Kita berharap Saudi dan Iran sama-sama gigih mendorong perdamaian sejati di Yaman, tak hanya menghentikan bantuan pada kubu-kubu yang bertikai. Pertukaran tawanan baru awal dari perdamaian sejati yang didambakan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perang dan damai tak ubahnya dua sisi pada satu keping mata uang logam yang sama. Keduanya sama-sama mengandung ”misteri besar”.
Mengapa ada perang? Mengapa ada perdamaian? Demikianlah pertanyaan dasar yang senantiasa diajukan para pemikir dan pemimpin negara sepanjang sejarah manusia. Berbekal pertanyaan-pertanyaan itu, berabad-abad manusia berusaha memahami apa yang menyebabkan perang, apa yang mencegah perang, dan bagaimana perdamaian diwujudkan.
Bertahun-tahun dilanda perang yang kejam, Yaman mengguggah kita semua untuk mengakui bahwa segenap kemajuan umat manusia tetap tak mampu menghadirkan perdamaian di negara itu. Yaman mengingatkan dunia, perang dan damai, walau berada pada satu keping uang logam yang sama, pada kenyataannya tetap tak mudah dipertemukan: tidak gampang mengakhiri perang untuk membangun perdamaian.
Konflik di Yaman memang mengerikan. Perang saudara di negara itu telah berlangsung hampir 10 tahun. Hingga 2021, ada 10.200 anak-anak meninggal akibat serangan langsung atau luka-luka. Di samping itu, sebanyak 377.000 warga Yaman tewas, dengan 60 persen di antaranya meninggal akibat kelaparan serta penyakit. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada 24,9 juta jiwa—80 persen penduduk Yaman—bergantung pada bantuan sosial agar bisa bertahan hidup.
Pertukaran tawanan di antara kubu yang bertikai memberi harapan akan terciptanya perdamaian di Yaman. Seperti diberitakan Kompas edisi Sabtu (15/4/2023), Pemerintah Yaman akan membebaskan 706 tahanan, sementara milisi Houthi membebaskan 181 orang. Kesediaan kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran tawanan setelah perang bertahun-tahun tidak lepas dari perkembangan mutakhir di Timur Tengah, yakni perbaikan relasi Arab Saudi-Iran.
Berkat mediasi yang dilakukan China, dua kekuatan penting di kawasan itu, yakni Saudi serta Iran, mau mengakhiri ketegangan dan menjalin kembali hubungan diplomatik. Situasi ini berdampak pada meredanya pula ketegangan milisi Houthi yang disebut-sebut dibantu Iran, dengan Pemerintah Yaman yang didukung Saudi.
Sinyal penuh harapan dari Yaman itu tentu menggembirakan. Akan tetapi, pemikir Johan Galtung mengingatkan, perdamaian sejati hanya muncul jika terbangun relasi yang tulus, jika terbentuk sistem sosial yang mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga. Dengan kata lain, perdamaian sejati tercipta kalau ada keadilan sosial. Perdamaian sejati tak akan hadir jika hanya mengandalkan hilangnya kekerasan (absence of violence). Perdamaian semacam ini disebut oleh Galtung sebagai negative peace.
Kita berharap Saudi dan Iran sama-sama gigih mendorong perdamaian sejati di Yaman, tak hanya menghentikan bantuan pada kubu-kubu yang bertikai. Pertukaran tawanan barulah awal dari perdamaian sejati yang didambakan oleh rakyat Yaman.