Industri Semikonduktor, Perisai dan Rantai Taiwan di Tengah Rivalitas AS-China
Selama Taiwan masih terus memimpin industri semikonduktor, selama itu pula AS dan China akan terus membutuhkan Taipei. Semikonduktor jadi perisai Taiwan dari peluang serangan China sekaligus rantai untuk mengikat AS.
Dimulai pada 1974 sebagai peluang usaha baru, industri semikonduktor Taiwan melebihi harapan awalnya. Tak hanya jadi salah satu andalan perekonomian, industri itu juga jadi salah satu modal penting Taiwan mendapat jaminan keamanan dari Amerika Serikat dan China.
Dalam paparan di Kongres AS, 8 Desember 2021, Direktur Indo-Pasifik pada Departemen Pertahanan AS Ely Ratner mengatakan, perekonomian AS sangat bergantung pada pasokan semikonduktor Taiwan.
Baca juga : Taiwan, Si Kecil-kecil Cabe Rawit
Aneka produk masa kini dan masa mendatang memang mengandalkan semikonduktor. Ponsel apalagi persenjataan masa depan membutuhkan semikonduktor. Pengembangan aneka persenjataan masa depan diarahkan pada penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). AI digadang bisa membuat keputusan dan menyelesaikan masalah lebih cepat. Perang akan berubah drastis dengan pelibatan persenjataan yang berbasis pada AI.
Untuk membuat mesin AI yang mangkus, butuh semikonduktor canggih. Kini, 92 persen pangsa pasar semikonduktor tercanggih dikuasai Taiwan. Sisanya, sebagaimana dicantumkan Boston Consulting dan Semiconductor Industry Association, dikuasai Korea Selatan.
Menteri Ekonomi Taiwan Wang Mei-hua sampai mengatakan, masa depan Taiwan amat bergantung pada industri semikonduktor. ”Tidak hanya ekonomi, tetapi juga keamanan nasional,” kata Wang, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (29/12/2021).
Pensiunan Angkatan Laut Taiwan yang kini menjadi peneliti pada Society for Strategic Studies, Chang Ching, menyebut bahwa salah satu aset terpenting Taiwan adalah para profesional di industri semikonduktor Taiwan. ”Jika mereka sampai menyerbu Taiwan, tentara komunis akan melakukan semua cara untuk melindungi orang-orang di sektor teknologi,” kata Chang.
Ia, antara lain, mengacu pada fakta 60 persen semikonduktor global diserap China. Hingga 90 persen sumber impor semikonduktor China dari Taiwan dan Korea Selatan. Beijing menghabiskan lebih banyak uang untuk mengimpor semikonduktor dibandingkan dengan minyak.
Seperti negara lain, China juga berusaha mengembangkan aneka persenjataan canggih. Ini jelas butuh pasokan semikonduktor canggih. Sayangnya, harapan Presiden China Xi Jinping agar Beijing semakin mandiri industri semikonduktor tidak kunjung terwujud.
Blokade AS dan sekutunya menjadi salah satu hambatan utama pemenuhan tujuan itu. Sampai sekarang, ASML dari Belanda masih menjadi pemasok utama mesin cetak semikonduktor. Nyaris tidak ada semikonduktor terbaru bisa dicetak pada mesin dari ASML. Pemerintahan Donald Trump dilaporkan pernah menekan Den Haag untuk menghambat ekspor mesin cetak itu ke China.
Baca juga : Kelangkaan Semikonduktor Berlanjut sampai 2022
Hambatan dagang oleh AS dan sekutunya terutama bertujuan memastikan China tidak bisa segera memproduksi semikonduktor pada skala di bawah 10 nanometer. Semakin kecil ukuran semikonduktor, semakin banyak unit yang bisa dimasukkan sehingga kekuatannya meningkat.
Investasi besar
Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) kini tengah fokus mengembangkan produksi skala 3 nm dan bersiap memulai pengembangan skala 2 nm. Untuk itu, TSMC menganggarkan 28 miliar dollar AS pada 2021. Hampir 2 kali lipat anggaran pertahanan Taiwan yang bernilai 16 miliar dollar AS.
