAN pada pertemuan tingkat menlu ASEAN di Kamboja, 3 Agustus 2022. Sebelumnya, pada September 2016, Mesir dan Maroko sudah menandatangani kesepakatan persahabatan dan kerja sama dengan ASEAN.
Adapun hubungan politik GCC-ASEAN semakin berkembang terakhir ini, khususnya dengan Arab Saudi. Riyadh terakhir ini semakin memperluas hubungan dengan negara-negara ASEAN, yang mengantarkan Arab Saudi menjadi pintu utama negara-negara Arab Teluk menuju kawasan ASEAN dan Asia Timur.
Baca juga: Beban Geopolitik dan Perang Saudara di Asia Tenggara
Arab Saudi pun ketika menjabat sebagai ketua bergilir G20 pada 2020 mengundang tiga negara anggota ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, dan Vietnam, menghadiri berbagai pertemuan G20. Pejabat GCC dan ASEAN juga sering berkunjung pada masa pandemi dan pascapandemi Covid-19 untuk koordinasi menghadapi wabah Covid-19. Menlu Arab Saudi Faisal bin Farhan mengunjungi Indonesia dan Malaysia pada Juni 2022.
Ketika terjadi krisis hubungan Thailand-Arab Saudi, krisis tersebut bisa segera berakhir dengan kunjungan PM Thailand Prayut Chan-ocha ke Riyadh pada Januari 2022. Kemudian disusul kunjungan Gubernur Badan Investasi Arab Saudi Yasser al-Romeyan ke Bangkok dalam upaya memperkuat hubungan Arab Saudi-Thailand. Selain itu, ada kunjungan Menteri Pertahanan Malaysia Dato’ Mohamad Hasan ke Saudi beberapa kali.
Terus berkembang
Hubungan ekonomi GCC-ASEAN juga terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Aramco pada 2017 telah mengumumkan bekerja sama dengan Petronas dengan menanam investasi 7 miliar dollar AS di Malaysia. Pada 2013, UEA mengumumkan menanam investasi 6,57 miliar dollar AS untuk membangun kilang minyak yang mampu menampung hingga 40 juta barel minyak di Johor, Malaysia.
Baca juga: Tiga Pekerjaan Rumah Perdagangan ASEAN
Adapun Qatar juga menanam investasi senilai 5 miliar dollar AS untuk pembangunan kilang minyak di Johor. Tak ketinggalan Kuwait juga menanam investasi untuk pembangunan proyek penyulingan dan kilang minyak di Vietnam dan Indonesia. Arab Saudi merupakan investor asing terbesar kelima di Malaysia saat ini.
GCC dan ASEAN selama ini merasa saling membutuhkan. ASEAN butuh GCC karena dinilai memiliki letak geografis yang sangat strategis dan sumber alam melimpah, khususnya minyak dan gas.
GCC secara geografis bertepi ke Selat Hormuz yang amat strategis. Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur perairan delapan negara di kawasan Teluk Persia atau Arab. Delapan negara itu adalah Arab Saudi, UEA, Qatar, Bahrain, Oman, Kuwait, Irak, dan Iran. Hampir setiap 10 menit satu tanker melewati selat itu. Sekitar 40 persen impor minyak dunia melewati selat itu dan 90 persen ekspor minyak negara-negara Arab Teluk, Irak, dan Iran melalui jalur Selat Hormuz.
Dalam konteks ekonomi, negara-negara anggota GCC memiliki cadangan minyak dunia terbesar, yakni 33 persen cadangan minyak dunia berada di GCC. Lima dari enam negara anggota GCC kini memproduksi 18 persen kebutuhan minyak dunia. Lima negara anggota GCC itu adalah Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Oman, dan UEA. Maka, negara-negara anggota GCC menjelma menjadi negara terkaya di kawasan Timur Tengah.
Baca juga: Kisah Liberalisme di Kawasan Arab Teluk
Adapun GCC juga butuh ASEAN karena memiliki letak geografis yang strategis. Perairan kawasan ASEAN menjadi pelintasan dalam lalu lintas laut antara Eropa dan Asia Timur atau Asia Pasifik sejak dahulu kala. Pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota ASEAN rata-rata cukup kuat, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Singapura.
GCC, dengan dana yang melimpah hasil penjualan minyak dan gas, melihat ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat sebagai salah satu wilayah aman dan menjanjikan untuk basis penanaman investasi di luar AS dan Eropa.
GCC juga melihat posisi geografis ASEAN sangat strategis karena menjadi pelintasan kapal-kapal tanker minyak dari negara-negara GCC menuju negara-negara Asia Timur, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Saat ini importir minyak terbesar dari GCC adalah China, Jepang, dan Korea Selatan.
Arab Saudi, khususnya, sebagai tempat dua kota suci Mekkah dan Madinah, sangat mengincar pasar umrah dan haji dari negara-negara anggota ASEAN berpenduduk mayoritas Muslim, seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Maka, GCC pun tergiur sejak lama untuk menjalin kerja sama ekonomi dengan negara-negara ASEAN. Sebaliknya, ASEAN juga melihat negara-negara anggota GCC, sebagai negara-negara terkaya di kawasan, sangat potensial menjadi mitra dagang dan kerja sama ekonomi.
Baca juga: Potensi Ekonomi ASEAN
Negara-negara ASEAN pun, seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia, berlomba-lomba membujuk negara-negara GCC menanam investasinya di negara-negara tersebut. ASEAN juga melihat GCC sebagai pasar potensial untuk produk pertanian, makanan, dan teknologi dari negara anggota ASEAN.
Hubungan saling membutuhkan antara ASEAN dan GCC tersebut membuat kerja sama ekonomi, investasi, dan perdagangan kedua kawasan itu terus berkembang sampai saat ini.