Meliput Kongres PKC di Tengah Pandemi, Wawancara Digelar Daring dan Tertulis
Pada Kongres PKC 2017, terdapat 3.068 wartawan peliput, sebanyak 1.818 orang di antaranya adalah wartawan asing. Belum ada data media peliput kongres PKC kali ini. Namun, media diwajibkan mematuhi protokol Covid-19.
Oleh
LUKI AULIA, DARI BEIJING, CHINA
·5 menit baca
AFP/NOEL CELIS
Warga berjalan di depan gedung Balai Agung Rakyat di Lapangan Tiananmen menjelang penyelenggaraan Kongres Ke-20 Partai Komunis China di Beijing, China, Senin (10/10/2022).
BEIJING, KOMPAS – Penyelenggara Kongres Nasional Partai Komunis China (PKC) ke-20 membuka akses informasi terkait pelaksanaan kongres dan capaian-capaian pemerintahan Presiden China Xi Jinping selama 10 tahun terakhir. Namun, karena berlangsung di tengah pandemi Covid-19, panitia juga akan memberlakukan protokol pencegahan penularan Covid-19, termasuk bagi wartawan peliput kongres. Panitia memperbolehkan media mewawancarai delegasi kongres hanya secara daring atau tertulis.
Kongres Ke-20 PKC akan berlangsung pada Minggu, 16 Oktober 2022. Informasi mengenai pelaksanaan kongres itu bisa diperoleh dari laman resmi dan akun media sosial, yang diluncurkan sejak Senin (10/10/2022). Situs resmi dalam bahasa China dan Inggris itu diharapkan memudahkan akses masyarakat terhadap informasi mengenai kongres yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali itu. Selain melalui laman web, informasi pusat media kongres ini juga bisa diakses lewat akun media sosial di WeChat, Weibo, dan Tautiao.
Di dalam laman tersebut tersedia segala informasi mengenai kongres, terutama bagi wartawan peliput kongres, salah satunya informasi terkait agenda konferensi pers. Pusat Media Kongres akan dibuka, Rabu (19/10/2022). Petugasnya juga menangani urusan peliputan dan aplikasi wawancara bagi wartawan asing dan wartawan dari wilayah administrasi khusus Hong Kong, Makau, dan Taiwan.
Untuk kemudahan pengajuan aplikasi wawancara para delegasi kongres, pusat pers akan meluncurkan sistem aplikasi wawancara. Karena alasan keamanan terkait Covid-19, para delegasi hanya boleh diwawancara secara daring dan tertulis.
Untuk memberikan pemahaman lebih dalam mengenai China, pusat media kongres juga akan mengadakan sejumlah tur kunjungan bagi wartawan mulai Rabu hingga Jumat mendatang. Rencananya, akan ada kunjungan ke pameran "Melangkah Maju di Era Baru" di Beijing Exhibition Centre, Rabu. Di lokasi tersebut dipamerkan capaian-capaian pemerintah China sejak kongres PKC ke-18.
KOMPAS/LUKI AULIA
Persiapan pelaksanaan Kongres Ke-20 Partai Komunis China sudah dilakukan jauh-jauh hari. Salah satunya dengan penataan taman-taman di jalan protokol ibu kota Beijing, China, yang sudah dilakukan sejak akhir September lalu.
Selain itu, ada juga rencana ke Poros Pusat Beijing sambil mempelajari sejarah ibu kota Beijing, kunjungan ke Beijing New Actuation Fintech Center, dan pameran "Teknologi Kebangkitan Keuangan" untuk mempelajari inovasi keuangan di China.
Harian Global Times, Senin, menyebutkan pada Oktober 2017, terdapat 3.068 wartawan yang meliput Kongres ke-19 PKC, sebanyak 1.818 orang di antaranya adalah wartawan asing. Ini merupakan rekor dalam sejarah kongres PKC. Belum ada data yang jelas mengenai jumlah wartawan yang akan meliput kongres kali ini.
Yang jelas, terdapat 90 wartawan asing dari 75 negara yang sudah berada di China sejak Juni lalu untuk mengikuti program pelatihan dari The China International Press Communication Center Program (CIPCC).
Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Tsinghua, Yang Xuedong, kepada Global Times bahwa mengatakan selama satu dekade terakhir capaian China luar biasa. Ia mengatakan, PKC memenuhi komitmennya pada rakyat dan dunia.
"Ini menjelaskan kenapa banyak orang berharap tinggi pada kongres dan kenapa kongres akan membawa kepastian bagi China dan dunia ketika komunitas internasional sedang mengalami perubahan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Yang.
Serba tak pasti
Lima hari menjelang pelaksanaan kongres, Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan, ada 2.249 kasus baru Covid-19 pada Senin lalu, meningkat dari 2.106 kasus sehari sebelumnya. Sebanyak 491 kasus di antaranya bergejala dan 1.758 kasus tidak bergejala.
