Sepanjang 2021, selain simbol kedigdayaan negara dalam teknologi, yang terlihat jelas dalam persaingan AS-China, semikonduktor menampilkan posisinya yang sangat krusial di tengah melejitnya kebutuhan terhadap komputer.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Cip yang terbuat dari material semikonduktor menjadi penentu persaingan antarnegara. Cip dibutuhkan semua produk, dari jam tangan hingga peluru kendali.
Terminologi semikonduktor mengacu pada sifat khas material tertentu, seperti silikon yang menghantarkan listrik jika diberi pemicu, antara lain panas atau tegangan listrik. Jadi, material semikonduktor tak sepenuhnya mengantarkan listrik, seperti tembaga, tetapi juga tidak sepenuhnya bertindak sebagai isolator seperti karet.
Sifat semikonduktor ditemukan sejak abad ke-19, dan mulai diterapkan secara praktis pada 1950-an dengan pembuatan transistor. Maka, muncullah produk radio transistor, radio ringkas dengan kebutuhan daya listrik sangat kecil, sehingga hanya memerlukan baterai sebagai catu daya.
Pemanfaatan material semikonduktor semakin luas. Berkat sifat semikonduktor yang dimilikinya, dimungkinkan dibuat instrumen dengan menggunakan gerbang logika kelistrikan yang bersifat biner: 1 (ada sinyal listrik) dan 0 (tidak ada sinyal). Muncullah perangkat komputasi atau komputer yang mengeksploitasi gerbang logika biner itu.
Perkembangan komputer berlangsung seiring kemajuan industri semikonduktor. Dari integrated circuit (IC) yang dalam satu unitnya setara memuat 10-1.000 transistor, kini kita berada di era cip. Satu cip silikon berukuran sebutir pasir memuat setara berjuta-juta transistor. Komputer lebih kecil, lebih cepat.
Cip menjadi jantung kemajuan. Di titik inilah persaingan Amerika Serikat dan China menemukan medan laganya. Presiden AS (saat itu) Donald Trump beberapa tahun silam berupaya mencegah perusahaan China mendapatkan cip teranyar.
Beijing lantas mempercepat program pembuatan cip canggih yang mendukung kecerdasan buatan. China tak ingin produk, seperti ponsel yang dihasilkan negara itu tergantung pada cip yang didesain, diproduksi asing.
Kebutuhan China akan semikonduktor sangat besar. Ditulis harian ini pada 30 Desember 2021, 60 persen semikonduktor global diserap China. Pada saat yang sama, Taiwan, wilayah yang mengklaim diri terpisah dari China, memegang peranan penting dalam rantai pasok global semikonduktor.
China tak ingin produk, seperti ponsel yang dihasilkan negara itu tergantung pada cip yang didesain, diproduksi asing.
Sepanjang 2021, selain simbol kedigdayaan negara dalam teknologi, yang terlihat jelas dalam persaingan AS-China, semikonduktor menampilkan posisinya yang sangat krusial di tengah melejitnya kebutuhan perangkat komputasi laptop hingga server untuk komputasi awan (cloud computing). Dikombinasikan produksi, pengapalan, serta distribusi yang terhambat akibat pandemi Covid-19, terjadilah kelangkaan.
Chad P Bown dalam ”The Missing Chips” di Foreign Affairs edisi Juli 2021 menulis, pada Mei silam, waktu tunggu pesanan cip bertambah hingga 18 minggu, empat minggu lebih lama ketimbang puncak pemesanan sebelumnya. Pabrik mobil berhenti beroperasi. Pabrik microwave, lemari es, dan mesin cuci gagal memenuhi pesanan konsumen gara-gara cip belum datang. Jadi, siapa yang menguasai cip, dialah yang menang.