Anak-anak Kembali Jadi Korban Perang Ukraina-Rusia
Rudal Rusia menghantam kompleks perumahan di Kyiv. Rusia menggencarkan serangan beberapa hari sebelum Parlemen Eropa menggelar sidang paripurna untuk menentukan status pendaftaran Ukraina di Uni Eropa.
SUMY, KOMPAS — Seorang anak perempuan berusia 7 tahun menjadi salah satu dari 25 korban serangan Rusia di Kyiv, Ukraina, Minggu (26/6/2022). Rusia berkeras, sasaran rudal mereka adalah fasilitas militer dekat kompleks perumahan yang ditinggali anak itu. Serangan Rusia semakin gencar sejak pendaftaran Ukraina sebagai calon anggota Uni Eropa akan diterima.
Wali Kota Kyiv Vitaliy Klitschko menyebut, rumah susun sembilan lantai itu dihantam rudal pada pukul 06.30. Regu penyelamat mengeluarkan 25 orang dari bangunan itu. ”Ada empat orang harus dirawat,” ujarnya.
Ia mengimbau warga tidak menyebarkan gambar dan video dari lokasi ke media sosial. Penyebaran dikhawatirkan memicu kekhawatiran dan ketakutan lebih besar. Jika itu terjadi, menurut dia, tujuan utama Rusia tercapai. ”Mereka mau meneror kita,” katanya.
Baca juga: Rusia Rudal Kyiv
Rumah susun itu berada 300 meter dari bekas gedung Kedutaan Besar RI di Kyiv. Kini, kompleks KBRI Kyiv berjarak 6 kilometer dari lokasi serangan. Adapun dari Istana Mariinsky yang merupakan Kantor Kepresidenan Ukraina, lokasi serangan berjarak 4 kilometer.
Dalam pernyataan resmi, Rusia menyebut rudal itu menyasar fasilitas militer di rusun yang termasuk dalam Distrik Shevchenkivskyi tersebut. Mokswa tidak spesifik menyebut apa fasilitas yang disasar.
Tudingan itu disangkal Kepala Kantor Staf Presiden Ukraina Andriy Yermak. Rumah susun itu berada di kawasan perumahan. Selain rusun, di sana hanya ada kedai aneka kebutuhan sehari-hari. ”Mereka terus menyerang warga sipil,” katanya.
Menurut Kejaksaan Agung Ukraina, sejauh ini ada 611 anak-anak terluka sejak perang dimulai pada 24 Februari 2022. Selain itu, ada 339 anak tewas selama perang. Penderitaan mereka bertambah karena ada jutaan anak yang harus mengungsi di dalam dan luar Ukraina. Apalagi, perang meletus beberapa pekan sejak semester pertama 2022 dimulai. Akibatnya, banyak anak kesulitan mendapatkan pendidikan.
Rudal jelajah
Juru Bicara Angkatan Udara Ukraina Yuri Ignat mengatakan, rudal ke Kyiv dilepaskan dari Laut Kaspia. Pengebom Tu-95 dan Tu-160 melepaskan rudal X101 dari laut yang berjarak hampir 1.500 km dari Kyiv. Rudal X101 bisa terbang hingga 5.500 km. ”Pengebom tidak perlu masuk wilayah Ukraina. Mereka terbang, menentukan sasaran, menembakkan rudal,” kata Ignat.
Rusia masih terus mengandalkan rudal, sebagian warisan Uni Soviet, untuk menembaki berbagai lokasi di Ukraina. Pada Sabtu (25/6/2022), Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menyebut, 1.000 proyektil dilepaskan Rusia setiap jam ke arah Ukraina.
Ignat pernah mengakui, tidak semua proyektil itu bisa dicegat. Sebab, artileri pertahanan udara (arhanud) Ukraina dirancang untuk menghadang pesawat terbang dan helikopter. Kecepatan maksimal jet tempur 2.000 km per jam. Sementara sebagian rudal Rusia bisa melebihi 3.000 km per jam.
Baca juga: Ukraina Dihujani Rudal Setiap Jam
Serangan di Kyiv pada Minggu pagi dan berbagai penjuru Ukraina sepanjang Sabtu adalah sebagian bukti kegagalan arhanud Ukraina mencegat rudal Rusia. Menurut Kyiv, 48 rudal ditembakkan Rusia sepanjang Sabtu. Hanya 10 rudal dicegat arhanud Ukraina dan sisanya menghantam berbagai sasaran.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, rudal ke Chernihiv, Zhytomir, dan Lviv sepanjang Sabtu menyasar ke berbagai target militer. Seluruh sasaran adalah pusat latihan tempur untuk tentara, milisi, dan milisi asing di daerah tersebut.
Rusia menggencarkan serangan beberapa hari sebelum Parlemen Eropa menggelar sidang paripurna untuk menentukan status pendaftaran Ukraina di EU. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada awal pekan lalu mengingatkan potensi peningkatan serangan itu.
Lawatan kenegaraan
Sebelum peringatan dikeluarkan, Moskwa sudah menggencarkan serangan. Hujan rudal, artileri, dan roket meningkat selepas pemimpin enam negara Eropa mengunjungi Kyiv pada 16-17 Juni 2022. Kala mereka datang, Rusia tetap menembakkan rudal ke berbagai wilayah Ukraina di luar Kyiv.
