Rusia dan Ukraina Sepakati Pembukaan Ekspor Gandum
Rusia dan Ukraina, difasilitasi Turki dan PBB, menandatangani perjanjian pembukaan kembali gerbang ekspor gandum dan produk biji-bijian Ukraina ke pasar internasional. Petani skeptis Kremlin akan menepati janjinya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
ISTANBUL, JUMAT – Rusia dan Ukraina dikabarkan sepakat untuk membuka kembali pelabuhan di Laut Hitam agar produk biji-bijian, terutama gandum, bisa dilepas ke pasar internasional. Diharapkan kesepakatan ini akan membuat harga pangan dunia turun dan berdampak pada menurunnya angka inflasi global.
Kantor berita Rusia, TASS, Jumat (22/7/2022), mengonfirmasi, Pemerintah Rusia diwakili Menteri Pertahanan Sergei Shoigu untuk menandatangani perjanjian itu. Sementara Pemerintah Ukraina diwakili Menteri Infrastruktur Oleksandr Kubrakov. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres hadir di acara penandatanganan perjanjian yang diselenggarakan di Istana Dolmabahce, Istanbul, Jumat siang.
Isi detail perjanjian hingga saat ini belum terungkap. Namun, menurut sumber TASS di Ankara, dokumen proposal Rusia yang diberi judul Inisiatif Laut Hitam mengusulkan pembentukan lembaga koordinasi di bawah PBB untuk mengatur proses masuk dan keluar kapal pengangkut gandum dari pelabuhan Ukraina. Selain itu, dokumen juga memperlihatkan, lembaga koordinasi itu akan mengawasi pembersihan ranjau di pelabuhan-pelabuhan yang disepakati dan mengontrol bersama untuk memastikan keamanan rute ekspor.
Perjanjian ini nantinya akan berlaku selama 120 hari dan dapat diperpanjang secara otomatis tanpa negosiasi lebih lanjut. Para pejabat yang terlibat dalam negosiasi ini memandang waktu selama 120 hari cukup untuk mengeluarkan sekitar 25 juta ton gandum dan produk biji-bijian lainnya di berbagai wilayah Ukraina.
Selain isi perjanjian yang belum terungkap sepenuhnya, jelang penandatanganan, Penasihat Kepresidenan Ukraina Mykhaylo Podolyak mengungkapkan, Ukraina tidak akan menandatangani perjanjian dengan Rusia dalam satu dokumen yang sama. ”Ukraina tidak akan menandatangani dokumen apa pun dengan Rusia. Kami hanya berurusan dengan Turki dan PBB,” cuitnya di Twitter. Rusia, katanya, harus membubuhkan tanda tangan pada sebuah dokumen terpisah dengan Turki dan PBB.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, Kamis (21/7/2022), mencuit, pertemuan para pihak yang difasilitasi negaranya menandai langkah pertama untuk memecahkan krisis pangan global saat ini. Amerika Serikat menyambut baik kesepakatan itu dan mengatakan fokus meminta pertanggungjawaban Rusia untuk mengimplementasikannya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, Uni Eropa telah mengusulkan pelonggaran beberapa sanksi untuk menopang ketahanan pangan global. Moskwa berharap ini akan menciptakan kondisi untuk ekspor gandum dan pupuk tanpa hambatan.
Harap-harap cemas
Rakhmon Mirzoyev (60), pemilik ladang gandum di Ukraina selatan, mengatakan masih menunggu realisasi para pihak untuk bisa melepaskan gandum dan produk biji-bijian negara itu ke pasar internasional. Mirzoyev skeptis bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mau memenuhi janjinya agar produk petani Ukraina bisa diekspor. Salah satu indikasinya keinginan Putin dan militer Rusia menguasai sebagian besar wilayah Ukraina dengan terus-menerus melakukan serangan ke berbagai penjuru negeri.
”Sejujurnya, secara pribadi saya tidak begitu percaya itu akan berhasil. Tetapi lalu apa? Apakah kami perlu membuang semua hasil panen? Kami tidak punya pilihan lain. Kami harus berharap sesuatu berhasil,” kata Mirzoyev.
Hampir lima bulan setelah serangan pertama Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, Kyiv mengupayakan jalur alternatif pengiriman melalui Sungai Danube yang terletak di barat daya Ukraina. Sebanyak 30 persen ekspor biji-bijian Ukraina dilakukan melalui jalur ini.
Mykola Horbachov, Ketua Asosiasi Biji-bijian Ukraina, mengatakan telah mengirim gandum melalui 12 titik perbatasan lintas negara Eropa. Namun, hal itu tidak cukup efektif karena para sopir harus mengantre selama berhari-hari sebelum produk itu bisa diangkut truk-truk mereka.
Invasi Rusia juga menyebabkan biaya transportasi melambung. Biaya untuk mengirimkan jelai yang dipanen tahun ini ke pelabuhan terdekat di Romania, Constanta, sekarang mencapai 160-180 dollar AS (Rp 2,3 juta-Rp 2,6 juta) per ton dari sebelumnya 40-45 dollar AS (Rp 599.000-Rp 674.000). Situasi itu merugikan petani karena mereka hanya mendapat kurang dari 100 dollar AS (Rp 1,5 juta) per ton jelai (Kompas.id, 13/7/2022).
Insentif Perancis
Untuk menjaga daya beli masyarakat, Pemerintah Perancis berhasil meloloskan paket insentif ekonomi bagi rakyat di Majelis Nasional. Paket yang diperkirakan akan membutuhkan anggaran 20 miliar euro atau sekitar 20,4 miliar dollar AS adalah bagian dari janji Presiden Emmanuel Macron kepada pemilihnya pada pemilu lalu.
”Kami telah berhasil mencapai mayoritas berdasarkan kasus per kasus untuk memberikan solusi konkret kepada rakyat Perancis,” kata Perdana Menteri Elisabeth Borne.
Rancangan undang-undang yang baru saja disahkan di Majelis Nasional itu berupa bantuan inflasi yang mencakup kenaikan gaji untuk para pekerja sektor publik, cek bantuan makanan, dan mekanisme bagi perusahaan untuk membayar bonus bebas pajak yang lebih tinggi bagi karyawannya. Selain itu, RUU juga membekukan sementara kenaikan sewa.
Membantu rakyat Perancis mengatasi biaya hidup tinggi, terutama yang didorong lonjakan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina, adalah salah satu janji utama Macron setelah masa jabatan pertamanya. Pemerintah telah menghabiskan sekitar 25 miliar euro untuk membantu menjaga inflasi lebih rendah daripada kebanyakan negara zona euro lainnya. Bulan lalu, Perancis mengalami inflasi 6,5 persen selama 12 bulan. (AFP/REUTERS)