PM Kishida berkunjung ke New Delhi untuk semakin mendekatkan hubungan Jepang sebagai Ketua G7 dan India sebagai Ketua G20.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
AFP/SAUL LOEB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tiba untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Quad di Tokyo, Jepang, Selasa (24/5/2022).
NEW DELHI, SENIN — Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida tiba di New Delhi, India, pada Senin (20/3/2023). Ia mendadak berkunjung selama dua hari. Kishida dijadwalkan berbincang empat mata dengan Perdana Menteri India Narendra Modi mengenai berbagai topik terkait perkembangan situasi perekonomian dan keamanan dunia.
Kishida mendarat di New Delhi pada Senin pagi dan langsung bertemu secara tertutup dengan Modi. Setelah itu, kedua kepala pemerintahan itu melakukan taklimat media bersama. Kishida memaparkan bahwa mereka membicarakan banyak hal, di antaranya mengenai penanganan krisis pangan global dan pencegahan meletusnya perang nuklir.
”Situasi dunia sekarang kian pelik. Belum selesai satu masalah, muncul masalah baru. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk memastikan keamanan dunia, terutama mencegah pemakaian senjata nuklir atas alasan apa pun,” kata Kishida, dikutip oleh Kyodo.
Politikus Jepang ini berasal dari kota Hiroshima yang hancur akibat bom atom pada Agustus 1945. Pencegahan pemakaian senjata nuklir merupakan misi yang selalu ia emban dan sebar luaskan ke seluruh dunia.
Dalam taklimat itu, Kishida juga mengundang Modi untuk menghadiri pertemuan para kepala negara G7—organisasi tujuh negara terkaya di dunia—di Hiroshima pada Mei. Jepang merupakan Ketua G7 untuk tahun 2023, sementara India memperoleh jabatan ketua bergilir untuk organisasi 20 negara berperekonomian terbesar dunia yang mencakup Uni Eropa, yaitu G20.
Keketuaan Jepang berusaha menyelaraskan visi G7 dengan pandangan Indo-Pasifik ala Jepang yang menekankan kebebasan dan keterbukaan. Pada Februari, dalam pertemuan G7, sejumlah negara pengamat beserta organisasi internasional yang mencakup Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritisi G7 karena tidak bisa keluar dari topik perang antara Rusia dan Ukraina serta pemberian sanksi ekonomi atas Rusia.
”Ada banyak sekali masalah dunia yang mendesak, termasuk imbas perang tersebut atas ketahanan pangan dan energi global. Jepang semestinya bisa mendorong diskusi pada percepatan transisi energi ke energi terbarukan dan penguatan arsitektur kesehatan global guna mencegah risiko pandemi di masa depan. Bukannya terperangkap pada narasi politik perang,” komentar WHO.
Kapal-kapal militer Jepang, India, Australia, dan Amerika Serikat yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Quadrilateral melakukan latihan bersama di Laut Arab Utara pada 17 November 2020.
Kritik itu tampaknya ditanggapi Kishida dalam kunjungannya ke India. Apalagi, kunjungan ini bersifat mendadak karena Kishida sudah ke New Delhi pada Maret 2022. Semestinya, kali ini Modi yang melawat ke Tokyo. Sejumlah pihak berspekulasi bahwa kunjungan ini membayar ”utang” Jepang karena Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi tidak bisa menghadiri rapat para menlu G20 di New Delhi pada Sabtu (18/3/2023).
Di samping itu, Kishida dinilai ingin serius mengajak India ke dalam misi G7 melibatkan wilayah Selatan Dunia. Ini adalah wilayah yang mencakup Asia Barat atau Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Afrika yang mayoritas terdiri atas negara berkembang. Apalagi, India mengumumkan bahwa keketuaan G20 mereka ingin melanjutkan suara-suara negara berkembang, seperti yang dijajaki Indonesia pada keketuaan tahun 2022.
Jepang dan India memiliki hubungan pertahanan dan keamanan di dalam Pakta Quadrilateral (Quad) bersama dengan Amerika Serikat dan Australia. Quad dibentuk untuk mencegah pertumbuhan pengaruh China dalam keamanan dan politik kawasan Indo-Pasifik dan kemudian berkembang menjadi kerja sama yang lebih besar, termasuk perekonomian.
Pada saat yang sama, India memiliki kerja sama dengan China, yaitu melalui organisasi BRICS yang juga terdiri dari Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan. Terkait perang antara Rusia dan Ukraina, India adalah satu-satunya anggota Quad yang tidak mengecam Rusia serta tetap membeli minyak dan gas dari Moskwa dengan alasan pemenuhan kebutuhan energi rakyat. Sebaliknya, Jepang menjatuhkan embargo ekonomi atas Rusia.
Pakar hubungan internasional dari Universitas Jawaharlal Nehru, Srabani Roy Choudury, menjelaskan kepada majalah The Diplomat bahwa Jepang dan India memiliki hubungan perdagangan yang cukup kuat. Data Pemerintah India menyebut, neraca perdagangan kedua negara periode 2021-2023 mencapai 20,57 miliar dollar AS. Akan tetapi, hubungan antarmasyarakat (people-to-people) sangat minim.
Tanpa kedekatan ini, sukar bagi Jepang untuk membujuk India sepandangan dengan mereka. Apalagi jika pendekatan Jepang masih menekankan isolasi terhadap China dan Rusia. ”Bagaimanapun, China sangat penting dalam rantai pasok global. Kita memang harus melakukan diversifikasi rantai pasok, tetapi tidak boleh mengucilkan satu mata rantai itu,” ujarnya.
Dilansir dari Kyodo, pendekatan Jepang ialah dengan membantu membangun infrastruktur. India hendak membangun jalur kereta cepat dari Mumbai di Negara Bagian Maharashtra ke Ahmedabad di Negara Bagian Gujarat. Rancangannya mengikuti kereta Shinkansen dari Jepang. Tokyo memberi pinjaman lunak kepada New Delhi sebesar 300 miliar yen atau Rp 35,14 triliun. (AP)