Susahnya Mau Ketemu Xi Jinping
Selama 20-30 menit menunggu, suasana terasa tegang. Hanya terdengar orang saling berbisik. Ketika Xi Jinping masuk ke ruangan sambil melambaikan tangan ke arah wartawan, yang terdengar hanyalah suara jepretan kamera.
”Mulai tanggal 14 Oktober sore sampai penutupan Kongres Nasional Ke-20 Partai Komunis China, wartawan harus masuk hotel dan tidak boleh meninggalkan hotel,” begitu isi pesan yang masuk ke grup Wechat kami, Senin (10/10/2022).
Kalimat ”tidak boleh meninggalkan hotel” mengingatkan akan masa karantina selama 19 hari di Jakarta dan Fuzhou, Provinsi Fujian, beberapa bulan lalu sebelum akhirnya boleh masuk Beijing, China. Pengalaman karantina sebagai bagian dari pencegahan Covid-19 itu masih sering bikin senewen sampai sekarang.
Aturan masuk hotel yang dibuat oleh Pusat Pers kali ini juga terkait persayaratan untuk pencegahan Covid-19. Sebelum masuk hotel, seperti halnya aturan di semua tempat di China, harus tes usap terlebih dahulu dan hasilnya harus negatif dalam waktu 24 jam.
Untuk memastikan ”negatif 24 jam” itu, kami harus tes usap dua kali, yakni pada 12 dan 13 Oktober. Mereka tak mau ambil risiko kecolongan kasus Covid-19 satu pun. Apalagi waktu itu kasus di Beijing dilaporkan sedang ”tinggi” setelah temuan 15 kasus Covid-19 tanpa gejala.
Begitu masuk hotel, tidak satu pun dari kami yang boleh keluar lagi untuk urusan selain kongres. Memesan makanan atau minuman dari luar pun tak boleh. Untungnya, urusan makanan dan minuman, baik di hotel maupun pusat media, tidak ada masalah. Menu makan besar, makanan ringan, teh, dan kopi selalu tersedia. Kebutuhan lain juga sudah tersedia, terutama fasilitas kerja dan pasokan informasi, foto serta video yang datang nyaris tanpa henti.
Dalam agenda kegiatan, sebenarnya ada banyak konferensi pers (konpres) yang diadakan di pusat media sebelum pembukaan kongres pada 16 Oktober. Setidaknya ada dua kali konpres setiap harinya dengan narasumber para pejabat partai dan pemerintahan.
Baca juga: Periode Ketiga untuk Xi Jinping
"Closed-loop"
Karena pusat media digolongkan sebagai closed-loop atau ”lingkungan tertutup", kami tidak boleh keluar dari hotel kecuali untuk ke pusat media saja. Itu pun harus naik shuttle bus atau ”bus mondar-mandir” yang disediakan panitia setiap 15 menit sekali.
Kami tidak boleh ke pusat media dengan berjalan kaki, padahal jarak hotel tempat menginap dengan hotel lokasi pusat media hanya 300 meter. Kalau ketahuan tidak memakai masker atau bahkan sekadar sejenak melepas masker untuk menghirup udara segar, petugas juga akan menegur.
Untuk masuk ke hotel dan pusat media, sistem pengamanannya ”bukan kaleng-kaleng” alias sangat ketat. Setiap kali hendak masuk hotel dan pusat media harus memindai health kit di ponsel untuk menunjukkan bukti hasil tes usap negatif. Lalu harus memindai lagi aplikasi bukti data besar terkait status kesehatan dan bukti mobilitas selama di China.
Setelah itu lolos, masih harus mengarahkan wajah ke kamera. Foto wajah kita akan muncul di layar besar. Semua bawaan dan badan kita juga harus dipindai dan diperiksa satu per satu. Ada teman yang diminta menyerahkan sebotol bir yang dibawanya saat hendak masuk hotel dan pusat media.
Menjaga keamanan ini urusan sangat serius di China dan mau tidak mau kami harus mematuhinya. Tidak ada pilihan lain. Melawan, membantah, apalagi menggugat tidak akan ada gunanya. Apalagi ketika meliput kongres PKC, acara terpenting yang diadakan setiap lima tahun sekali.
Kongres ini, jika di negara lain, sejatinya adalah pemilu. Sebelum meliput, baik pembukaan maupun penutupan kongres, dan pengumuman hasil ”pemilu” China di Balai Agung Rakyat, kami harus tes usap dua kali dalam sehari, pukul 07.00-09.00 dan pukul 19.00-21.00. Setiap selesai tes akan diberi stiker berlabel huruf sebagai bukti sudah melakukan tes usap.
Baca juga: Meliput Kongres PKC di Tengah Pandemi, Wawancara Digelar Daring dan Tertulis
Itu baru urusan bukti sehat dan ”bersih” dari Covid-19. Belum lagi aturan soal barang bawaan yang isinya serba dilarang. Mulai dari korek api, rokok elektrik, segala macam cairan bahkan air putih, minuman dalam kemasan, obat-obatan dalam bentuk sirop, kosmetik berbentuk cairan atau semprot, power bank, tongkat swafoto, peralatan rekam video, jam digital, hingga makanan apa pun, tidak boleh dibawa.
