Sentralitas ASEAN membutuhkan inovasi yang dapat dilakukan pelaku bisnis karena lebih agile dan fleksibel. Pelaku bisnis akan berminat untuk terlibat apabila melihat benefit dan profit yang bisa didapatkan dari ASEAN
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·5 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid memberikan sambutan saat pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Business 20 ( KTT B20) di Nusa Dua, Bali, November 2022. KTT B20 merupakan forum dialog resmi negara G20 bagi komunitas bisnis global.
Konsolidasi pelaku bisnis di negara-negara anggota ASEAN secara inklusif menjadi misi yang diemban Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid sebagai Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC). Selama Indonesia memegang keketuaan ASEAN, dia pun turut ‘blusukan’ ke negara-negara anggota untuk mengintegrasikan strategi bisnis dan ekonomi dalam satu kawasan.
Misalnya, pada Selasa (2/5/2023), dia berkunjung ke Brunei Darussalam untuk membahas isu-isu prioritas yang diusung beserta delapan proyek warisan atau legacy project. Selain itu, dia turut membicarakan prospek kerja sama pembangunan berprinsip kelestarian atau sustainability. Dua hari kemudian (Kamis, 4/5/2023), dia menyambangi Myanmar. Tak hanya soal isu prioritas dan proyek warisan, dia juga membahas pengembangan energi terbarukan dan prospek kerja sama dalam mengembangkan kendaraan listrik.
Upaya menyelaraskan strategi ekonomi dan bisnis negara anggota ASEAN seyogyanya tercermin melalui perdagangan sebagai salah satu indikator keberhasilan. Indonesia sudah memiliki sejumlah fasilitas perjanjian dagang, seperti Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas untuk Perdagangan Barang antara Negara Anggota ASEAN (ATIGA), Perjanjian Perdagangan Jasa ASEAN (ATISA), serta Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Sayangnya, pangsa pasar ekspor Indonesia ke ASEAN belum mencapai 20 persen. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, sepanjang 2022, ekspor Indonesia ke ASEAN mencapai 53,27 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dengan pangsa 19,3 persen.
Bagaimana nahkoda ASEAN-BAC menerjemahkan misinya ke dalam strategi ekonomi dan bisnis yang bermanfaat secara inklusif? Mari simak petikan wawancara yang berlangsung pada Jumat (5/5/2023).
Bagaimana pelaku usaha dan industri memandang relevansi ASEAN terhadap aktivitas ekonomi?
ASEAN penting bagi pelaku usaha dan industri. Kesepakatan kebijakan yang diambil oleh pemerintah di tingkat ASEAN akan dijalankan oleh pelaku usaha industri. Pelaku bisnis perlu taking a lead, yakni melalui ASEAN-BAC yang memberikan masukan dari segi bisnis. Private-lead dibutuhkan selain government-lead. Saat Indonesia memegang keketuaan ASEAN, pemerintah dan Kadin merasa perlu melihat dengan cara berbeda. Pemerintah meminta agar tidak hanya kebijakan, tetapi juga actions. Kadin dan pemerintah berdiskusi untuk membentuk langkah serupa dengan forum B20 saat Indonesia menjadi tuan rumah penyelanggaraan KTT G20 pada tahun lalu. Idenya adalah, membawa konsep Indonesia Incorporated yang menyelaraskan pemerintah dengan private sector ke tingkat ASEAN.
Dari awal, pelaku bisnis perlu diajak bicara dan mengambil peran sebagai co-lead ASEAN karena akan menjalankan kesepakatan yang ditandatangani pemerintah, termasuk soal Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC). Gagasan itu saya bawa ke anggota dewan bisnis (di ASEAN) dan bertanya pertanyaan dasar seperti, “Do we know what do we want in ASEAN? Are you happy with ASEAN? Apakah mau AEC ini terjadi?”. Oleh sebab itu, perlu ada diskusi beyond the business council karena hanya diwakili oleh 3 orang per negara sehingga sulit untuk mendapatkan gambaran riil keinginan mereka. Agar bersifat inklusif, kami mengadakan roadshow ke setiap negara ASEAN untuk menemui dewan bisnis, lembaga-lembaga yang menyerupai Kadin, klab bisnis, serta menteri-menteri yang membidangi perdagangan, lingkungan hidup, pertanian, dan kesehatan. Kita mengubah proses salah satunya untuk menjawab, “We have been dictated by advanced countries. Is it happened because we really have been dictated or because we don’t know what we want so it seems like we’re dictated?”. Dengan demikian, penting untuk pertama-tama mengetahui apa yang diinginkan pelaku bisnis se-ASEAN. Kita pun dapat menyatakan keinginan (pelaku bisnis ASEAN) ke advanced countries yang menjadi mitra negara ASEAN.
Agar lebih inklusif, kami tidak ingin legacy projects hanya berkaitan dengan dewan bisnis. Kami juga mengajak knowledge partner, institutional partners atau perusahaan-perusahaan yang ingin terlibat dalam diskusi di sektor-sektor yang diminati. Keterlibatan mereka penting untuk menjaga kontinuitas. Dalam hal ini, kalau tidak ada ‘duit’-nya, pelaku bisnis tak mau terlibat. Perlu ada cuan.