Sejauh ini, hanya pemimpin Eropa dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mendatangi Kyiv. Pekan ini, Presiden RI Joko Widodo melakukan lawatan bersejarah ke Kyiv.
Ada dua faktor lawatan Jokowi disebut bersejarah. Pertama, Presiden Jokowi akan jadi pemimpin Asia pertama yang mengunjungi Ukraina sejak perang meletus. Kedua, Ukraina akan menjadi zona perang kedua yang disambangi Jokowi. Sebelum ini, Presiden pernah bertandang ke Afghanistan.
Jokowi menjadi presiden kedua Indonesia yang pernah mendatangi zona perang. Pada 1995, Presiden Soeharto mendatangi Sarajevo, Bosnia, yang kala itu sedang dilanda perang saudara selepas Yugoslavia pecah.
Jokowi melawat ke Ukraina seusai mengikuti pertemuan tingkat tinggi G7 di Jerman. Dalam keterangan pers terkait kunjungan luar negeri di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu, Presiden mengatakan, pada KTT itu Indonesia akan mendorong dan mengajak negara-negara G7 untuk bersama-sama mengupayakan perdamaian di Ukraina.
”Memang upaya ini tidak mudah, tetapi Indonesia akan terus berupaya. Setelah dari Jerman, saya akan mengunjungi Ukraina dan bertemu dengan Presiden Zelenskyy. Misinya adalah mengajak Presiden Zelenskyy untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian, untuk membangun perdamaian,” kata Presiden Jokowi.
Baca juga: Perang Mengubah Jalan Hidup Warga Ukraina (Bagian 21)
Menurut Presiden, ruang dialog perlu dibuka karena perang harus dihentikan. Hal terkait rantai pasok pangan harus kembali diaktifkan. ”Dari Ukraina saya akan menuju ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Sekali lagi, dengan misi yang sama, saya akan mengajak Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan sesegera mungkin melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang,” ujarnya.
Selain Indonesia, Jerman sebagai Ketua G7 juga mengundang India, Senegal, dan Afrika Selatan. Bersama Indonesia, India dan Afsel menjadi bagian dari G20 yang tahun ini sedang diketuai Indonesia. Adapun Senegal sedang menjadi Ketua Bergilir Uni Afrika.
Presiden Senegal Macky Sall salah satu pengecam terkeras Ukraina dan Uni Eropa di awal perang Rusia-Ukraina. Sall marah karena diskriminasi terhadap pengungsi Afrika. Banyak warga Afrika ditolak menyeberang ke wilayah Uni Eropa dengan alasan tidak punya dokumen lengkap. Padahal, banyak warga Ukraina tidak punya dokumen saat memasuki Uni Eropa melalui Polandia, Slowakia, atau Romania.
Taktik sama
Di Ukraina timur dan selatan, perang semakin meningkat. Penguasa Darurat Militer Sumy Dmytro Zhyvytskyi mengatakan, Yunakivka dan Shalyhyne jadi sasaran mortar Rusia pada Minggu pagi. ”Jumlah korban dan kerusakan masih diverifikasi,” katanya.
Penguasa Darurat Militer Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan, Rusia mencoba mencaplok Sloviansk. Ia menuding, Rusia akan memakai taktik yang diterapkan di Sievierodonetsk dan Mariupol untuk menaklukkan Sloviansk. ”Kami melihat penambahan pasukan, senjata, kendaraan berat, dan artileri di sekitar Sloviansk,” katanya.
Sebelum menduduki Mariopol di wilayah Donetsk dan Sievierodonetsk di Luhansk, Rusia memusatkan aneka kekuatannya. Setelah hampir dua bulan dikepung dan dibombardir hampir tanpa henti setiap hari, Mariupol direbut Rusia. Sementara Sievierodonetsk menyerah setelah 120 hari bertahan.
Juru Bicara Brigade Reaksi Cepat Garda Nasional Ukraina Kharyton Starskyi mengatakan, nyawa prajurit adalah alasan penyelamatan. ”Tidak masuk akal mempertahankan kota yang sudah 90 persen hancur,” katanya.
Baca juga: Sievierodonetsk Jatuh, Kendali Rusia Meluas di Ukraina Timur (Bagian 20)
Penguasa Darurat Militer Luhansk Sergei Gaidai mengumumkan penarikan pada Jumat (24/6). Seperti Starskyi, Gaidai juga mengatakan penarikan itu demi keselamatan prajurit di lapangan. Dari Sievierodonetsk, prajurit dipindahkan ke pos pertahanan yang lebih baik.
Salah satu yang masih dipertahankan di Luhansk adalah Lysychansk. Kota di sebelah Sievierodentsk itu kini dikepung Rusia dari setidaknya tiga penjuru. Desa-desa di sekitarnya sudah dikuasai Rusia atau tidak lagi bisa dipertahankan pasukan Ukraina.
Konashenkov mengatakan, Sievierodonetsk dan Borovskoye kini dikendalikan Republik Rakyat Luhansk (RRL). Bersama Republik Rakyat Donetsk (RRD), RRL dideklarasikan pada April 2014. Rusia baru mengakui kedaulatannya pada 20 Februari 2022. Sampai sekarang, tidak ada negara lain mengakui kedaulatan keduanya.