Senjata NATO Mengadang Rusia di Ukraina
Barat awalnya menolak untuk mengirim senjata berat ke Kiev. Belakangan ini Barat meningkatkan dukungan senjatan, termasuk mengirim tank, helikopter, dan senjata berat untuk melawan Rusia.
Kekuatan negara-negara Barat, termasuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO telah mengubah pendekatan mereka terhadap perang Rusia-Ukraina. Jika pada fase awal, Barat menolak mengirim senjata untuk Ukraina, kini mereka memberi dukungan persenjataan. Selain jumlahnya kian meningkat, kapasitasnya pun tak main-main.
Banyak pejabat Barat pada awalnya percaya bahwa Kiev dapat dengan cepat, bakal jatuh ke tangan pasukan Rusia. Rezim Presiden Volodymyr Zelenskyy akan dengan mudah tumbang. Dengan asumsi seperti itu, Barat pun menolak untuk mengirim senjata berat ke Kiev sekalipun Zelenskyy menjerit minta tolong. Barat tidak yakin Kiev dapat bertahan lama, dan senjata pun dengan mudah dirampas oleh pasukan Rusia.
Namun, kini kekhawatiran itu telah berubah menjadi keyakinan penuh bahwa Ukraina ternyata lebih kuat dari yang diperkirakan. Serangan besar-besaran Rusia di Ukraina utara dan sekitar ibu kota Kiev ternyata dapat dikalahkan oleh pasukan negara itu. Kesalahan taktis atau strategi Rusia akibat tidak didukung suplai logistik yang lancar ikut menguntungkan Ukraina.
Baca juga: Barat Gelontorkan Lebih Banyak Senjata untuk Dukung Ukraina Lawan Rusia
Rusia menyurut ke Ukraina timur. Pada saat pasukan Ukraina bersiap untuk pertempuran skala besar melawan pasukan Rusia di wilayah Donbas, Ukraina timur yang dikuasai separatis dukungan Rusia, AS dan sekutu NATO mulai menyediakan senjata berat seperti tank, bahkan helikopter untuk Ukraina. Dukungan itu tentu mendongkrak moral tentara Ukraina. Mereka pun semakin percaya diri, termasuk tidak mau menyerahkan kota pelabuhan utama Mariupol sekalipun tekanan pasukan Rusia sangat besar.
Pasokan senjata Barat selain menandai perubahan strategi dukungan kawasan, juga mencerminkan pergeseran dari sistem pertahanan: dari roket antitank ke senjata yang lebih ofensif yang dibutuhkan Ukraina pada tahap dimana perang memasuki fase kritis. Dukungan persenjataan Barat mampu membuat Ukraina bertahan.
Ceko, awal April ini, menjadi anggota NATO pertama yang mengirimkan senjata ke Ukraina, sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari 2022. Ceko mengirimkan tank, kendaraan tempur infanteri, dan artileri ke Ukraina.
Negara-negara NATO lainnya lantas mengikuti Ceko. Mereka mengirim perangkat keras militer kelas atas melintasi perbatasan NATO ke Ukraina. Slovakia, misalnya, mengirim sistem pertahanan udara S-300 yang canggih untuk Ukraina.
AS telah mengumumkan akan mengirim tambahan perangkat keras militer senilai 800 juta dollar AS. Itu termasuk 11 helikopter MI-17, 200 pengangkut personel lapis baja M113, 100 Humvee, 300 pesawat nirawak bunuh diri (kamikaze) Switchblade, howitzer, ribuan peluru, dan amunisi lainnya, serta radar.
Baca juga: Ukraina Tidak Akan Menyerah
Transfer senjata berat ke Ukraina memang sangat rumit. Selain senjata itu sendiri, setiap pengiriman memerlukan rantai cadangan dukungan logistik yang panjang. Misalnya, personel pelatih dan waktu pelatihan, suku cadang, dan mekanik untuk menjaga agar kendaraan tempur tetap beroperasi di zona perang. Rusia telah mengancam akan menyerang pengiriman senjata itu.
