Pembagian zakat di Yaman berakhir dengan lebih dari 80 orang tewas. Pengumpulan massa tanpa manajemen yang rapi dan disiplin acapkali berujung pada tragedi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
SANA’A, KAMIS—Sebanyak 85 orang tewas dalam peristiwa desak-desakan di salah satu distrik di kota Sana’a, Yaman, yang dikuasai oleh kelompok pemberontak Houthi. Dua pedagang ditangkap oleh Otoritas Houthi atas tuduhan membuat kekacauan yang mengakibatkan kematian dan luka-luka.
Peristiwa itu terjadi pada Rabu (19/4/2023) malam di Distrik Bab Al-Yaman, kota Sanaa. Ibu kota Yaman ini dikuasai oleh kelompok pemberontak sejak 2015. Di sana, mereka membentuk pemerintahan sendiri. Adapun Pemerintah Yaman di bawah Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi mengungsi ke Aden. Hadi sendiri berada di Riyadh, Arab Saudi.
Media daring yang terafiliasi dengan Houthi, Al-Masirah, melaporkan bahwa pada malam itu, dua pedagang mengggelar acara bagi-bagi sedekah untuk warga miskin di salah satu sekolah. Kegiatan ini untuk merayakan berakhirnya bulan suci Ramadhan dan menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri. Ratusan orang datang dan panitia acara tidak bisa mengendalikan mereka agar antre.
”Kegiatan bagi-bagi sedekah ini tidak berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Houthi) sehingga tidak ada aparat keamanan di lokasi yang bisa membantu mengatur warga,” kata Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Houthi Brigadir Jenderal Abdul Khaliq Al-Ajri kepada Al Masirah, Kamis (20/4/2023).
Warga berebut ke depan untuk mendapatkan uang sedekah. Akibatnya, mereka saling dorong dan kemudian saling tindih. Orang yang berada di belakang, berdasarkan video yang disiarkan Al-Masirah di laman mereka, memanjati tumpukan orang di depan demi merangsek ke depan.
Akibatnya, 85 orang tewas dan 322 orang terluka dalam insiden itu. Termasuk dalam korban adalah perempuan dan anak-anak.
Al-Ajri mengatakan, otoritas keamanan telah mengamankan dua pedagang yang menggelar acara itu untuk diminta pertanggungjawaban. Ketika mengunjungi para korban terluka di Rumah Sakit Al-Thawra, Kepala Lembaga Zakat Houthi Sheikh Shamsan Mohsen Abu Nashan menuturkan, Otoritas Houthi akan memberi santunan kepada korban.
Santunan sebesar 1 juta rial Yaman atau lebih kurang Rp 14 juta kepada setiap keluarga korban tewas. Adapun untuk yang terluka, Houthi berjanji menanggung semua biaya pengobatan dan pemulihan.
Yaman adalah salah satu negara termiskin di dunia yang dilanda perang saudara sejak 2014. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendata, 10.200 anak tewas akibat terluka dalam serangan, baik oleh militer maupun Houthi, pada 2021. Ada pula 377.000 warga yang meninggal akibat dampak perang.
Sebanyak 60 persen di antaranya akibat kelaparan. Sepertiga penduduk Yaman atau setara dengan 21,7 juta jiwa hidup sangat miskin dan bergantung pada berbagai bantuan sosial internasional. Organisasi Kesehatan Dunia menduga turut terjadi wabah kolera di negara itu. Apabila dihitung dari rumus model penularan penyakit, ada 2,5 juta warga yang dikhawatirkan terjangkit.
Awal April, Arab Saudi dan Iran melakukan pemulihan kembali hubungan diplomatik mereka setelah bersengketa selama tujuh tahun. Upaya ini dibantu oleh China selaku fasilitator. Normalisasi hubungan diplomatik kedua negara diharapkan berdampak positif bagi Yaman. Harapannya, perang saudara di Yaman bisa segera berakhir.
Arab Saudi merupakan pendukung Pemerintah Yaman. Sementara Iran mendukung Houthi. Normalisasi hubungan Riyadh-Teheran itu menjadi pintu masuk untuk perundingan damai antara Pemerintah Yaman yang diwakili oleh Arab Saudi dengan Houthi.
Bertindak sebagai fasilitator adalah Oman. Proses negosiasi belum selesai, tetapi sebagai penunjuk itikad baik kedua belah pihak telah membebaskan tawanan perang masing-masing sejak akhir pekan lalu.
Terdapat 900 tawanan perang yang dipertukarkan dan difasilitasi oleh Komite Palang Merah Internasional pekan lalu. Dari pihak Houthi, mereka membebaskan adik Presiden Hadi, yaitu Mayor Jenderal Nasser Mansur Hadi, dan mantan Menteri Pertahanan Yaman Mayjen Mahmud Al-Subaili.