Indonesia Kirim Tim-Bantuan ke Turki, Korban Gempa Tembus 28.000 Orang
Indonesia menerbangkan tim dan bantuan tahap pertama untuk para korban gempa di Turki dan Suriah. Sementara jumlah korban gempa terus bertambah, hingga Minggu (12/2/2023) pagi menembus lebih dari 28.000 orang.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI, ANITA YOSSIHARA, LUKI AULIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia mengirimkan tim kemanusiaan serta bantuan logistik untuk membantu penanganan korban dan dampak gempa di Turki. Pengiriman tim penyelamat diutamakan karena saat ini Turki masih dalam situasi tanggap darurat bencana.
Tim kemanusiaan serta bantuan itu diberangkatkan Sabtu (11/2/2023) dengan menggunakan pesawat Boeing 737 TNI AU dan Hercules C 130 dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang melepas tim kemanusiaan menjelaskan, tim yang diperbantukan ke Turki terdiri dari 47 orang tim Middle Urban Search and Rescue (MUSAR) Basarnas dan 13 orang tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
”(Pada) bantuan tahap pertama hari ini kami mengirimkan MUSAR Team mengingat sekarang ini yang terpenting adalah pencarian dan penyelamatan korban yang tertimbun reruntuhan bangunan selama masa kritis,” kata Muhadjir.
Wilayah Turki selatan dan Suriah utara diguncang gempa dahsyat bermagnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023). Hingga Minggu pagi WIB, korban tewas akibat gempa itu lebih dari 28.000 orang.
Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengungkapkan, 31.000 personel tim penyelamat dikerahkan untuk menyelamatkan para korban yang diperkirakan masih tertimbun reruntuhan bangunan yang ambruk. Namun, lima hari setelah gempa, harapan untuk dapat menyelamatkan mereka semakin menipis.
Dalam 24 jam sebelumnya, kata Oktay, di Turki berhasil ditemukan 67 orang. Akibat gempa, sekitar 80.000 orang dirawat di rumah sakit dan 1,05 juta jiwa kehilangan tempat tinggal.
Tahap pertama
Mengenai bantuan dari Indonesia, pengiriman bantuan pada Sabtu merupakan bantuan tahap pertama sesuai perintah Presiden Joko Widodo yang menginstruksikan agar pemberian bantuan kemanusiaan untuk Turki dan Suriah dipercepat.
Pelepasan bantuan itu juga dihadiri sejumlah menteri, seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kepala BNPB Suharyanto, Kepala Basarnas Henri Alfiandi, dan seluruh personel Tim Bantuan Kemanusiaan RI.
Selain tim penyelamat, kemarin juga diterbangkan bantuan logistik seberat 5 ton dari Kementerian Pertahanan. Kemenhan juga akan mengirimkan bantuan logistik tambahan setelah tim pertama sudah sampai di Turki.
Sebagai negara sahabat Turki, Indonesia akan turut berperan aktif dan terus memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban terdampak. Menurut Muhadjir, bantuan berikutnya akan dikirimkan secara bertahap.
Bantuan tahap kedua berupa tenaga kesehatan, obat-obatan, peralatan rumah sakit, dan alat kesehatan lain akan dikirimkan pada Senin (13/2/2023). Tim kedua ini terdiri dari 105 personel gabungan Kementerian Kesehatan, TNI-Polri, serta organisasi masyarakat.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui KBRI Ankara juga telah mengirimkan empat tim ke Gaziantep, Kahramanmarasş, Diyarbakiır, dan Hatay. Selain mengevakuasi WNI di lokasi gempa, KBRI Ankara juga menyampaikan bantuan bahan makanan melalui Bulan Sabit Merah Turki.
Pada Jumat (10/2/2023), Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla juga menyerahkan bantuan uang tunai 100.000 dollar AS yang disalurkan lewat PMI kepada Kuasa Usaha Kedutaan Turki untuk Indonesia Ömer Orhun Çelikkol di Jakarta. PMI juga akan mengirimkan tenaga medis, lima dokter dan perawat, ke lokasi bencana.
Gangguan keamanan
Pada Sabtu kemarin tentara Austria dan tim penyelamat asal Jerman mengumumkan penangguhan operasi pencarian korban di lokasi gempa karena situasi keamanan memburuk. Juru bicara tentara Austria kepada AFP mengatakan, ada bentrokan antara beberapa kelompok.
Austria mengirimkan 82 tentara dari Unit Bantuan Bencana Angkatan Bersenjata ke Provinsi Hatay. Mereka tiba, Selasa, dengan membawa 45 ton perlengkapan dan telah menyelamatkan sembilan orang dari reruntuhan.
Keputusan penangguhan operasi juga diambil Badan Federal untuk Bantuan Teknis (TSW) dan ISAR Jerman, LSM spesialis bantuan korban bencana alam. ”Dalam beberapa jam terakhir, situasi keamanan di Hatay tampak berubah. Ada laporan yang terus bertambah soal bentrokan antarberbagai faksi, terjadi pula baku tembak,” ujar Stefan Heine, juru bicara ISAR.
Otoritas Turki belum mengeluarkan pernyataan terkait laporan gangguan keamanan di wilayah yang dilaporkan itu. Meski demikian, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu melontarkan pernyataan terkait situasi keamanan secara umum.
Ia menegaskan, kondisi darurat telah ditetapkan. ”Sejak saat ini orang-orang yang terlibat penjarahan atau penculikan harus tahu sikap tegas negara,” kata Erdogan.
Dalam peristiwa terpisah, kantor berita DHA melaporkan, polisi Turki menangkap 12 orang, termasuk para kontraktor, terkait runtuhnya gedung-gedung di Provinsi Gaziantep dan Sanliurfa. Sedikitnya 6.000 gedung ambruk akibat gempa, Senin lalu.
Para ahli bangunan di Turki menjelaskan, Turki telah memiliki regulasi untuk mencegah dampak bencana. Namun, perusahaan-perusahaan konstruksi tidak menerapkan aturan itu, terutama perusahaan-perusahaan yang disebut-sebut justru memiliki kedekatan dengan Erdogan.
Sebanyak 12.141 bangunan hancur atau rusak parah akibat gempa di Turki. Konsultan di Universitas Teknik Istanbul, Zihni Tekin, mengatakan, banyak bangunan roboh karena buruknya kualitas beton. Batang baja yang digunakan juga terlalu tipis untuk menopang kolom. (AP/AFP/REUTERS)