Ada Bentrokan Antarfaksi, Austria-Jerman Tangguhkan Evakuasi di Turki
Bukan hanya menghadapi kendala musim dingin, upaya penyelamatan para korban gempa di sebagian wilayah Turki dilaporkan mulai terganggu oleh bentrokan senjata antarfaksi di negara itu.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·3 menit baca
AFP/ISAR/HANDOUT
Dalam foto yang diambil pada Jumat (10/2/2023) ini terlihat para anggota tim organisasi spesialis untuk bantuan bencana alam asal Jerman, ISAR, mengevakuasi seorang perempuan dari reruntuhan gedung yang ambruk akibat gempa di Kirikhan, Turki.
BERLIN, SABTU – Tentara Austria dan tim penyelamat asal Jerman mengumumkan penangguhan operasi pencarian korban di lokasi gempa di Turki karena situasi keamanan yang memburuk di lokasi operasi mereka. Juru bicara tentara Austria kepada kantor berita AFP mengatakan, ada bentrokan di antara beberapa kelompok.
Austria mengirimkan 82 tentara dari Unit Bantuan Bencana Angkatan Bersenjata ke Provinsi Hatay. Mereka tiba, Selasa, dengan membawa 45 ton perlengkapan dan telah menyelamatkan sembilan orang dari reruntuhan.
Menurut rencana, personel tentara Austria itu akan pulang ke negaranya pada Kamis (16/2/2023), tetapi rencana itu dikaji ulang terkait situasi keamanan tersebut. Mereka saat ini menanti instruksi dan tinggal di sebuah kamp di wilayah Provinsi Hatay bersama organisasi-organisasi internasional lainnya.
Juru bicara kementerian di Austria, Michael Bauer, mencuit di Twitter, pasukannya siap melanjutkan kembali operasi penyelamatan para korban gempa di Turki setelah lingkungan wilayah operasi kembali aman. ”Ada peningkatan agresi antara kelompok-kelompok di Turki,” tambah Letnan Kolonel Pierre Kugelweis dari Austria melalui pernyataan tertulis, Sabtu.
Keputusan penangguhan operasi juga diambil Badan Federal untuk Bantuan Teknis (TSW) dan ISAR Jerman, LSM spesialis bantuan korban bencana alam. ”Dalam beberapa jam terakhir, situasi keamanan di Hatay tampak berubah. Ada laporan yang terus bertambah soal bentrokan antarberbagai faksi, terjadi pula baku tembak,” ujar Stefan Heine, juru bicara ISAR.
AP/DPA/CARSTEN KOALL
Dua sukarelawan berjalan di antara tumpukan bantuan logistik yang akan dikirimkan untuk korban gempa di Turki, di gudang dekat Bandar Udara BER Berlin-Brandenburg di Schoenefeld, dekat Berlin, Jerman, Kamis (9/2/2023).
Otoritas Turki belum mengeluarkan pernyataan terkait laporan gangguan keamanan di wilayah yang dilaporkan itu. Meski demikian, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu melontarkan pernyataan terkait situasi keamanan secara umum.
Ia menegaskan, kondisi darurat telah ditetapkan dan ada sejumlah penjarahan. ”Artinya, sejak saat ini orang-orang yang terlibat penjarahan atau penculikan harus tahu sikap tegas negara pada mereka,” kata Erdogan.
Dalam peristiwa terpisah, kantor berita DHA melaporkan, aparat kepolisian Turki menangkap 12 orang, termasuk para kontraktor, terkait runtuhnya gedung-gedung di Provinsi Gaziantep dan Sanliurfa akibat gempa. Sedikitnya 6.000 gedung ambruk akibat gempa, Senin lalu.
Para ahli bangunan di Turki menjelaskan, sebenarnya Turki memiliki aturan untuk mencegah dampak bencana seperti ini. Namun, perusahaan-perusahaan konstruksi tidak menerapkan aturan itu, terutama perusahaan-perusahaan yang disebut-sebut justru memiliki kedekatan dengan Erdogan.
Sebanyak 12.141 bangunan hancur atau rusak parah akibat gempa di Turki. Konsultan di Universitas Teknik Istanbul, Zihni Tekin, mengatakan bahwa banyak bangunan roboh karena kualitas beton yang buruk. Batang baja yang digunakan juga terlalu tipis untuk menopang kolom sehingga bangunan tak kokoh.
”Di atas kertas, aturannya sudah betul. Kontrak juga dipercayakan kepada perusahaan swasta yang bertugas memeriksanya. Namun, pengawasan terhadap kontrak ini lemah sehingga perusahaan konstruksi bangunan menjadi longgar dan sering tidak mengikuti aturan,” kata Aykut Koksal, arsitek di Istanbul.
AFP/YASIN AKGUL
Tentara Turki berjaga-jaga di dekat sebuah bangunan yang ambruk akibat gempa di Hatay, Turki, Sabtu (11/2/2023).
Wilayah Turki selatan dan Suriah utara diguncang gempa dahsyat bermagnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023). Hingga Sabtu, korban tewas akibat gempa tersebut telah mencapai 24.450 orang.
Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengungkapkan, sebanyak 31.000 personel tim penyelamat dikerahkan untuk menyelamatkan para korban yang diperkirakan masih tertimbun reruntuhan bangunan yang ambruk. Namun, lima hari setelah gempa, harapan untuk dapat menyelamatkan mereka semakin menipis.
Dalam 24 jam sebelumnya, kata Oktay, di Turki berhasil ditemukan 67 orang. Akibat gempa, sekitar 80.000 orang dirawat di rumah sakit dan 1,05 juta jiwa kehilangan tempat tinggal. (AP/AFP/REUTERS/LUKI AULIA)