“Tank bukan sekadar kendaraan sewaan,” kata Ben Hodges, mantan petinggi militer AS di Eropa. “Setiap kali Anda berbicara tentang mentransfer segala jenis kendaraan mekanis atau lapis baja, Anda juga harus memikirkan suku cadang, paket perawatan, paket pelatihan, bahan bakar, amunisi, dan lainnya untuk memastikan semuanya dapat tetap beroperasi”.
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan, pekan lalu, beberapa negara NATO mempertimbangkan untuk mengirimkan tank varian era Soviet yang sistem operasinya telah dipahami tentara Ukraina. “Ini adalah peralatan yang mungkin sudah dikenal orang Ukraina, sehingga waktu untuk melatihnya akan relatif cepat,” kata Hodges.
Ruwetnya soal logistik telah membuat beberapa pemerintah Barat untuk menahan pengiriman kendaraan berat yang lebih besar ke Ukraina walau ada permintaan dukungan yang lebih banyak dari Kiev. Presiden Volodymyr Zelenskyy juga telah berulang kali meminta Barat untuk meningkatkan dukungan persenjataannya demi mengalahkan pasukan Rusia.
Beberapa negara lainnya, terutama para politisi Jerman, khawatir bahwa peningkatan kapasitas militer Ukraina dengan senjata berat dapat mengubah Barat menjadi target agresi Rusia lebih lanjut. Perdebatan itu dilaporkan telah memicu keretakan dalam koalisi yang berkuasa di Jerman.
Buka video: Jerman Kirimkan Bantuan Seribu Senjata Anti Tank ke Ukraina
Produsen senjata terkemuka Jerman, Rheinmetall, mengatakan awal pekan lalu bahwa pihaknya siap memasok hingga 50 tank tempur Leopard 1 bekas ke Ukraina. Namun, Berlin belum memberi lampu hijau untuk transfer senjata itu. Beberapa petinggi Jerman di Berlin menolak gagasan dan kesiapan Rheinmetall untuk mengirim puluhan tank tersebut.
Kalangan pejabat Jerman mengatakan, akan memakan waktu terlalu lama untuk melatih orang-orang Ukraina mampu menguasai tank tempur buatan Barat. Pasukan Ukraina hanya berpengalaman mengoperasikan sistem senjata pasca-Soviet yang sudah umum di Eropa timur. Direktur Eksekutif Rheinmetall, Armin Papperger, membantahnya dan mengatakan, latihan bisa dilakukan hanya dalam hitungan hari.
Di Ukraina, masyarakat melihat bahwa gelombang baru pengiriman senjata Barat itu adalah perubahan baik tetapi masih belum cukup. Pejabat dan mantan pejabat Ukraina mengatakan, Barat masih bisa berbuat lebih banyak untuk mempersenjatai Ukraina menjelang apa yang diharapkan menjadi babak baru yang menentukan dalam perang.
“Tanpa persenjataan tambahan, perang akan menjadi pertumpahan darah tiada akhir, menyebarkan kesengsaraan, penderitaan, dan kehancuran,” cuit Zelenskyy, Rabu lalu. Dia menyebut korban kekejaman pasukan Rusia di kota-kota Ukraina. “Mariupol, Bucha, Kramatorsk – daftarnya bisa bertambah. Tak ada yang akan menghentikan Rusia kecuali Ukraina dengan senjata berat”.
Pemerintahan Zelenskyy mulai berkampanye menggunakan tagar #ArmUkraineNow di media sosial saat para pejabat dan pendukungnya menyerukan pengiriman persenjataan berat tambahan. Olena Tregub, Ditektur Komite Anti-Korupsi Pertahanan Independen Ukraina, mengatakan, pengiriman senjata Barat tidak cukup untuk Ukraina menang melawan pasukan Rusia yang jauh lebih unggul.
