Tak Ada Gencatan Senjata Saat Natal, Perang Akan Semakin Berbahaya
Harapan rakyat Ukraina bisa menikmati perayaan Natal tahun ini tidak akan terwujud. Tidak ada tanda-tanda serangan Rusia terhenti. Untuk itu, AS mengirimkan sistem pertahanan udara Patriot. Rusia pamer rudal antarbenua.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
AFP/YURIY DYACHYSHYN
Seorang perempuan duduk di bangku sebuah taman yang tertutup salju di kota Lviv, Ukraina, Selasa (13/12/2022). Harapan agar ada jeda atau gencatan senjata selama perayaan Natal di Ukraina tidak akan terwujud.
MOSKWA, KAMIS — Rusia mengesampingkan permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy agar militer kedua belah pihak melaksanakan jeda atau gencatan senjata saat perayaan Natal tiba, 25 Desember nanti. Sebaliknya, perang memasuki fase berbahaya apabila Pemerintah Amerika Serikat benar-benar mengirimkan sistem pertahanan udara Patriot untuk memenuhi permintaan Zelenskyy.
Usulan gencatan senjata atau jeda perang, setidaknya selama perayaan Natal tahun ini, sempat diutarakan Zelenskyy saat berbicara dengan para pemimpin negara-negara G7, awal pekan ini. Zelenskyy menyebut, gencatan senjata diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada semua orang, baik rakyat Ukraina maupun pasukan yang berperang, merayakan Natal. ”Inilah saatnya bagi orang normal untuk berpikir tentang perdamaian, bukan agresi. Saya menyarankan Rusia untuk setidaknya mencoba membuktikan bahwa ia mampu menghentikan agresi,” kata Zelenksyy dalam pertemuan itu.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Pemerintah Rusia sama sekali tidak berniat menerima permintaan gencatan senjata atau jeda perang dari pihak mana pun. ”Tidak, tidak ada tawaran seperti itu yang diterima dari siapa pun. Topik ini tidak ada dalam agenda,” katanya, Rabu (14/12/2022).
Di lapangan, tidak ada tanda-tanda Rusia akan menarik pasukannya atau setidaknya mengurangi daya gempurnya. Laporan militer Ukraina menyebut bahwa fokus militer Rusia saat ini adalah menggempur kota Bakhmut dan Avdiivka. Serangan terhadap kedua kota itu tak berhenti dalam 24 jam terakhir. Selain itu, Rusia juga menggempur wilayah Donetsk, Zaporizhia, dan Kherson.
AFP/GENYA SAVILOV
Seorang warga membawa sebatang kayu yang akan digunakan untuk kebutuhan memasak dan menghangatkan diri di tempat tinggalnya, di Lyman, Donetsk, Ukraina, Rabu (14/12/2022). Harapan agar ada jeda atau gencatan senjata selama perayaan Natal di Ukraina tidak akan terwujud.
”Militer Rusia menembaki berbagai area di garis depan sepanjang malam dan pagi hari,” kata Gubernur Ukraina untuk wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko, melalui aplikasi pesan Telegram. Dua warga tewas dan beberapa lainnya terluka akibat serangan itu. Kyrylenko menyerukan warga untuk meninggalkan kota dan mencari tempat perlindungan yang aman untuk sementara waktu.
Ibu kota Ukraina, Kyiv, juga tak luput dari serangan. Militer Rusia mengirimkan pesawat nirawak dalam jumlah besar untuk menyerang berbagai gedung pemerintahan di ibu kota. Dua gedung pemerintah rusak karena serangan pesawat nirawak yang diduga dipasok Iran. Akan tetapi, pertahanan udara Ukraina mampu menembak jatuh setidaknya 13 pesawat nirawak milik Rusia.
”Kremlin berusaha mengubah konflik menjadi konfrontasi bersenjata yang berkepanjangan,” kata perwira senior militer Ukraina, Brigadir Jenderal Oleksiy Gromov, dalam jumpa pers pada Kamis (15/12/2022). Dia menepis kemungkinan gencatan senjata selama masa perayaan.
AFP/SERGEY BOBOK
Foto yang diambil pada 13 Desember 2022 ini memperlihatkan tank yang rusak di sebuah desa di Izyum, wilayah Kharkiv, Ukraina. Harapan warga Ukraina untuk bisa merayakan Natal tahun ini dengan damai tidak terwujud setelah di medan pertempuran tidak ada tanda-tanda gencatan senjata sementara.
Yana, seorang warga Kyiv, mengatakan, satu-satunya keinginannya saat ini adalah agar perang segera berakhir. Akan tetapi, harapan itu tidak aka terwujud dalam waktu dekat. Bahkan, dikhawatirkan perang akan semakin panjang.
