China akan menetapkan anggaran untuk memperkuat kapasitas militernya itu dalam sidang parlemen Kongres Rakyat Nasional ke-14. Peningkatan belanja militer dinilai tidak terhindarkan di tengah memanasnya tensi geopolitik.
Oleh
AGNES THEODORA dari Beijing, China
·4 menit baca
BEIJING, KOMPAS – China memberi sinyal bakal menaikkan alokasi anggaran pertahanannya untuk mengantisipasi tantangan keamanan global yang semakin kompleks. Di tengah persaingan geopolitik sengit dengan Amerika Serikat, China menjamin modernisasi kekuatan militernya itu tidak akan mengancam kedaulatan negara mana pun.
Keputusan untuk memperkuat kapasitas militer China itu akan diumumkan saat pembukaan sidang parlemen tahunan Kongres Rakyat Nasional atau National People’s Congress (NPC) ke-14, Minggu (5/3/2023). Sidang ini akan menetapkan perencanaan anggaran China setahun ke depan serta berbagai isu penting penentu arah masa depan China.
Dalam konferensi pers di gedung Balai Agung Rakyat, Lapangan Tiananmen, Beijing, China, Sabtu (4/3/2023), Juru Bicara NPC Wang Chao mengatakan, meningkatnya alokasi anggaran militer China selama ini adalah keputusan yang tepat dan masuk akal.
”Itu langkah yang memang harus diambil untuk menjawab tantangan keamanan global yang kompleks dan untuk mendukung China menjalankan tanggung jawabnya sebagai negara besar,” kata Wang, menanggapi pertanyaan tentang gambaran rencana belanja militer China tahun ini.
Ia tidak memperjelas apakah kenaikan alokasi belanja militer China tahun ini akan berada di atas atau di bawah alokasi tahun lalu. Sebelum ini, pada tahun 2022, anggaran pertahanan China adalah 1,45 triliun yuan (230 miliar dollar AS atau Rp 4.236 triliun) atau 1,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). ”Seperti apa detail spesifiknya, baru akan diketahui dua bulan lagi,” tutur Wang.
Dari tahun ke tahun, alokasi belanja militer China terus bertambah. Pada 2022, anggaran pertahanan China naik 7,1 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2021, kenaikan belanja militer China tercatat 6,8 persen, pada 2020 naik 6,6 persen.
China adalah negara kedua yang paling banyak menyisihkan anggaran untuk belanja militer. Menduduki posisi pertama adalah AS, rival sengit China. Anggaran pertahanan AS pada 2022 tercatat 768 miliar dollar AS (Rp 11.136 triliun), mencakup 3,5 persen dari PDB negara tersebut.
Wang mengatakan, belanja militer China akan tetap bertahan stabil dan proporsional terhadap PDB negara tersebut. Modernisasi persenjataan China juga tidak akan mengganggu negara lain. ”Kekuatan militer China tidak akan menjadi ancaman, tetapi sebaliknya, untuk menjaga stabilitas kawasan dan perdamaian dunia,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa meski terus meningkat, alokasi anggaran pertahanan China selama ini tetap berada di bawah rata-rata belanja militer dunia. ”Peningkatannya sudah dalam koridor yang tepat dan masuk akal,” kata Wang.
China adalah negara kedua yang paling banyak menyisihkan anggaran untuk belanja militer.
Spekulasi seputar alokasi belanja militer China tahun ini telah berkembang sejak beberapa hari menjelang sidang NPC. Sejumlah pakar militer menilai, kenaikan anggaran pertahanan tidak terhindarkan di tengah tensi geopolitik yang memanas.
Dilansir surat kabar China berbahasa Inggris, The Global Times, Rabu (1/3/2023), pakar militer China Fu Qianshao berpendapat, China sangat mungkin melanjutkan peningkatan belanja militernya pada tahun 2023. Upaya modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) butuh pendanaan besar untuk membeli persenjataan modern dan mendorong pelatihan militer yang lebih kuat.
Sementara pakar militer China Song Zhongping menilai, kebutuhan China untuk memperkuat kapasitas militernya dapat dipahami di tengah meruncingnya ketegangan geopolitik pascaperang Rusia-Ukraina. ”Di tengah situasi yang kurang menguntungkan ini, China perlu memperkuat pertahanannya,” kata Song.
Memanasnya tensi geopolitik China-AS dan konflik Rusia-Ukraina membuat sejumlah negara menaikkan anggaran pertahanan tahun ini. India, misalnya, menaikkan belanja militernya hingga 13 persen dari total anggaran, sementara Jepang menaikkan anggarannya 26 persen. Di luar Asia, Inggris, Jerman, Denmark, dan Perancis juga berencana menaikkan anggaran pertahanannya.
Memanasnya tensi geopolitik China-AS dan konflik Rusia-Ukraina membuat sejumlah negara menaikkan anggaran pertahanan tahun ini.
Pengukuhan Xi
Isu seputar alokasi belanja pertahanan China hanya satu dari setumpuk isu yang dibahas dalam sidang pleno NPC. Sebelum sesi rapat parlemen itu digelar Minggu ini, sidang ganda tahunan China atau ”Two Sessions” telah resmi dimulai pada Sabtu siang. Agendanya adalah sesi rapat pleno badan penasihat politik China, Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC).
CPPCC bertugas memberikan proposal usulan di berbagai bidang untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh NPC. Isu ekonomi dan politik menjadi fokus utama dari sidang tahun ini, terutama setelah Pemerintah China resmi mencabut kebijakan nihil Covid-19 atau Zero Covid Policy.
Dalam konferensi pers terpisah, Juru Bicara CPPCC Guo Weimin mengatakan, dengan aktivitas ekonomi yang berangsur membaik dua bulan terakhir ini, China telah memiliki pijakan yang jauh lebih solid untuk melanjutkan pemulihan ekonominya.
Anggota Komite CPPCC mengusulkan agar Pemerintah China dapat mengarahkan fokus pertumbuhan ekonomi pada penguatan konsumsi domestik di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pasar ekspor yang sedang melemah. ”Permintaan di dalam negeri penting untuk mempercepat pemulihan. Kehidupan sudah kembali ke normal, bisa dikatakan kita sudah menang melawan Covid-19,” kata Guo.
Selain menetapkan keputusan penting di bidang ekonomi, sidang pleno selama 8,5 hari itu juga akan memutuskan sejumlah isu politik strategis, seperti pengukuhan Xi Jinping sebagai presiden China untuk periode ketiga dan perombakan Komite Tetap Politbiro atau komite elite tertinggi di Partai Komunis China. Sidang NPC juga akan mengumumkan perdana menteri China yang baru, menggantikan Li Keqiang.