Potensi Miskalkulasi Sangat Besar Terjadi di Selat Taiwan
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memperingatkan kemungkinan miskalkulasi yang sangat besar terjadi di Selat Taiwan, terutama karena Taiwan dan China melakukan latihan militer berbarengan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
SINGAPURA, SELASA – Latihan militer Taiwan yang dimulai pada hari Selasa (9/8/2022) serta perpanjangan latihan militer China di sekitar Selat Taiwan pada waktu bersamaan dikhawatirkan bisa berdampak serius. Ini termasuk kemungkinan terjadinya miskalkulasi atau kesalahan perhitungan. Para pihak diminta menahan diri di tengah situasi dunia yang tengah mencoba pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Peringatan itu disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Selasa. ”Ini tidak mungkin membaik dalam waktu dekat. Selain itu, salah perhitungan atau kecelakaan dapat dengan mudah memperburuk keadaan,” kata Lee.
Lee dikenal sebagai salah satu pemimpin yang jarang bersuara mengenai situasi dan kondisi di kawasan. Apalagi, rivalitas yang terjadi di Selat Taiwan melibatkan dua negara yang memiliki hubungan ekonomi erat dengan Singapura, yaitu China dan Amerika Serikat.
Akan tetapi, Loong melihat konflik yang terjadi di Asia Timur tidak akan mereda dalam satu atau dua hari ke depan. Lee, dalam pidato yang disiarkan beberapa stasiun televisi, mengatakan, Singapura akan diterpa badai, berupa persaingan dan ketegangan yang intens di kawasan itu. Warga Singapura diharapkan bersiap terhadap kemungkinan masa depan yang kurang damai dan instabilitas.
”Di sekitar kita, badai sedang berkumpul. Hubungan AS-China memburuk, dengan masalah yang sulit dipecahkan, kecurigaan yang mendalam, dan keterlibatan yang terbatas,” kata Lee.
Dia menambahkan, mendung akan menggelayuti perekonomian Singapura hingga situasi kawasan lebih stabil. Untuk itu, Pemerintah Singapura akan meluncurkan lebih banyak inisiatif dan kebijakan dalam beberapa bulan ke depan untuk membantu warga yang kesulitan karena kenaikan harga kebutuhan hidup.
Tingkat inflasi di Singapura mengalami kenaikan setelah selama satu dekade terakhir dalam posisi yang stabil. Akhir Juli lalu, tingkat inflasi di Singapura mencapai 6,7 persen, lebih tinggi 0,5 persen daripada perkiraan para ekonom. Situasi itu membuat bank sentral memperketat kebijakan moneternya pada pertengahan Juli untuk mengatasi tekanan tersebut.
Tingkat inflasi yang tinggi dirasakan dunia internasional setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai, 24 Februari lalu. Inflasi tinggi salah satunya dipicu harga gas yang tinggi di Eropa serta kekurangan pasokan gandum dan produk biji-bijian yang secara tradisional disuplai Ukraina.
Sejumlah pengamat mengkhawatirkan situasi perekonomian global kembali terganggu ketika ketegangan di Selat Taiwan semakin tinggi. Selat Taiwan merupkan rute pelayaran utama bagi China dan Jepang, ekonomi terbesar nomor dua dan tiga dunia, serta Eropa. Selat Taiwan juga berfungsi sebagai rute perdagangan untuk pembangkit tenaga listrik teknologi Korea Selatan dan barang-barang manufaktur dari pabrik-pabrik Asia ke banyak konsumen dunia.
Menurut Bloomberg, hampir separuh kapal kontainer dan logistik global melewati kawasan ini antara Januari dan Juli 2022. Blokade yang dilakukan militer China atas tiga dari enam area di Selat Taiwan dikhawatirkan mengganggu rantai pasok semikonduktor yang diproduksi di Asia Timur ke pasar global (Kompas.id, 6 Agustus 2022).
Latihan perang Taiwan
Militer Taiwan, Selasa, memulai latihan dengan melakukan tembakan artileri langsung di Pingtung. Latihan ini menyimulasikan kemampuan sistem pertahanan terhadap kemungkinan serangan musuh. Hal itu dikonfimasi Juru Bicara Korps Angkatan Darat ke-8 Taiwan Lou Woei-jye.
Menurut dia, latihan dimulai sekitar pukul 08.40 waktu setempat atau 07.40 WIB. Lou mengatakan, latihan sistem pertahanan yang berlangsung di wilayah selatan Pingtung dimulai dengan menembakkan suar peringatan dan dilanjutkan dengan penembakan artileri berat ke sebuah sasaran. Menurut rencana, latihan berakhir sekitar pukul 09.30 waktu setempat.
Latihan militer Taiwan akan berlangsung dua hari, Selasa dan Kamis. Menurut pernyataan militer Taiwan, latihan mencakup pengerahan ratusan kekuatan tempur darat dan sekitar 40 meriam howitzer.
Lou membantah latihan itu sebagai reaksi atas latihan militer yang diselenggarakan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Menurut dia, latihan itu sudah terjadwal dalam agenda tahunan militer Taiwan.
Militer Taiwan secara rutin menggelar latihan militer yang menyimulasikan invasi China. Bulan lalu, mereka mempraktikkan cara memukul mundur serangan dari laut dalam ”operasi pencegatan bersama” sebagai bagian dari latihan tahunan terbesar.
Reaksi
Sejumlah pemimpin pemerintahan bereaksi terhadap perpanjangan latihan militer yang dilakukan China. Presiden AS Joe Biden mengungkapkan kekhawatirannya, terutama karena militer China dinilainya bergerak sesuka hatinya.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre memperkuat kekhawatiran Biden. ”Kami telah mengecam keras sejak mereka mulai meningkat (melakukan simulasi invasi ke Taiwan). Mereka provokatif, tidak bertanggung jawab, dan meningkatkan risiko salah perhitungan,” katanya.
Kekhawatiran senada disampaikan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong. Wong mendesak para pihak untuk meredakan ketegangan di Selat Taiwan yang telah meningkatkan ketegangan dan mengacaukan kawasan. Wong sekaligus mengkritik penggunaan rudal balistik oleh militer China selama latihan.
Akan tetapi, Kedutaan Besar China di Australia menyatakan, pernyataan Wong tidak dapat diterima karena latihan itu ditujukan untuk kedaulatan negara dan integritas teritorial. ”Kami berharap Australia dapat menangani masalah Taiwan dengan hati-hati, tidak mengikuti strategi negara-negara tertentu untuk menahan China dengan Taiwan, dan tidak menciptakan masalah dan gangguan baru dalam hubungan China-Australia,” kata pernyataan kedutaan. (AP/AFP/Reuters)