”Mengingat apa yang kita lihat di udara dan di darat di Ukraina, sulit untuk menyimpulkan bahwa perang ini akan berakhir pada akhir tahun,” kata juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby.
Pengiriman ”Patriot”
Perdamaian pun semakin jauh dari pandangan setelah santer terdengar kabar bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden berencana mengirimkan sistem pertahanan udara darat ke udara, Patriot, ke Ukraina. Departemen Pertahanan AS, menurut dua pejabat AS, bisa menyetujui pemindahan satu sistem pertahanan udara Patriot ke Ukraina dalam pekan ini. Persetujuan akhir ada di tangan Biden.
Meski tidak secara spesifik menyebut Patriot, Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Selasa (13/12), membenarkan pengiriman sistem pertahanan udara ke Ukraina adalah prioritas bagi pemerintahan Biden.
REUTERS/IDREES ALI
Mantan Menteri Pertahanan AS Mark Esper berbicara dengan pasukan AS di dekat rudal Patriot di Pangkalan Udara Pangeran Sultan di Arab Saudi, Selasa (22/10/2019).
”Kami sangat jelas bahwa Amerika Serikat akan terus memprioritaskan pengiriman sistem pertahanan udara ke Ukraina untuk membantu mitra kami mempertahankan diri dari agresi Rusia yang brutal,” kata Price.
Rencana pengiriman Patriot pertama kali dilaporkan oleh media AS, CNN dan The New York Times. Setelah sempat menolak permintaan Ukraina untuk mengirimkan Patriot dan menilai situasi di lapangan saat ini, Gedung Putih, menurut beberapa pejabat senior Pemerintah AS, berpikiran untuk mengubah pendiriannya. Pada saat yang sama, sistem pertahanan udara Patriot juga akan mampu mengamankan wilayah udara negara-negara NATO di wilayah Eropa Timur.
Seorang mantan pejabat militer senior yang memahami cara kerja sistem pertahanan itu mengatakan, Patriot akan efektif untuk menghadapi rudal balistik jarak pendek. Akan tetapi, satu unit Patriot dinilai tidak akan mengubah jalannya perang.
AFP/SERGEI SUPINSKY
Sejumlah perwakilan diplomatik negara sahabat mendapatkan penjelasan soal pesawat nirawak milik Rusia yang digunakan untuk menyerang berbagai wilayah Ukraina di Kyiv, Kamis (15/12/2022).
Pentagon sebelumnya memberi Ukraina dua senjata pertahanan udara jarak pendek yang disebut National Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS) yang tiba pada November. Masih ada enam unit NASAMS lagi yang akan dikirimkan ke Ukraina dalam beberapa tahun mendatang.
Rencana mengirimkan Patriot ke Ukraina mendapat kecaman dari Rusia. Kedutaan Besar Rusia di Washington, dikutip dari kantor berita TASS, menyatakan, pengiriman Patriot bagi Kyiv adalah langkah provokatif lain yang bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi.
”Jika (informasi) ini terkonfirmasi, kita akan menyaksikan langkah provokatif lainnya oleh Pemerintah AS yang dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi. Pengiriman senjata yang berkelanjutan hanya akan memperkuat rezim Zelenskyy dan mendorongnya ke kejahatan baru terhadap warga sipil di wilayah Donbas, Kherson, dan Zaporizhia,” kata Kedubes Rusia dalam pernyataannya, Rabu (14/12).
Kedubes Rusia menyatakan, pengiriman itu membuat AS terseret semakin jauh dalam perang Rusia-Ukraina. ”Strategi Washington menyebabkan kerusakan besar tidak hanya pada hubungan Rusia-Amerika, tetapi juga menciptakan risiko tambahan bagi keamanan global. Amerika Serikat-lah yang bertanggung jawab atas perpanjangan dan eskalasi konflik Ukraina,” kata Kedubes Rusia.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah mewanti-wanti soal kemungkinan tindakan serangan mendahului (preemptive strike) oleh militer Rusia. Hal itu bisa dilakukan untuk menjamin keamanan Rusia dan warganya.
Menyusul beredarnya informasi bahwa AS akan mengirimkan Patriot ke Ukraina, militer Rusia juga memamerkan dua rudal balistik antarbenua Yars miliknya. Dikutip dari media Russia Today, Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan dua rudal dengan daya jelajah hingga 11.000 kilometer yang tengah terpasang di fasilatas rudal Kozelsk di Kaluga, Rusia tengah.
Rudal yang terpasang adalah RS-24 Yars, rudal pengganti UR-100N yang dikembangkan oleh Uni Soviet sebagai bagian dari persejataan nuklir. Seperti pendahulunya, rudal baru ini juga mampu membawa hulu ledak nuklir. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, mereka memperlihatkan rekaman video itu untuk menandai Hari Pasukan Roket Strategis yang akan dirayakan, Sabtu (16/12). (AP/REUTERS)