Amerika Serikat ingin menjaga rantai pasok semikonduktor agar tidak kalah dari China.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT - DPR Amerika Serikat setelah melakukan pembahasan selama satu tahun akhirnya menyepakati pengesahan undang-undang subsidi serta insentif pajak untuk perusahaan-perusahaan pembuat semikonduktor. UU ini diambil karena AS ingin mengamankan rantai pasok global dan tidak mau tergantung kepada China.
UU tersebut disahkan di Washington, Kamis (28/7/2022) malam waktu setempat atau Jumat (29/7/2022) pagi waktu Indonesia barat. Baik para legislator dari Partai Demokrat maupun Partai Repbulik sama-sama menyetujui UU tersebut.
AS adalah negara penemu teknologi cip semikonduktor. Akan tetapi, dalam dua dekade terakhir, hanya 10 persen semikknduktor global dibuat di "Negeri Paman Sam". Mayoritas semikonduktor dunia sekarang dibuat di Taiwan. Situasi di Taiwan kini sedang tegang karena wilayah ini mendekati negara-negara Barat seolah mencari dukungan untuk melepaskan diri dari China. Akibatnya, China banyak melakukan intrusi pesawat dan kapal militer ke wilayah Taiwan.
Ketegangan ini berimbas kepada rantai pasok semikonduktor. Apalagi, Jepang dan Korea Selatan yang merupakan sekutu AS serta penghasil semikonduktor juga berada di dekat wilayah tekananan China. Oleh sebab itu, AS menginginkan penjaminan pasokan semikonduktor yang kini dipakai di semua gawai listrik, kendaraan, sampai dengan persenjataan militer.
"Di masa-masa sulit seperti ini kita harus mandiri. Jangan tergantung dari produksi negara lain," kata Michael McCaul, anggota DPR dari Partai Republik.
UU ini menyatakan memberi subsidi sebesar 52 miliar dollar untuk memproduksi segala jenis cip semikonduktor, kredit investasi di sektor cip senilai 24 miliar dollar, dan anggaran 200 miliar dollar yang dikucurkan selama sepuluh tahun mendatang untuk mengembangkan penelitian serta pengembangan semikonduktor. Targetnya ialah AS harus bisa mengalahkan China dari segi produksi dan teknologi.
Kedutaan Besar China di Washington menyuarakan keberatan dengan disahkannya UU ini. "AS kembali ke mentalitas perang dingin. Ini melanggar komitmen perdagangan bebas dan menyakiti dunia bisnis di kedua negara," tulis pernyataan mereka.
Pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Menteri Perdagangan Jepang Koichi Hagiuda akan bertemu dengan Menlu AS Antony Blinken dan Mendag AS Gina Raimodo di Washigton. Mereka akan membahas mengenai pengembangan rantai pasok semikonduktor.
Menurut surat kabar Nikkei, Jepang sedang menyelesaikan pembangunan pusat penelitian dan perkembangan semikonduktor yang bermitra dengan AS. Per akhir tahun 2022 semestinya puslitbang ini bisa mulai meneliti cip berukuran 2 nanometer. Cip yang beredar sekarang umumnya berukuran 10 nanometer. Targetnya, produksi cip bisa dimulai di tahun 2025.
Sejumlah negara bagian menyambut UU ini dengan penuh antusiasme. Salah satunya ialah Texas. Kota Austin merupakan pusat teknologi negara bagian ini dan memiliki beberapa pabrik semikonduktor. "Tentu ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan meletakkan Austin sebagai salah satu pusat teknologi AS, bahkan global," kata Gubernur Texas Greg Abbott kepada surat kabar Austin American-Stateman.
Perusahaan Korsel, Samsung, telah membuka dua pabrik semikonduktor di Austin. Menurut Abbott, dalam satu dekade ke depan, mereka akan membuka sebelas pabrik lagi di Texas. Saat ini, antara Samsung, Texas, dan pemerintahan federal AS tengah membahas mengenai insentif pajak. (Reuters)