Meneguhkan ASEAN sebagai Pusat Kemajuan Ekonomi dan Perdamaian Global
ASEAN memiliki peran strategis dalam rantai ekonomi dunia. Potensi ini membuat ASEAN bisa menjadi kekuatan penengah perdamaian dunia sekaligus akselerator kemajuan ekonomi.
Oleh
Budiawan Sidik A
·5 menit baca
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang diselenggarakan di Indonesia tahun ini kian meneguhkan semangat memajukan kawasan Asia Tenggara sebagai pusat kemajuan di kancah dunia. Dengan segala potensi perekonomian dan stabilitas keamanan yang tinggi, ASEAN berpotensi menjadi wilayah yang diperhitungkan untuk diajak bermitra oleh banyak negara dan kawasan di dunia.
Pada tahun 2023 ini Indonesia kembali dipercaya mengemban tugas keketuaan ASEAN setelah menerima estafet kepemimpinan dari Kamboja pada November 2022. Pada kepemimpinan yang kelima ini, Indonesia mengusung tema ”ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Tema ini bermakna Indonesia ingin menjadikan ASEAN memiliki arti penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan juga dunia.
Melalui keketuaannya, Indonesia berupaya memperkuat posisi ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan damai serta berperan sentral pada isu perdamaian dan kesejahteraan. Indonesia juga berupaya secara konsisten menjunjung tinggi hukum internasional, memperkuat kerja sama, dan tidak menjadikan ASEAN sebagai proksi dari kekuatan mana pun di dunia ini. Tujuan besarnya dapat membawa ASEAN menjadi kawasan yang kuat, inklusif, serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Semangat besar tersebut patut mendapat apresiasi dan dukungan secara optimal dari seluruh warga negara dan pemerintahan negara-negara anggota ASEAN. Dengan kian kondusifnya stabilitas negara-negara anggota, potensi kemakmuran ASEAN akan kian terwujud dengan mudah. Aliran investasi dari banyak negara, baik internal ASEAN maupun dari luar kawasan, akan terus mengalir dan menghidupkan perekonomian. Kapital yang tertanam akan menumbuhkan dunia usaha yang menyerap banyak lapangan kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tiap-tiap negara ASEAN.
Harapannya, kesejahteraan ASEAN itu juga akan linear dengan semakin besarnya kontribusi perekonomian kawasan terhadap perekonomian global. Berdasarkan data oec.world, kontribusi ASEAN dalam perdagangan global pada 2021 sekitar 1,73 triliun dollar AS. Kontribusi ini berasal dari nilai perdagangan ekspor dalam lingkup intra-ASEAN yang menguasai sekitar 20 persen nilai perniagaan ekspor global. Nilai ini sangatlah besar sehingga perdagangan antarnegara anggota ASEAN menjadi sangat penting untuk terus dijaga stabilitasnya.
Menurut laporan ASEAN Statistical Yearbook 2022, pada kurun 2019-2021, nilai perdagangan di dalam kawasan ASEAN sendiri merupakan yang terbesar di antara mitra dagang dengan kawasan lainnya. Rata-rata nilai dagang di kawasan intra-ASEAN per tahun sekitar 638 miliar dollar AS atau 21 persen dari total perdagangan antarkawasan di dunia. Besaran ini sedikit lebih tinggi dari nilai perniagaan ASEAN dengan China yang memberikan andil sekitar 19 persen dan terpaut jauh dengan valuasi dagang ASEAN dengan Amerika Serikat yang sekitar 10 persen.
Besarnya persentase tersebut menunjukkan bahwa menjalin harmonisasi di dalam kawasan ASEAN itu sangatlah penting karena seluruh negara ASEAN secara tidak langsung mampu saling melengkapi dalam berbagai hal. Sebagian besar komoditas yang diekspor negara-negara ASEAN terserap oleh negara anggotanya sendiri. Serapan komoditas ekspor ASEAN lebih besar daripada permintaan negara-negara sentra perekonomian dunia, seperti China dan AS sekalipun.
