Paus Fransiskus kembali menyerukan agar perang di Ukraina segera diakhiri. Paus juga mengajak umat untuk mengingat dan memperhatikan warga di negara-negara lain yang tengah menghadapi kesulitan dan konflik.
Oleh
KRIS MADA, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
VATIKAN, MINGGU - Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus kembali menyerukan agar diakhirinya perang di Ukraina. Saat menyampaikan pesan dan berkatnya—Urbi et Orbi, Untuk Kota (Roma) dan Dunia—pada Minggu (25/12/2022) di Basilika Santo Petrus, Paus mendesak diakhirinya penggunaan ”makanan sebagai senjata” perang. Ia menegaskan, perang menempatkan banyak orang dalam risiko kelaparan dan dampaknya sangat dirasakan di wilayah Tanduk Afrika hingga Afghanistan.
”Kita tahu setiap perang menyebabkan kelaparan, dan mengeksploitasi makanan sebagai senjata, menghalangi distribusinya kepada orang-orang yang sudah menderita. Pada hari ini, mari kita belajar dari Raja Damai (Kristus) dan dimulai dari mereka yang memegang tanggung jawab politik, berkomitmen untuk menggunakan makanan semata-mata sebagai alat perdamaian,” kata Paus.
Setidaknya 70.000 peziarah dari berbagai negara hadir memadati lapangan di depan Basilika Santo Petrus. Dengan saksama mereka mengikuti pesan Paus.
Dalam kesempatan itu Paus mengajak umat untuk mengingat dan memperhatikan warga di negara-negara lain yang tengah menghadapi kesulitan dan konflik. Paus menyebut Afghanistan, Yaman, Suriah, Lebanon, Haiti, dan Myanmar serta konflik di Israel-Palestina.
Paus Fransiskus prihatin, ”jalan damai” diblokir oleh kekuatan-kekuatan yang serakah pada kekuasaan, uang, kesombongan, kemunafikan, dan kepalsuan. Ia menyerukan pula rekonsiliasi di Iran yang dalam beberapa bulan terakhir diguncang gelombang unjuk rasa.
Sejumlah umat yang hadir mengaku tergerak dengan pesan Paus. Peziarah asal Perancis, Juliem, mengatakan, Paus sangat rendah hati. ”Menurut saya, Paus mampu menawarkan pesan perdamaian dan berusaha menyatukan orang serta meredakan ketegangan.”
Timur Tengah
Sementara itu, kemeriahan Natal dirayakan oleh sejumlah warga di Timur Tengah. Dilaporkan Arab News pada Minggu (25/12), toko-toko dan kedai minum di Jeddah dan Riyadh memasang dekorasi khas Natal. Selain tiruan pohon cemara, dipasang pula lampu hias, lonceng mainan, hingga kotak-kotak mirip kado di bawah tiruan pohon cemara. Topi santa dan bando tanduk rusa dijual bebas dan banyak dipakai pekerja di berbagai gerai.
Sejumlah hotel menawarkan paket khusus untuk merayakan Natal di Riyadh, Jeddah, dan Ras Tanura. Di sejumlah hotel, orang berpakaian Santa Claus terlihat menyapa pengunjung.
Di Palestina, Presiden Mahmoud Abbas dan Wakil Perdana Menteri Jordania Tawfiq Kreishan mengikuti misa Natal di Gereja Kelahiran di Bethlehem. Gereja di Tepi Barat itu diyakini didirikan di tempat kelahiran Yesus Kristus. ”Di tengah semua ketidakadilan dan penjajahan terhadap kita, pesan kita kepada dunia tetap satu harapan, cinta, dan damai. Sekali lagi, selamat Natal dan dengan tulus kami berharap tahun depan hasrat kebebasan, kemerdekaan, keadilan, dan kedamaian terpenuhi,” tuturnya, sebagaimana dikutip media Palestina, Wafa.
Kreishan hadir mewakili Raja Jordania Abdullah II. Sejak selepas Perang Dunia II, keluarga kerajaan Jordania dianggap sebagai wali pengelola Kota Tua Jerusalem. Kawasan itu dianggap wilayah paling sakral oleh pemeluk Yahudi, Kristen, dan Islam.
Di Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengucapkan selamat Natal lewat pesan video. Kantor berita Anadolu Agency ikut menyebarkan pesan Natal dari Erdogan.
”Selaras dengan nilai-nilai peradaban kita, kita menghargai agama dan kebudayaan yang hidup berdampingan dan saling memperkaya. Pemahaman ini ada dasar keamanan dan kedamaian bangsa kita, persatuan dan solidaritas, kekuatan utama yang memungkinkan kita terus bersama,” kata Erdogan dalam pesan video yang disebarkan Istana Kepresidenan Turki pada Sabtu sore waktu Ankara.
Ia mengajak seluruh umat Kristiani Turki dan negara-negara menjadikan semangat Natal sebagai pendorong persatuan. ”Selamat Natal untuk umat Kristiani Turki dan seluruh dunia,” ujarnya.
Perayaan Natal di Timur Tengah lazimnya dilakukan dua kali. Perayaan pertama diselenggarakan pada 25 Desember, sedangkan perayaan kedua digelar pada pekan pertama Januari. Perayaan Desember mengikuti tradisi Katolik dan banyak denominasi Kristen di negara-negara. Adapun perayaan Januari mengikuti Kristen Ortodoks dan Koptik. Sebagian umat Kristiani di Timur Tengah merupakan pemeluk Kristen Ortodoks serta Koptik.
Beberapa tahun terakhir, seperti dilaporkan media Mesir, Al Ahram, sebagian dari hingga 15 juta umat Katolik dan Kristen Anglikan di Mesir merayakan Natal pada Desember. Pada 24 Desember 2022, perayaan Natal digelar di sejumlah gereja di Kairo dan Zamalek.
Kemeriahan Natal terlihat pula di Baghdad, Irak. Pada 2022, perayaan digelar secara meriah di sejumlah provinsi Irak. Perdana Menteri Irak Mohammed al-Sudani menghadiri misa Natal di Baghdad. (AP/AFP/Reuters)