Meski Diyakinkan soal ”Drone” Iran, Israel Tolak Pasok Senjata ke Ukraina
Ukraina bersiap memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Pada saat sama, Ukraina meminta bantuan senjata dari Israel, musuh Iran. Namun, Israel menolak permintaan itu.
KYIV, RABU — Ukraina berancang-ancang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah ratusan pesawat nirawak Iran dilaporkan digunakan Rusia untuk menyerang kota-kota di wilayahnya. Kyiv siap berbagi bukti dengan Uni Eropa bahwa Moskwa telah mengerahkan pesawat nirawak ”kamikaze” militer Iran dalam memperparah konflik.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dalam konferensi pers, Selasa (18/10/2022) malam WIB, mengatakan telah mengajukan usulan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran kepada Presiden Volodymyr Zelenskyy untuk disetujui. Bersamaan dengan hal itu, Kuleba juga mengatakan, Kyiv segera mengirim nota resmi kepada Israel untuk memohon dukungan militernya, termasuk pasokan rudal pertahanan udara.
Namun, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, Rabu (19/10/2022), menegaskan, Israel tak akan mengirimkan senjata ke Ukraina. ”Kebijakan kami terkait Ukraina tak berubah—kami akan terus mendukung dan bersama Barat, kami tidak akan memasok sistem persenjataan,” kata Gantz kepada para duta besar negara-negara Uni Eropa (UE), menurut pernyataan yang dirilis kantornya.
Baca juga: Rival di Timteng, Satu Sikap di Ukraina
Gantz menambahkan, Israel akan terus mengirimkan ”bantuan kemanusiaan” ke Ukraina, termasuk ”perlengkapan bertahan penyelamat hidup”. Namun, pasokan senjata tak masuk daftar ”karena beragam pertimbangan operasionalisasi”.
Sehari sebelumnya, Kuleba menyatakan, Teheran harus memikul tanggung jawab penuh atas kerusakan hubungannya dengan Kyiv. Menurut dia, Kyiv juga siap membagikan ”sekantong bukti” kepada UE. Blok beranggotakan 27 negara ini sedang mempertimbangkan sanksi terhadap Iran jika klaim Ukraina terbukti.
”Mengingat jumlah kerusakan yang ditimbulkan pesawat nirawak Iran terhadap infrastruktur sipil Ukraina, kematian dan cedera yang diderita rakyat kami, serta kemungkinan kelanjutan pasokan senjata Iran ke Rusia, saya mengajukan proposal kepada Presiden Ukraina untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran,” kata Kuleba seperti dikutip Al Jazeera.
Baca juga: Perang Ukraina Mulai Seret Timur Tengah
Hubungan Ukraina-Iran selama ini terjaga baik meski diwarnai perseteruan dan perang kata-kata setelah Korps Garda Revolusi Islam Iran menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina, Ukraine International Airlines 752, 8 Januari 2020. Sebanyak 176 orang di dalam pesawat itu tewas, memicu kemarahan Kyiv dan kecaman negara-negara yang warganya menjadi korban tragedi itu.
Sebelum tahun 2020, hubungan antara Ukraina dan Iran relatif kuat. Kini situasinya semakin buruk setelah Iran dilaporkan memasok pesawat nirawak (UAV) untuk mendukung Rusia dalam perang di Ukraina. Menurut diplomat Ukraina, setidaknya ada dua UAV buatan Iran yang dioperasikan Rusia di Ukraina, yakni seri Muhajer dan Shahed.
Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya, seperti dikutip kantor berita Turki, Anadolu, menyebutkan, pesawat nirawak Iran telah dikirim ke Rusia sejak Januari 2016. ”Secara khusus baru pada akhir Agustus 2022 Iran mengirim UAV seri Mohajer dan Shahed ke Rusia. Ukraina menilai, ini mungkin bagian rencana Iran untuk mengekspor ratusan UAV ke Rusia,” katanya.
Para pejabat Ukraina dan anggota pasukannya dari lapangan melaporkan, pesawat nirawak yang menyerang kota-kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, adalah UAV seri Shahed-136. Rusia menggunakan lusinan UAV ”kamikaze” buatan Iran, Shahed-136, dalam serangan pada Senin (17/10/2022) yang menewaskan empat warga sipil di Kyiv.
Kampanye Barat
Di Jakarta, Pemerintah Iran melalui Duta Besar Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azzad menyatakan, informasi mengenai keberadaan drone Iran di Ukraina sebagai kampanye hitam yang dilakukan negara-negara Barat. Pemerintah Iran, seperti halnya Pemerintah Indonesia, coba memainkan peran yang lebih konstruktif untuk mendamaikan para pihak berkonflik di Ukraina.
”Sudah menjadi tabiat Barat agar kekuatan Iran lumpuh. Semua hal yang menjadi kekuatan Iran akan menjadi sasaran dan dikambinghitamkaan,” kata Azzad dalam konferensi pers di kediamannya di Jakarta, Rabu (19/10/2022) malam.
Baca juga: Dubes Iran: Tuduhan soal "Drone" Iran di Ukraina Kampanye Hitam Negara Barat
Ia menambahkan, Pemerintaah Iran coba mengambil peran sebagai mediator. Pejabat Iran, kata Azzad, terbang ke Moskwa untuk bertemu sejawatnya dan mendorong negosiasi damai Rusia-Ukraina.
”Dalam konflik ini, kami tak memihak. Kami coba memainkan peran sebagai jembatan komunikasi di antara berbagai pihak, berupaya jadi penengah dan berkontribusi untuk mendamaikan,” kata Azzad.