Tidak ada penambahan data korban tewas. Total kematian akibat Covid-19 di China tetap berada pada angka 5.226 orang. Khusus di ibu kota Beijing, tercatat ada 13 kasus bergejala dan 1 kasus tidak bergejala. Di Shanghai juga dilaporkan ada 24 kasus tidak bergejala dan 4 kasus bergejala.
KOMPAS/LUKI AULIA
Menjelang pelaksanaan Kongres Nasional Partai Komunis China ke-20, bendera-bendera nasional China berkibar di mana-mana, salah satunya seperti terlihat di kawasan wisata Beijing WTown, Minggu (2/10/2022).
Meski ada penambahan kasus, tidak ada ketentuan pembatasan dan penguncian wilayah (lockdown) di Beijing. Jika ditemukan kasus positif di satu lokasi, orang yang diduga positif segera dibawa ke rumah sakit untuk dikarantina.
Adapun orang-orang lain yang diketahui berada di lokasi yang sama dengan orang terduga positif itu harus melakukan tes PCR setiap hari selama tiga hari. Selain mengikuti tes, ia dianjurkan untuk tetap berada di dalam rumah saja dan menghindari kerumunan. Laporan hasil tes akan diperoleh setiap hari mulai pukul 4 pagi.
Bagi banyak warga China, proses ini sudah biasa dan, meski melelahkan, mau tak mau harus dijalani. Melelahkan karena situasi sehari-hari seakan tidak pasti. Kebijakan "nol dinamis Covid-19" pemerintahan Presiden China Xi Jinping ini diyakini tidak akan dicabut dalam waktu dekat. "Warisan Xi dan legitimasi PKC terletak pada keberhasilan kampanye nol-Covid,” kata Diana Fu, pakar politik dalam negeri China di lembaga kajian Brookings Institution.
Diana menilai, kebijakan Xi itu melumpuhkan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia di tengah masalah sektor properti yang sarat utang dan tingkat pengangguran anak muda yang tinggi. Selain itu, kebijakan Covid-19 dipandang menjadi kebijakan yang seakan mengendalikan kehidupan 1,4 miliar jiwa rakyat China. Kebijakan ini membatasi pergerakan warga dan mengikis wilayah privasi. Setiap orang harus mendapatkan hasil tes swab negatif setiap maksimal tiga hari untuk bisa mendapatkan akses ke ruang publik.
KOMPAS/LUKI AULIA
Menjelang pelaksanaan Kongres Partai Komunis China ke-20, museum-museum di ibu kota Beijing, China, tetap ramai pengunjung, seperti yang terlihat saat rombongan anak taman kanak-kanak sedang berwisata ke Museum Arsitektur Taman, Kamis (29/10/2022).
Sebelum masuk ke gedung manapun, setiap orang wajib memindai kode QR di pintu masuk ke kantor, mal, dan restoran serta menunjukkan hasil tes terbaru kepada petugas. Jika terlihat ikon berwarna hijau, boleh masuk. Jika kuning atau merah, berarti kemungkinan positif Covid-19 ataupun berada di dekat orang yang positif Covid-19. Akibatnya bisa bermacam-macam, mulai dari beberapa hari harus tinggal di rumah saja atau berminggu-minggu di fasilitas karantina.
Sistem di data besar China bisa melacak pergerakan orang. Di satu sisi bagus karena bisa melacak keberadaan kasus Covid-19 dengan cepat. Tetapi di sisi lain, sistem ini bisa disalahgunakan, seperti ketika pihak berwenang dituduh menggagalkan protes anti-korupsi dengan mengubah kode warga di status kesehatan (health kit) menjadi merah.
Pemerintah berdalih bahwa kebijakan itu untuk menjamin keselamatan seluruh rakyat. Jika kasus Covid-19 tidak terkendali, krisis kesehatan masyarakat menjadi tidak terkendali dan sistem kesehatan masyarakat di China akan lumpuh karena kualitas layanan kesehatan yang tidak merata, terutama di daerah pedesaan.
Namun, menurut Guru Besar di Sekolah Ilmu Biomedis Universitas Hong Kong, Jin Dong-yan, kebijakan pembatasan China terus menelan biaya ekonomi dan sosial yang besar. "China pada akhirnya harus meninggalkan kebijakan nol-Covid nanti karena kebijakan itu salah dan bertentangan dengan semua bukti ilmiah," ujarnya.
Tetapi, meski kebijakan ini mengekang kebebasan masyarakat, warga seperti tidak mempunyai pilihan lain selain mematuhi kebijakan itu. Insinyur maskapai penerbangan, Ian Jiang (38), menjalani total 200 hari karantina di hotel isolasi selama masa pandemi. "Ini sangat tidak nyaman untuk kehidupan pribadi saya. Tetapi, mau bagaimana lagi, kami tidak punya pilihan lain. Ini sudah menjadi kebijakan pemerintah China," ujarnya. (REUTERS/AFP)