Xi Jinping Terpilih Menjadi Presiden China untuk Periode Ketiga
Xi Jinping pada Jumat (10/3/2023) secara resmi dilantik menjadi Presiden China. Ia pun secara aklamasi dipilih menjadi Ketua Komisi Militer Pusat.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
Beijing, Jumat – Pemimpin China, Xi Jinping (69), Jumat (10/3/2023) secara resmi dilantik menjadi Presiden China untuk periode ketiga. Setelah era pemimpin karismatik China, Mao Zedong dan Deng Xiaoping, kini Xi dilihat sebagai sosok pemimpin paling kuat di negeri itu.
Sebelum resmi menjabat untuk ketiga kalinya sebagai Presiden China, Xi telah secara resmi terpilih kembali sebagai Sekjen Komite Pusat Partai Komunis China pada kongres nasional Oktober tahun lalu. Penetapan Xi sebagai presiden digelar di sela-sela Kongres Rakyat Nasional (NPC) yang digelar sejak hari Minggu lalu.
Tak hanya itu, dalam perhelatan yang digelar di Balai Agung Rakyat itu semua anggota delegasi yang mengikuti kongres – sebanyak 2.952 orang – secara aklamasi memilih Xi Jinping menjadi Ketua Komisi Militer Pusat. Pemungutan suara berlangsung sekitar satu jam dan penghitungan elektronik selesai dalam waktu sekitar 15 menit.
Selain memilih Xi, para anggota delegasi juga memilih Zhao Leji (66), sebagai ketua parlemen yang baru dan Han Zheng (68), sebagai wakil presiden yang baru.
Penetapan itu lantas diikuti pula oleh pernyataan kesetiaan oleh semua anggota delegasi kepada Konstitusi China. Xi tampak mengangkat tangan kanannya dan meletakkan tangan kirinya di atas salinan Konstitusi China.
“Saya bersumpah akan setia pada konstitusi Republik Rakyat China, menjunjung tinggi wibawa konstitusi, menjalankan kewajiban undang-undang, setia kepada ibu pertiwi, setia kepada rakyat,” ujarnya berjanji. Ia bersumpah untuk menunaikan tugasnya dengan jujur disertai dengan kerja keras.
Xi pun berjanjin untuk membangun China sebagai negara sosialis modern yang Makmur, kuat, demokratis, beradab, harmonis dan hebat.
Dengan menjabat untuk ketiga kalinya, Xi menjadi Presiden China dengan masa jabatan paling lama.
Pembatasan
Sebelumnya, selepas era Mao Zedong, China sejatinya mencoba menghindari kultus individu dan pemerintahan yang cenderung diktator. China modern – meskipun masih memperlihatkan indikasi otokratis – mencoba membangun kepemimpinan nasional yang lebih berbasis pada konsensus.
Upaya itu antara lain dilakukan dengan memberlakukan batasan masa jabatan presiden. Para pendahulu Xi Jinping, yaitu era Jiang Zemin dan Hu Jintao melepaskan kekuasaan mereka setelah menjabat presiden selama 10 tahun.
Pada tahun 2018, Xi menghapusnya. Penghapusan itu memungkinkan seorang presiden dapat berkuasa seumur hidup bila tidak ada politikus lain yang dipilih.
Penghapusan itu meruntuhkan pandangan banyak pihak saat Xi untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Presiden China pada 2012. Ketika itu, sejumlah pengamat memperkirakan dia akan menjadi pemimpin Partai Komunis paling liberal dalam sejarah China. Hal itu didasarkan pada profilnya yang rendah hati dan latar belakang keluarga.
Akan tetapi, 10 tahun kemudian, tampak bahwa gambaran itu berantakan. Xi kini menjadi pemimpin China paling kuat sejak era Mao Zedong.
"Kita akan melihat China lebih asertif di panggung global, dan bersikeras agar narasinya diterima," kata Steve Tsang, direktur SOAS China Institute, kepada Kantor Berita AFP. Lebih lanjut Tsang mengatakan, di era Xi, China pun akan mengurangi ketergantungannya pada dunia luar.
“Ia akan menjadikan Partai Komunis sebagai pusat pemerintahan, bukan pemerintah China. Ini bukan kembali ke era Maois, tapi di mana Maois akan merasa nyaman," tambah Tsang. "Bukan arah perjalanan yang baik untuk seluruh dunia”.
Terpisah, Adrian Geiges, salah satu penulis "Xi Jinping: Orang Paling Kuat di Dunia", mengatakan kepada Kantor Berita AFP bahwa menurutnya Xi tidak termotivasi oleh keinginan untuk memperkaya diri sendiri. "Itu bukan minatnya," kata Geiges. "Dia benar-benar memiliki visi tentang China, dia ingin melihat China sebagai negara paling kuat di dunia."
Dijadwalkan, Xi akan menyampaikan pidato pada Senin mendatang saat sesi penutupan kongres. Sementara itu dalam dua hari ini, Xi disebutkan akan menunjuk atau menetapkan politikus yang dipilihnya untuk mengisi posisi teratas di cabinet. Salah satu mitra dekat Xi yang disebut-sebut akan dipilih menjadi Perdana Menteri adalah Li Qiang. Saat proses pemilihan oleh anggota parlemen digelar pada Jumat, tampak Xi mengobrol santai dengan Li, yang duduk di sebelah kirinya.