Badai salju kali ini ekstrem dan menerjang Benua Amerika, Asia, dan Eropa.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BUFFALO, SENIN – Badai salju masih melanda sejumlah negara, di antaranya ialah Amerika Serikat, kanada, Jepang, dan Inggris. Jumlah korban jiwa akibat kecelakaan, terlambatnya pertolongan, maupun karena tertimbun tumpukan salju terus bertambah di musim dingin terparah akibat Bom Siklon yang merupakan dampak cuaca ekstrem dari perubahan iklim.
Wilayah Buffalo di Negara Bagian New York, Amerika Serikat pada Natal yang jatuh pada hari Minggu (25/12/2022) waktu setempat atau Senin (12/2022) pagi waktu Indonesia masih menjadi wilayah dengan kondisi paling parah di AS. Gubernur New York Kathy Hochul mengatakan, kota Buffalo seperti medan perang. Mobil-mobil mogok atau mobil yang tidak bisa melewati tumpukan salju ditelantarkan begitu saja di jalanan.
“Ini musim dingin terdingin dan terparah yang pernah kami alami sejak tahun 1977. Saya meminta agar warga jangan keluar rumah dulu, walaupun saya tahu ini sulit karena banyak rumah yang aliran listriknya terputus,” ujar Hochul. Cuaca mencapai minus 11 derajat Celcius.
Per Minggu, ada 200.000 keluarga di AS yang tidak memiliki aliran listrik. Khusus di Negara Bagian Tennessee dan Carolina Utara, sebanyak 1,7 juta warga mengalami pemadaman listrik berkala. Sejak hari Jumat (23/12), ada 9.500 penerbangan dibatalkan yang mengakibatkan para pemudik terlantar di bandara, terutama di New York, Chicago, Detroit, Atlanta, dan Denver. Pemerintah juga mengimbau agar warga tidak menyetir di jalan tol yang licin karena tertutup es.
Korban tewas
Di AS, ada 32 orang meninggal akibat badai salju. Mayoritas karena kecelakaan lalu lintas. Ada pula yang meninggal di kediaman masing-masing akibat kedinginan ataupun penyakit bawaan. Ambulans maupun petugas tanggap darurat tidak mampu mencapai lokasi tepat waktu. Dari 50 negara bagian, sebanyak 48 negara bagian tertimbun salju dengan ketinggian hingga 2,4 meter. Bahkan, Kantor Cuaca Nasional mengumumkan pada Minggu malam salju akan turun dengan perkiraan ketinggian mencapai 1 meter.
Di Kanada, seluruh negara juga tertutup es. Di Provinsi British Columbia, terjadi kecelakaan di jalan tol yang berjaka 300 kilometer dari kota Vancouver. Sebuah bus penumpang terbalik akibat tergelincur. Empat orang tewas dan 53 penumpang terluka.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mewanti-wanti agar warga tidak keluar rumah. “Tetap saling kontak dengan tetangga dan anggota keluarga jika ada yang membutuhkan pertolongan. Tetapi, mohon Anda tidak bertindak sendiri. Konsultasikan dulu dengan petugas layanan darurat setempat,” tuturnya.
Badai salju juga terjadi di Jepang. Pulau-pulau di utara tertutup salju dengan ketinggian 1 meter yang menurut pemerintah daerah tiga kali lebih banyak daripada ukuran salju musim dingin biasa. Badan Pengelola Bencana Nasional melaporkan, ada 17 orang tewas di seantero Jepang. Mayoritas meninggal akibat kecelakaan, misalnya jatuh dari atap rumah ketika membersihkan tumpukan salju. Ada pula korban yang tertimpa salju dari atap atau pohon dan tidak bisa menyelamatkan diri dari timbunan salju akibat keberatan atau terlalu lemas karena kedinginan.
Di Inggris, Badan Meteorologi Nasional memperkirakan badai akan datang pada Senin (26/12). Wilayah utara, terutama di Skotlandia, menjadi daerah yang paling terdampak. Kepolisian Metropolitan Skotlandia mengeluarkan imbauan agar warga tidak keluar rumah sehari sesudah Natal. Tradisi lokal adalah warga menikmati cuaca musim dingin dengan bermain seluncur es atau piknik di alam terbuka. Kedua kegiatan ini terlalu berisiko.
Angin kutub
Penyebab badai salju ini adalah angin yang berasal dari katup Arktik. Fenomena ini disebut “bom siklon”, istilah yang dicetus oleh pakar meteorologi Institut Teknologi Massachusetts AS (MIT) Fred Sanders dan John Gyakum pada tahun 1980. Arti bom siklon ialah angin panas dari berbagai penjuru Bumi menekan hawa dingin di katup Artika sehingga berembus ke selatan membawa cuaca dingin esktrem.
Badan Antariksa dan Penerbangan AS (NASA) menjelaskan di laman resmi mereka bahwa bom siklon kali ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang membuat cuaca esktrem. Contohnya ialah kemarau berkepanjangan, hujan lebat tanpa henti, dan di musim dingin badai salju parah.
Pada Desember 2009 di jurnal Geophysical Research Letters, para peneliti Pusat Kajian Atmosfer AS menerbitkan analisis bahwa perbandingan cuaca ekstrem panas dengan ekstrem dingin ialah 2:1. Berdasarkan perhitungan mereka, rasio ini meningkat menjadi 20:1 pada tahun 2050 dan 50:1 per tahun 2100 apabila tidak ada upaya untuk mengurangi efek pemanasan global. (AFP/Reuters)