Dalam pernyataan terpisah, Sabtu lalu, Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian ”menekankan bahwa Republik Islam Iran belum dan tidak akan menyediakan senjata apa pun untuk digunakan dalam perang di Ukraina”. Dalam pembicaraan telepon dengan Menlu Portugal Joao Gomes Cravinho, ia mengatakan, ”Kami percaya bahwa mempersenjatai setiap sisi krisis akan memperpanjang perang,” sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
223 "drone" Iran
Para pejabat Ukraina dan pasukannya di lapangan melaporkan, pesawat nirawak yang menyerang kota-kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, adalah UAV seri Shahed-136. Rusia menggunakan lusinan UAV ”kamikaze” buatan Iran, Shahed-136, dalam serangan pada Senin (17/10/2022) yang menewaskan empat warga sipil di Kyiv.
Baca juga: Komandan Rusia: Posisi Pasukan di Ukraina Selatan Sulit
Situs berita Ukrinform, Ukraina, Rabu (19/10/2022), menyebutkan, dalam 36 hari terakhir, Ukraina telah nembak jatuh 223 pesawat nirawak buatan Iran. Shahed-136 pertama ditembak jatuh pada 13 September di Kupiansk, Provinsi Kharkiv. Sebanyak 12 UAV Iran, yang oleh Rusia dinamai Geran-2 itu, ditembak jatuh dengan rudal pertahanan udara di wilayah Mykolaiv, Ukraina, Rabu dinihari.
”Pada malam tanggal 19 (Rabu dinihari), musuh menyerang wilayah Mykolaiv dengan drone kamikaze Shahed-136. Sebelas drone ditembak jatuh oleh pasukan dan sarana pertahanan udara Komando Udara Selatan dan satu lagi oleh tentara Garda Nasional Ukraina,” demikian laporan otoritas Ukraina, seperti dilaporkan media Ukrinform.
Sementara itu, situs berita Euronews, Rabu (19/10/2022), mengatakan, Kremlin telah membantah pasukannya menggunakan drone buatan Iran untuk menyerang Ukraina. Ditanya apakah Rusia telah menggunakan UAV ”kamikaze” buatan Iran dalam operasi militernya di Ukraina, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, Rusia tidak memiliki informasi tentang penggunaannya. ”Peralatan Rusia dengan nomenklatur Rusia digunakan,” katanya.
Baca juga: ”Drone” Iran Digunakan Serang Kyiv, Teheran Terseret Konflik di Ukraina
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, menurut penilaiannya, UAV ”kamikaze” Iran telah digunakan dalam serangan pada jam sibuk di Kiev, Senin (17/10/2022) pagi. Juru bicara Gedung Putih, Karinne Jean-Pierre, menuduh Teheran berbohong. Para pemimpin dari seluruh Eropa mengatakan, penggunaan UAV Iran akan menandai eskalasi serius dalam konflik dan harus dijatuhi sanksi baru.
Selain itu, sumber Pertahanan Israel mengatakan, kerja sama Iran-Rusia di Ukraina telah mengubah situasi dan membutuhkan perubahan total dalam pendekatan Israel untuk memberikan Ukraina sistem pertahanan. Sebelumnya, Israel tidak ingin menyediakan sistem senjata ke Ukraina, tetapi dikritik para ahli dan politisi Israel, terutama setelah UAV buat Iran menyerang sasaran sipil Ukraina.
Kuleba juga mengaku bahwa Kyiv segera mengirim catatan resmi ke Tel Aviv untuk memohon dukungan militer Israel, termasuk pasokan rudal pertahanan udara. Sementara dalam sebuah analisis pada Selasa, media The New York Times berpendapat, ”aliansi” Teheran-Moskwa telah meningkatkan tekanan pada Israel, musuh bebuyutan Iran, untuk memihak Ukraina.
Pada hari Minggu (16/10/2022), Menteri Urusan Diaspora Israel Nachman Shai berpendapat agar Israel mengirim bantuan militer ke Kyiv selain bantuan kemanusiaan yang ada. Namun, pada Selasa (18/10/2022), sebelum pernyataan Kuleba, Menteri Kehakiman Israel Gideon Saar mengatakan, dukungan Israel untuk Kyiv ”tak termasuk sistem senjata dan persenjataan. Tak ada perubahan posisi itu”.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, Rabu, menegaskan, Israel tidak berniat memberikan senjata kepada Ukraina untuk melawan Rusia. Ia menambahkan, Israel telah menawarkan bantuan kepada Kyiv dalam mengembangkan sistem peringatan cerdas terhadap ancaman udara.
Lihat foto-foto: Serangan Pesawat Nirawak di Kyiv
”Israel mempertahankan kebijakan untuk mendukung Ukraina melalui dukungan kemanusiaan dan pengiriman peralatan penyelamat dan pertahanan,” kata Gantz.
Dmitri Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, telah memperingatkan bahwa pasokan perangkat keras senjata Israel akan ”menghancurkan semua hubungan” dengan Rusia. ”Sekitar 15 persen pemilih di Israel, menjelang pemilu 1 November, adalah penutur bahasa Rusia. Israel juga memiliki koordinasi intelijen dengan Rusia di Suriah,” katanya.
Kyslytsya mengundang para ahli PBB mengunjungi Ukraina untuk memeriksa UAV Iran yang dijual ke Rusia, yang melanggar sanksi PBB. Vedant Patel dari Departemen Luar Negeri AS mendukung klaim Ukraina dan mengatakan ada ”bukti yang luas” bahwa Rusia menggunakan drone buatan Iran. Para diplomat mengatakan, AS, Perancis, dan Inggris meminta DK PBB membahas masalah itu, Kamis (20/10/2022) WIB. (AFP/AP/REUTERS)