Kami hanya diperbolehkan membawa satu ponsel dan dilarang membawa laptop. Karena hanya bisa membawa satu ponsel, penggunaannya pun jadi amat terbatas. Hanya untuk memotret dan merekam video.
Untung saja, pidato Presiden China Xi Jinping saat pembukaan kongres hanya berlangsung dua jam. Penutupan kongres dan pengumuman tim baru Komite Tetap Politbiro PKC yang beranggotakan tujuh orang pun juga tak sampai dua jam.
Ini berbeda dengan pidato pembukaan Xi lima tahun lalu yang sampai 3,5 jam. Begitu pun dengan penyelenggaraan kongres ke-19 tahun 2017. Ketika saya meliput Kongres Nasional Ke-19 PKC, tidak ada larangan dan pembatasan apa pun.
Makanan minuman apa saja boleh dibawa. Pandemi Covid-19 rupanya mengubah segalanya. Bagi pemerintah China, ini seolah menjadi alasan tepat untuk mengatur dan membatasi banyak hal.
Baca juga: China dan Dunia Saling Membutuhkan
Serba diatur
Setelah hampir lima bulan berada di China untuk mengikuti program pelatihan dari The China International Press Communication Center Program (CIPCC), kami mulai terbiasa dengan semua kegiatan yang serba diatur.
Narasumber dari pemerintah dan akademisi sudah disediakan, tentu yang sepaham dengan pemerintah ataupun partai. Pertanyaan yang hendak diajukan harus diserahkan terlebih dahulu agar jawabannya bisa disiapkan.
Ini yang terjadi dalam konpres-konpres selama kongres di pusat media. Penanya sudah ditunjuk dan pertanyaan pun sudah disampaikan dan diperiksa 1-2 hari sebelum konpres.
Jawaban yang diberikan pun ”normatif”. Tema konpres yang diberikan beragam, tetapi semuanya bercerita mengenai keberhasilan program atau kebijakan China selama sepuluh tahun terakhir di bawah kepemimpinan Xi.
Namun, ada pejabat pemerintah dan partai yang mau berbicara atau memberikan jawaban kepada pers saja sudah bagus karena itu sangat susah, apalagi kepada wartawan asing. Tidak seperti di Indonesia. Wartawan relatif lebih mudah bertemu, menghubungi, dan mewawancarai secara langsung atau tatap muka dengan pejabat. Kondisi seperti itu tidak mungkin terjadi di China.
Karena semuanya serba terencana, diatur, dan diantisipasi, peristiwa mantan Presiden China Hu Jintao yang digandeng keluar ruangan saat penutupan kongres pun diyakini banyak orang bukan insiden yang mendadak terjadi.
Tidak mungkin ada yang mendadak, apalagi di acara sebesar kongres tersebut. Sampai sekarang tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa maksudnya jika itu memang hasil ”rancangan”.
Kantor berita China, Xinhua, hanya menyebut Hu memiliki masalah kesehatan sehingga harus meninggalkan ruangan tepat sebelum pemungutan suara untuk mengesahkan amendemen konstitusi dan laporan lima tahunan Xi.
Ada yang menduga Hu menjadi simbol masa lalu atau era lama. Sementara kini China dan PKC dalam perjalanan menuju era baru, 100 tahun kedua. Untuk mewujudkan era baru, Xi yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKC pada Minggu (23/10/2022) mengumumkan hasil ”pemilu” PKC dan mengatakan dia terpilih kembali sebagai sekjen untuk periode ketiga.
Pada kesempatan khusus bertemu dengan media China dan asing itu, Xi juga memperkenalkan enam anggota kelompok elite Komite Tetap Politbiro atau ”The Magnificent Seven” yang empat di antaranya merupakan anggota baru.
Pada saat itu, kami akhirnya bisa melihat Xi dari jarak dekat di ruangan Golden Hall, Balai Agung Rakyat, setelah dua kali sebelumnya hanya bisa melihat dari balkon lantai tiga di gedung yang sama.
Selama 20-30 menit menunggu di dalam ruangan, suasana terasa tegang. Hanya terdengar orang saling berbisik. Ketika Xi masuk ke ruangan sambil melambaikan tangan ke arah wartawan, hanya terdengar suara jepretan puluhan kamera. Wajah Xi dan keenam pejabat tinggi partai terlihat serius, kaku, dan tegang. Tak satu pun yang terlihat tersenyum meski barang sedikit.
Baca juga: China dalam Genggaman Xi Jinping
Dalam pidatonya, Xi berterima kasih kepada media yang selama sepekan meliput kongres. ”Dengan bantuan Anda semua, suara China dan pandangan PKC terdengar ke seluruh dunia. Pandangan dunia terfokus ke China. Thank you for your hard work and a job well done,” kata Xi.
Selesai berpidato yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah, Xi berpamitan dan dadah-dadah, diikuti oleh keenam rekannya.
Bisa melihat dan mendengar langsung pidato pemimpin tertinggi dan terkuat di China itu rasanya sungguh campur aduk. Karena seminggu sebelumnya, kami semua harus ”menderita” dan kerja keras tunggang-langgang. Apa pun itu, sampai jumpa lima tahun lagi!