Belanja TSMC lebih besar dari subsidi yang diusulkan pemerintah Joe Biden, 50 miliar dollar AS untuk lima tahun ke depan. Padahal, Biden menyebut subsidi itu salah satu cara AS kembali menjadi pemimpin pada industri semikonduktor.
Nilai rencana subsidi Biden semakin kecil jika dibandingkan dengan rencana investasi semikonduktor Taiwan pada 2020-2021, yakni 108 miliar dollar AS. ”Kalau semua terwujud, industri semikonduktor Taiwan akan punya sedikit sekali pesaing,” kata Kung Ming-hsin, Kepala Dewan Pembangunan Nasional Taiwan.
Karena itu, para pengelola industri semikonduktor Taiwan tidak cemas dengan fakta bahwa pabrik-pabrik mereka berada di lokasi yang disebut Taipei sebagai lokasi paling potensial untuk diserbu pertama kali oleh Beijing. Kantor pusat dan sejumlah pabrik TSMC, penguasa 92 persen pangsa pasar global untuk semikonduktor paling mutakhir, hanya berjarak 12 kilometer dari lokasi yang mungkin jadi tempat pendaratan tentara Beijing. Gigafab 15, salah satu pabrik utama TSMC, dapat dijangkau dalam 9 menit dari Pangkalan Udara Ching Chuan Kang.
Pendiri TSMC, Morris Chang, menyebut industri semikonduktor Taiwan sebagai gunung pelindung suci bagi wilayahnya. Pernyataan Wang dan Ching memperkuat klaim Chang.
Kecemasan AS-China
Pihak yang cemas dengan industri semikonduktor Taipei adalah justru Beijing dan Washington. ”Kerisauan terbesar Washington adalah Beijing bisa mengendalikan industri semikonduktor Taipei. Akan jadi pukulan besar bagi perekonomian AS dan kemampuan militer AS membuat persenjataan,” kata Martijn Rasser, mantan pejabat Badan Pusat Intelijen (CIA) yang kini menjadi peneliti pada Center for a New American Security.
Baca juga : Terseok karena Rantai Pasok
Pandemi Covid-19 membuat AS semakin menyadari posisi penting industri semikonduktor Taiwan. Banyak pabrik AS terpaksa memangkas atau menunda produksi karena kekurangan pasokan semikonduktor. Kondisi itu menghambat upaya pemulihan ekonomi yang terpukul oleh pandemi.
Pada sektor otomotif saja, ada kehilangan potensi pendapatan setara Rp 2,5 triliun per hari gara-gara penundaan produksi. Raksasa teknologi AS, Apple Inc, mengumumkan gagal mendapatkan pendapatan 6 miliar dollar AS sepanjang triwulan III-2021 gara-gara kekurangan pasokan semikonduktor.
Dalam laporan Bloomberg pada awal disebut, TSMC memasok semikonduktor untuk hampir semua dari 1,4 miliar ponsel yang diproduksi setiap tahun. Sementara Intel memasok hampir 80 persen semikonduktor bagi komputer. Adapun Samsung terutama memasok semikonduktor untuk penyimpanan data.
Masih menurut laporan Bloomberg, membuat pabrik semikonduktor memang mahal. Setiap pabrik Intel, Samsung, dan TSMC membutuhkan rata-rata 20 miliar dollar AS. Karena laju perkembangan teknologi, mesin-mesin di pabrik semikonduktor cenderung ketinggalan zaman setiap lima tahun.
Dengan kata lain, harus investasi ulang. Agar bisa investasi, tentu pabrik harus bisa menghasilkan paling tidak 5 miliar dollar AS per tahun. Sayangnya, tidak semua produsen semikonduktor bisa mencapai pendapatan sebesar itu. Seperti disampaikan Kung Ming-hsin, amat sedikit yang bisa menyaingi Taiwan.
Selama Taiwan masih terus menjadi pemimpin industri semikonduktor, selama itu pula Beijing dan Washington akan terus membutuhkan Taipei. Semikonduktor menjadi perisai Taiwan dari peluang serangan China sekaligus rantai untuk mengikat AS. (AFP/REUTERS)