Dengan semakin dikenalnya ragam makanan Indonesia, terbuka peluang bagi para pengusaha yang bergelut di bidang ini untuk bisa melebarkan sayap ke New York dan negara bagian lain.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
Angin musim gugur pada akhir September 2022 di New York, Amerika Serikat, tak hanya mengembuskan udara sejuk. Harum makanan berkuah yang sudah akrab turut menggelitik indra penciuman.
Di ruas jalan East 68th Street tampak antrean mengular di depan sebuah tenda bertuliskan Bakso Superphilly. Di sekitarnya juga terlihat banyak warga negara Indonesia dan warga setempat mengantre di tenda-tenda yang menyediakan aneka makanan seperti pempek, siomai, dan sate. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tampak di antara pengunjung, turut menikmati bakso dan kopi.
Panggung kecil berdiri di depan Konsulat Jenderal RI (KJRI) New York. Pembawa acara sibuk menyapa hadirin. Musik mulai mengalun. Hari itu tengah digelar New York Indonesian Festival oleh Indonesian Culinary Enthusiast (ICE) yang didukung salah satunya oleh KJRI New York.
Menurut Konsul Ekonomi KJRI New York Herbhayu A Noerlambang, yang menemui para wartawan Indonesia, New York Indonesian Festival pertama kali digelar tahun 2015 dengan nama Indonesian Street Festival. ”Sampai tahun 2019, acaranya selalu ramai pengunjung. Bisa 5.000-6.000 orang. Ini jalan strategis menuju Central Park, jadi biasanya orang-orang akan lewat sini,” ujarnya.
Saat pandemi Covid-19 tahun 2020 dan 2021, keramaian itu pun lenyap. Tahun 2020 acara digelar secara virtual, sementara pada 2021 digelar secara hibrida dengan hanya dua gerai yang dibuat di dalam Gedung KJRI. Baru tahun 2022 kemeriahan mulai kembali seiring sudah dilonggarkannya protokol terkait Covid-19 oleh Pemerintah AS.
Herbhayu mengungkapkan, acara ini menjadi bagian dari upaya menyukseskan program Indonesia Spice Up the World yang bertujuan meningkatkan ekspor rempah-rempah Indonesia ke luar negeri. ”Selain itu, bagaimana kita bisa menambah jumlah restoran Indonesia di New York dan dunia. Total yang diinginkan sebanyak 4.000 restoran, sementara sekarang baru ada 500 restoran,” tutur Herbhayu.
Perkenalan
Lewat berbagai kegiatan promosi, forum, dan pameran ini KJRI New York berupaya memperkenalkan makanan Indonesia. Diakui, makanan Indonesia belum seterkenal makanan Thailand atau Vietnam. Dari segi jumlah restoran, terdapat jauh lebih banyak restoran Thailand dan Vietnam di seluruh dunia dibandingkan dengan restoran Indonesia.
”Mereka (warga setempat) bilang, makanannya enak. Memang berbeda dengan Thailand atau Vietnam, tetapi rupanya mereka suka mencoba makanan baru. Beberapa orang mengatakan tidak suka makanan yang terlalu pedas atau rasa rempah yang terlalu kuat,” paparnya.
Dengan semakin dikenalnya ragam makanan Indonesia, terbuka peluang bagi para pengusaha yang bergelut di bidang ini untuk bisa melebarkan sayap ke New York dan negara bagian lain. Ada beberapa restoran baru yang akan dibuka, menambah daftar restoran yang sudah berdiri. Herbhayu menyebut, sebenarnya minat pengusaha cukup besar untuk menjajal pasar New York, tetapi standar yang tinggi sering menjadi tantangan tersendiri. Biaya yang diperlukan juga besar.
”Banyak hal yang harus diurus, seperti izin usaha, lalu harus mencari tempat strategis. Untuk bisnis makanan, biasanya akan teruji dalam enam bulan. Kalau bertahan, bisa lanjut. Ada ungkapan, kalau bisa masuk New York, akan bisa masuk ke mana pun,” katanya.
Selain gencar promosi makanan Indonesia, KJRI New York terus berupaya menarik investasi asing dari wilayah kerjanya. Salah satunya dengan kerja sama antara pemerintah daerah di Indonesia dan bisnis di AS melalui berbagai forum bisnis untuk memperkenalkan produk-produk lokal. Tugas ini cukup menantang karena AS kini mengalami perlambatan ekonomi akibat kenaikan inflasi.
Salah satu peluangnya dari segi jasa, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Kerja sama di bidang-bidang ini diharapkan bisa mendongkrak investasi dari AS ke Indonesia.
Dalam bidang budaya, ada hal menarik, yakni banyaknya kelompok gamelan Jawa dan Bali yang terdapat di wilayah kerja KJRI New York. Di Gedung KJRI New York terdapat ruang khusus gamelan tempat pengunjung atau kelompok-kelompok tersebut bisa memainkannya.