VIETNAM NEWS AGENCY / AFP/HOANG THONG NHAT
Presiden baru Vietnam diambil sumpahnya, 2 Maret 2023, di Hanoi. Vietnam merupakan salah satu anggota ASEAN dengan kinerja ekonomi mengesankan.
Motto ASEAN saat ini adalah “epicentrum of growth”. Bisnis setuju dan mendefinisikan episentrum pertumbuhan tersebut sebagai pertumbuhan terbesar global ada di Asia, khususnya ASEAN. Agar pertumbuhan ini dapat memberikan benefit bagi ASEAN, kami mengusung sentralitas ASEAN dengan pendekatan bisnis. Oleh sebab itu, Keketuaan Indonesia dalam ASEAN-BAC mengusung tema “ASEAN Centrality: Innovating toward Greater Inclusivity”. Artinya, untuk membentuk sentralitas membutuhkan inovasi. Kami percaya pelaku bisnis dapat melakukannya karena lebih agile dan fleksibel. Kami juga menggarisbawahi inklusivitas yang berarti tidak ada satupun yang tertinggal. Hal ini penting dalam mengenalkan nilai-nilai 5P (Peace, Prosperity, People, Planet, and Partnership). Berbicara soal inklusif, kita tidak perlu menunggu 10 negara untuk berkapasitas terlebih dahulu. Kita selalu terbuka dengan semua negara anggota dan mengundang mereka untuk terlibat ketika mereka merasa sudah siap.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Hasil kain tenun dipamerkan saat pesta rakyat dalam rangka KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (7/5/2023). Pembuatan kain tenun dari pemintalan kapas hingga selesai membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
Inklusivitas ini juga terwujud dalam 5 prioritas yang kami diskusikan di ASEAN, yakni transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, health resilience, food security, serta trade and investment facilities. Tiga isu pertama mirip dengan yang ada di G-20 karena Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang bergabung dalam G-20. Lima isu prioritas ini menghadirkan 8 legacy projects yang sebelumnya 7 legacy projects. Pertama, ASEAN QR Code sehingga dapat menopang transaksi berbasis mata uang lokal, terutama untuk usaha mikro, kecil, dan menengah. Kedua, Wiki Entrepreneurship sebagai platform konektivitas 3M, yakni mentor, market, and money. Ketiga dan keempat ialah ASEAN Net Zero Hub dan Carbon Center of Excellence. Selain itu, ada Inclusive Closed Loop untuk ketahanan pangan, program mengenai kesehatan, Platform Digital ASEAN, dan ASEAN “One Shot” Campaign.
Pangsa pasar ekspor Indonesia ke ASEAN belum optimal. Apa saja tantangannya?
Sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan mendasar. Kita bisa saja membanggakan bonus demografi di tengah transformasi digital yang meningkatkan efisiensi, produktivitas, hingga menjadi batu loncatan pekerja. Namun, tanpa keterampilan dan edukasi yang cocok dan pas, lapangan pekerjaan akan berkurang. Oleh sebab itu dibutuhkan terobosan. Keterampilan yang tepat sesuai kebutuhan membutuhkan standardisasi beserta komitenya. Secara teknis, peningkatan kapasitas SDM dapat diwujudkan dengan reskilling dan upskilling, selain memperkuat kesehatan dan pendidikan.
Selain itu, Indonesia perlu lebih memanfaatkan instrumen-instrumen non-tariff barriers untuk menjaga perdagangan. Ilustrasinya, terdapat negara yang membebaskan produk impor masuk tanpa tarif. Namun, untuk mencapai pasar dalam negeri, produk-produk impor tersebut membutuhkan proses yang panjang. Imbasnya, begitu produk impor itu sampai ke pasar, sudah ada produk lokal yang mampu bersaing.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid saat wawancara khusus dengan Kompas di kantornya di Kebayoran Baru, Jakarta, November 2022.
Di tengah tensi geopolitik saat ini, bagaimana Anda memandang posisi ekonomi ASEAN?
Dari segi pasar, ASEAN mesti bisa menjadi tuan rumah di kawasan sendiri. Penguatan pasar ini membutuhkan kebijakan dan ekosistem yang mendukung. Dari segi diplomasi perdagangan, kami menyatakan, ASEAN terbuka dan tidak pilih-pilih negara untuk menjadi mitra. Kami tetap mengalirkan pasokan ke China, Uni Eropa, hingga AS.
Bagaimana pandangan Anda terhadap visi ASEAN 2045?
Kami mendukung karena pelaku bisnis membutuhkan visi di tingkat ASEAN yang diselaraskan dengan cita-cita Indonesia. Dalam perumusan visi tersebut, kami akan melihat kemampuan sektoral yang dimiliki, misalnya di sektor kendaraan listrik dan pengembangan energi berbasis hidrogen. Setelah itu, ekosistem pendukungnya perlu dibahas, seperti perkembangan manufaktur yang berorientasi pada nilai tambah dan SDM yang kompeten.