Rekonsiliasi Arab Saudi-Iran Jadi Gol Diplomasi Xi Jinping di Hari Pelantikan
Pada hari pertama seusai dilantik sebagai Presiden China untuk masa jabatan ketiga, Xi Jinping mencetak gol kemenangan diplomasi lewat keberhasilan China mendamaikan dua negara rival di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran.
Oleh
AGNES THEODORA dari Beijing, China, B JOSIE SUSILO HARDIANTO, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
BEIJING, KOMPAS — Pemimpin China, Xi Jinping (69), Jumat (10/3/2023), dilantik menjadi presiden untuk periode ketiga. Setelah era pemimpin karismatik China, Mao Zedong dan Deng Xiaoping, kini Xi dilihat sebagai sosok pemimpin paling kuat di negeri itu sekaligus tokoh yang berpengaruh kuat di tingkat global.
Salah satu kekuatan pengaruh globalnya tecermin dari keberhasilan China mendamaikan dua musuh bebuyutan di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran. Tepat pada hari pelantikan Xi, Riyadh dan Teheran merilis komunike bersama berisi perjanjian—dimediasi China—memulihkan hubungan diplomatik dan membuka lagi kedutaan besar masing-masing setelah tujuh tahun terputus.
Media resmi Pemerintah Iran mengunggah foto dan video yang direkam di China, menayangkan pertemuan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban serta Direktur Kantor Komisi Luar Negeri Komite Pusat Partai Komunis China Wang Yi. Disebutkan, perundingan itu berlangsung empat hari.
Kesepakatan rekonsiliasi Arab Saudi-Iran di Beijing tersebut menjadi kemenangan besar diplomasi China di tengah persepsi yang berkembang di kalangan negara-negara Arab Teluk bahwa Amerika Serikat perlahan-lahan meninggalkan Timur Tengah.
”Kita akan melihat China lebih asertif di panggung global dan berkeras agar narasinya diterima,” kata Steve Tsang, Direktur SOAS China Institute.
Adrian Geiges, salah satu penulis Xi Jinping: Orang Paling Kuat di Dunia, mengatakan, ”Dia (Xi) benar-benar memiliki visi tentang China, dia ingin melihat China sebagai negara paling kuat di dunia.”
Penetapan Xi sebagai Presiden China untuk periode ketiga digelar dalam perhelatan di Gedung Balai Agung Rakyat sebagai rangkaian sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional. Semua anggota delegasi kongres (2.952 orang) secara aklamasi memilih Xi menjadi presiden serta Ketua Komisi Militer Pusat. Pemungutan suara berlangsung sekitar satu jam. Penghitungan elektronik selesai dalam 15 menit.
Kita akan melihat China lebih asertif di panggung global dan berkeras agar narasinya diterima.
Selain memilih Xi, anggota delegasi memilih Zhao Leji (66) sebagai ketua parlemen dan Han Zheng (68) sebagai wakil presiden yang baru.
Penetapan itu diikuti pernyataan kesetiaan oleh semua anggota delegasi pada konstitusi China. Xi mengangkat tangan kanannya dan meletakkan tangan kirinya di atas salinan konstitusi China. ”Saya bersumpah setia kepada konstitusi Republik Rakyat China, menjunjung tinggi wibawa konstitusi, menjalankan kewajiban undang-undang, setia kepada ibu pertiwi, setia kepada rakyat,” ujar Xi.
Ia bersumpah menunaikan tugas dengan jujur disertai kerja keras. Xi juga berjanji membangun China sebagai negara sosialis modern yang makmur, kuat, demokratis, beradab, harmonis, dan hebat.
Dengan menjabat untuk ketiga kalinya, Xi menjadi Presiden China dengan masa jabatan paling lama. Sebelumnya, Xi telah terpilih kembali sebagai Sekjen Komite Pusat Partai Komunis China pada kongres nasional, Oktober 2022.
Suasana Beijing
Pada hari terpilihnya Xi sebagai presiden untuk periode ketiga, aktivitas publik di Beijing berlangsung biasa. Namun, pengawasan di pusat kota, khususnya di sepanjang jalanan di Distrik Chaoyang, 5 kilometer dari Lapangan Tiananmen, diperketat dengan kehadiran para petugas pengawasan sipil.
Sukarelawan pemantau beratribut ban lengan berwarna merah cerah itu sering mendapat sebutan pelesetan oleh warganet lokal sebagai ”agen intelijen kelima terbesar di dunia” setelah CIA dari Amerika Serikat, MI6 dari Inggris, KGB dari Uni Soviet, dan Mossad dari Israel.
Sepanjang Jumat kemarin, mereka berpatroli di jalanan pusat kota. Selama sepekan terakhir, mereka tak tampak berpatroli. Para pemantau baru diterjunkan kemarin, bertepatan dengan terpilihnya kembali Xi.
Sepanjang hari, informasi profil singkat Xi dan para pejabat di kabinet barunya ditayangkan di sejumlah saluran televisi nasional. Ditayangkan pula ucapan selamat dari beberapa kepala negara atas pelantikan kembali Xi, seperti dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Sementara itu, antologi video berjudul ”Xi’s Album: For the Good of My People” dipublikasikan di situs surat kabar lokal berbahasa Inggris, The Global Times, tiga hari menjelang pelantikan. Video itu berisi kumpulan momen interaksi Xi dengan warga selama menjabat dua periode terakhir. Video itu menyebut, rakyat China selalu di hati Xi.
Dilansir dari pemberitaan beberapa media lokal, terpilihnya Xi untuk ketiga kali disambut rakyat dengan gembira, khususnya warga di kawasan perdesaan. Di Desa Zhanqi, Chengdu, Provinsi Sichuan, warga berkumpul di balai desa untuk menonton tayangan langsung pelantikan Xi bersama-sama. Mereka bertepuk tangan, berdiri, dan menyanyikan lagu kebangsaan China saat Xi mengucapkan sumpah.
Xi mengunjungi Desa Zhanqi pada 2018 saat ia berjanji bahwa revitalisasi desa dan penghapusan kemiskinan di area perdesaan terus berjalan seiring modernisasi seluruh China.
Sekretaris Komite Desa Zhanqi Gao Demin mengatakan, kepemimpinan Xi berhasil membawa banyak kawasan desa bangkit dari kemiskinan. ”Saya yakin, dengan berlanjutnya kepemimpinan Presiden Xi, kehidupan kami membaik,” ujarnya seperti ditayangkan di saluran televisi CGTN.
Tantangan Xi
Wang Sinxong, pakar kebijakan publik dan pembangunan sosial di Beijing Normal University, mengatakan, rakyat punya ekspektasi tinggi untuk Xi mengatasi tantangan kompleks di depan setelah pemerintah China mencabut kebijakan nihil Covid-19 dan membuka diri kembali ke dunia.
Sinxong menilai, tantangan jangka pendek Xi adalah membangkitkan kembali ekonomi China setelah terpukul selama tiga tahun serta menyediakan banyak lapangan kerja untuk mengatasi problem pengangguran. Sementara tantangan jangka menengah-panjang yang perlu diatasi Xi adalah tensi geopolitik yang akhir-akhir ini semakin menekan China serta tantangan sosial-ekonomi berupa ancaman depopulasi.
”Ada banyak isu penting yang saat ini sedang dipantau ketat oleh masyarakat China. Tetapi, melihat determinasi yang ditunjukkan Presiden Xi, saya yakin berbagai tantangan itu bisa diatasi,” katanya. (AP/AFP/REUTERS/DNE)