Baca juga: Horor di Mariupol
Namun, pejabat AS dan Eropa mengatakan, pengiriman baru senjata Barat menandakan bahwa Washington dan sekutu Eropa lainnya sekarang bersiap untuk membantu Ukraina. Itu tidak hanya membuat Ukraina bertahan dari serangan Rusia, tetapi mulai gencar menyerang. Mereka mengatakan, transfer senjata berat Barat penting bagi keberhasilan militer Ukraina.
“Eropa Barat melakukan segala yang mereka bisa untuk mendukung Ukraina memenangkan perang ini. Dukungan ini hanya tumbuh dalam hal kuantitas serta kualitas,” kata Arvydas Anusauskas, Menteri Pertahanan Lithuania, mengatakan kepada Foreign Policy.
Ukraina membutuhkan tank tempur utama, kendaraan tempur infanteri, sistem pertahanan udara jarak menengah, amunisi. Tank termasuk paling diminati Ukraina karena wilayah Donbas yang terbuka dan datar yang memungkinkan tank lebih mudah bermanuver. “Tantangan utama bagi pasukan Ukraina adalah bagaimana melakukan operasi senjata gabungan skala besar dalam menghadapi keunggulan alutsista Rusia,” kata Franz-Stefan Gady, peneliti di International Institute for Strategic Studies, lembaga kajian yang berbasis di London.
Sementara itu, Washington memberi dukungan dengan cara lain. AS diantaranya memperkuat pertahanan udara Slovakia dengan sistem antirudal, Patriot. Kebijakan itu diambil setelah Slovakia memutuskan mengirim sistem rudal S-300nya ke Ukraina.
AS juga menandatangani kesepakatan besar dengan Polandia awal April ini. Washington setuju memasok Polandia dengan 250 tank tempur utama, M1 Abrams. Tank generasi ketiga ini memungkinkan Polandia dapat mengirim beberapa tank lawas yang dimilikinya ke Ukraina.
Baca juga: Perang Ukraina Menjadi Pukulan Balik bagi Rusia
Beberapa ahli berpendapat, AS harus melangkah lebih jauh dan mendukung sekutu NATO seperti Polandia untuk mentransfer jet tempur MiG ke Ukraina. Sebagai gantinya, AS mengisi kembali Angkatan Udara Polandia dengan jet tempur F-16. Beberapa sekutu AS di NATO tidak mendukung gagasan itu. Sementara itu, Slovakia mempertimbangkan untuk mentransfer MiG-nya ke Ukraina.
Hodges berpendapat, terlalu berlebihan jika ada kekhawatiran di antara beberapa negara Barat bahwa dukungan militer semacam itu ke Ukraina dapat memicu konflik yang lebih luas antara NATO dengan Rusia.
Pejabat Pentagon mengatakan Rusia menempatkan unit artileri di selatan kota Donetsk, dan laporan Intelijen Pertahanan Inggris yang dirilis awal pekan ini memperkirakan bahwa Kremlin akan meningkatkan serangan udara terhadap pusat populasi utama di Donbas seperti Kramatorsk. Lebih dari seminggu lalu, serangan Rusia di stasiun kereta api Kramatorsk, ibu kota Donetsk, menewaskan sedikitnya 59 orang.
Meningkatnya aliran senjata Barat memang terbukti dapat mempersulit Rusia untuk mempertahankan serangan di Ukraina timur. Pejabat Barat percaya Kremlin sangat ingin meraih kemenangan di medan perang menjelang 9 Mei, hari libur besar untuk memperingati kemenangan Perang Dunia II Rusia atas Nazi Jerman.
Gady percaya, Rusia sekarang menghadapi tantangan akibat kurangnya dukungan infanteri dan kemajuan yang melambat di Donbas. Gady pun menduga, Rusia takkan memiliki cukup kemampuan untuk bertempur hingga Juni. Oleh karena itu, pada fase ini, dukungan persenjataan - yang lebih mumpuni - kepada Ukraina dinilai sangat penting.(AFP/AP/REUTERS)