Faktor produksi dan pasar
Dinamisnya perdagangan antarkawasan ASEAN tersebut salah satunya didukung kepemilikan faktor produksi dan sekaligus pangsa pasar internal yang besar. Faktor produksi yang dominan antara lain investasi asing dan jumlah tenaga kerja yang besar. Investasi asing (FDI) yang masuk di kawasan ASEAN pada rentang 2012-2021 rata-rata terus meningkat 7,2 persen atau 7 miliar dollar AS per tahun.
Laju FDI itu menyebabkan nilai investasi asing ke ASEAN terus meningkat hingga hampir mencapai 180 miliar AS pada tahun 2021. Ada lima negara atau kawasan yang menjadi investor besar di ASEAN pada tahun 2021, yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, ASEAN, China, dan Jepang.
Selain modal, faktor produksi lain yang sangat penting dimiliki ASEAN dalam menjaga perekonomian adalah tenaga kerja produktif. Populasi di ASEAN sekitar 50 persen berada pada rentang usia 20-54 tahun atau usia yang produktif untuk mendorong kemajuan ekonomi. Sebagian besar angkatan kerja itu terserap dalam lapangan pekerjaan di tiap-tiap negara ASEAN. Indikasinya, tingkat pengangguran di negara ASEAN sekitar 4,4 persen pada 2021.
Dengan ketersediaan faktor produksi modal dan tenaga kerja itu, ASEAN mampu memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi permintaan pasar, baik secara regional maupun global. Selain itu, dalam rantai perdagangannya dapat dihasilkan siklus ekonomi yang relatif efisien.
Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, mencapai 663 juta jiwa, maka setiap komoditas yang dihasilkan dapat terserap pasar regional secara optimal. Oleh sebab itu, mayoritas komoditas produksi ASEAN terdistribusi ke negara-negara anggotanya sendiri.
Selain dari produksi internal kawasan, guna memenuhi permintaan barang dan jasa serta komoditas pendukung lainnya, ASEAN mendatangkan sejumlah produk dari negara ataupun kawasan lain. Hampir semua komoditas yang didatangkan dari luar ASEAN itu pada akhirnya bernotasi positif bagi neraca perdagangan kawasan. Dengan kata lain, tetap menguntungkan perdagangan internasional ASEAN karena notasi neracanya surplus yang menandakan ekspor lebih besar daripada impor.
Menurut data ASEAN Statistical Yearbook 2022, surplus perdagangan ASEAN pada tahun 2021 sekitar 85 miliar dollar AS. Ada sejumlah negara yang menghasilkan neraca surplus bagi ASEAN, antara lain AS, Uni Eropa, India, Kanada, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Sebaliknya, ada pula negara-negara yang menyebabkan notasi defisit bagi neraca perdagangan ASEAN. Diurutkan dari defisit terbesar adalah dari China, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia.
Penyeimbang
Dilihat dari mitra perdagangan internasional itu, peran ASEAN dalam menjaga perdamaian global sangat penting. ASEAN memiliki relasi perekonomian kuat, baik dengan Barat yang dipimpin AS maupun dengan China dan Rusia. Ketegangan geopolitik yang ”meningkat” di antara kedua blok itu akibat invasi Rusia ke Ukraina dan ketegangan di Indo-Pasifik harus membuat ASEAN netral demi menjaga stabilitas global.
Dengan keketuaan Indonesia saat ini, ASEAN harus mampu menjadi kekuatan penengah perdamaian dunia dan sekaligus akselerator dalam mendorong kemajuan ekonomi kawasan. Indonesia harus mampu menciptakan mata rantai yang menumbuhkan kemajuan ekonomi di seluruh negara anggota. Bahkan, harus mampu mendorong kemajuan negara-negara anggota yang tingkat pendapatan per kapitanya relatif masih rendah, seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar.(LITBANG KOMPAS)