Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat seperti tempe yang mengandung hal-hal esensial dari kedua bangsa. Bisakah ini diterapkan secara global?
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Yong Kim dalam jumpa pers ulang tahun ke-12 pusat kebudayaan AS @America di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Di dalam tempe, makanan kesukaan rakyat Indonesia, ada Amerika Serikat. Beginilah prinsip kedekatan kebudayaan kedua negara yang ingin diterapkan oleh pusat kebudayaan AS di Jakarta, @America.
Hal itu diungkapkan oleh Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Yong Kim ketika membuka acara ulang tahun ke-12 @America yang berada di pusat perbelanjaan Pacific Place, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Ia menjelaskan, hubungan bilateral Indonesia-AS sudah sangat kuat. Neraca perdagangan pada tahun 2022 naik 30 persen.
Di sektor pertahanan dan keamanan, kerja sama militer dan latihan gabungan antara TNI dan militer AS rutin dilakukan. Demikian pula di sektor pendidikan, orang per orang, dan kesenian. Semua kerja sama yang sudah kuat ini bisa lebih ditingkatkan.
”Saya paling terkesan ketika belajar mengenai pembuatan tempe. Ternyata, di Indonesia, kedelai AS paling digemari untuk membuat tempe karena tekstur dan rasanya,” kata Kim.
Bagi Kim, ini simbolis bahwa di dalam hal-hal esensial suatu kebudayaan terkandung unsur yang berasal dari budaya lain. Ini melambangkan setiap bangsa sejatinya memiliki kedekatan dengan bangsa-bangsa lain.
Prinsip itu juga dikemukakan oleh maestro tari Minangkabau modern, Ery Mefri. Sanggar Nan Jombang binaannya tampil sebagai pengisi acara. Tarian yang ditampilkan memiliki gerak dinamis dan penuh entakan. Tidak ada musik kecuali vokal para penari dan tabuhan gendang yang mereka mainkan.
”Saya terinspirasi perilaku orang AS yang ’cadas’ yang saya lihat waktu beberapa kali lokakarya ke sana. Dari mereka pula saya belajar bahwa hidup itu harus dinikmati dan dibiarkan mengalir, jangan cuma mengejar target,” tutur Ery.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Para penari kontemporer Minangkabau dari Sanggar Nan Jombang tampil dalam acara ulang tahun ke-12 pusat kebudayaan Amerika Serikat @Amerika di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Namun, suasana hubungan AS dengan kawasan Asia Tenggara tidak bisa dibilang go with the flow. Pengaruh hubungan AS dengan China dan Rusia sangat terasa di sejumlah kawasan global. Pada Konferensi Tingkat Tinggi G20, November lalu, misalnya, Presiden AS Joe Biden sempat mengatakan tidak mau datang apabila Indonesia tidak mendepak Rusia dari G20.
Indonesia kemudian berusaha menengahi dengan tetap mengundang Rusia dan juga mengundang Ukraina sebagai tamu kehormatan. Walhasil, KTT berjalan lancar dan menghasilkan Deklarasi Bali. Di paragraf ketiga deklarasi itu, pandangan seluruh G20 terfasilitasi.
G20 tidak mengecam invasi Rusia ke Ukraina karena konteks konflik dan hubungan bilateral di 13 negara berkembang anggota G20 lebih kompleks. Sebagai jalan tengah, dibuat kalimat bahwa sebagian anggota G20 mengecam invasi tersebut.
Tidak mengecam pun bukan berarti menyetujui karena Indonesia tetap meminta segera dilakukan gencatan senjata dan perundingan damai. Hal itu diutarakan Presiden Joko Widodo dalam KTT G20, KTT Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), ataupun pertemuan-pertemuan bilateral dengan banyak kepala negara dan pemerintahan. Bagi Indonesia, pemikiran liyan yang mengadu antara ”kita melawan mereka” tidak berlaku karena sudah kodrat semua orang ataupun bangsa berbeda-beda.
Apabila kembali pada konsep tempe, mungkin ada kesempatan untuk menaruh segala perbedaan itu di dalam suatu wadah, lalu diinjak-injak. Setelah perbedaan-perbedaan itu lumat, muncul hasil yang bermanfaat.