Pasukan Ukraina tidak akan menyerah dan akan tetap melawan hingga titik darah penghabisan. Ultimatum Rusia yang meminta Ukraina untuk menyerah, tidak digubris.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
AFP/FADEL SENNA
Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova (tengah) dan Jaksa Penuntut dari Pengadilan Kejahatan Internasional, Karim Khan (kanan) mengunjungi lokasi pemakaman massal di Gereja Saint Andrew di Bucha, Kiev pada Rabu (13/4/2022).
KIEV, MINGGU – Pasukan Ukraina yang masih bertahan di kota Mariupol tidak akan menyerah dan meletakkan senjata. Mereka tetap bertekad akan bertahan melawan pasukan Rusia hingga titik darah penghabisan. Sebelumnya, Rusia yang mengaku sudah menguasai wilayah perkotaan Mariupol, Sabtu, mendesak agar pasukan Ukraina yang masih bertahan di pabrik baja Azovstal segera meletakkan senjata. Jika tidak, risiko tanggung sendiri karena Rusia akan kembali menggempur habis-habisan Mariupol.
Menguasai Mariupol penting bagi Rusia karena posisi dan peran kota pelabuhan utama di wilayah Donbas itu strategis. Rusia bisa menghubungkan Mariupol dengan wilayah yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Timur dengan wilayah Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014.
“Mariupol masih tetap bertahan dan belum jatuh ke tangan Rusia. Pasukan Ukraina masih menguasai sebagian wilayah Mariupol. Kami tetap akan berjuang dan memenangkan peperangan ini. Jika memungkinkan, kami bersedia berunding tetapi tidak akan menyerah,” kata Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, di acara program “This Week” di stasiun ABC, Minggu (17/4/2022).
Setelah gagal melawan pasukan Ukraina di wilayah Utara, militer Rusia kembali fokus ke Donvas sambil menggempur wilayah lain dengan rudal jarak jauh, termasuk kota Kiev. Pabrik baja Azovstal yang menjadi tempat berlindung pasukan Ukraina merupakan pabrik metalurgi terbesar Eropa.
Di dalam pabrik itu banyak rel kereta, terowongan, dan tungku perapian yang bisa menjadi tempat bersembunyi. Tidak diketahui secara pasti jumlah tentara Ukraina yang ada di pabrik itu. Rusia memperkirakan ada 2.500 tentara dan sekitar 400 relawan pejuang asing yang berlindung di pabrik baja seluas 11 kilometer persegi dan memiliki terowongan yang berlapis-lapis itu. “Mereka yang mau menyerah dan meletakkan senjata, tidak akan dilukai,” sebut pernyataan tertulis Kementerian Pertahanan Rusia.
AFP/FADEL SENNA
Seorang polisi tengah berjalan di reruntuhan bangunan rumah di Desa Bohdanivka, Kiev pada Kamis (14/4/2022).
Perwakilan pasukan Azov di Mariupol yang dulu kelompok milisi kanan-jauh tetapi kini bagian dari Garda Nasional Ukraina menilai intervensi komunitas internasional dibutuhkan untuk membantu warga sipil, termasuk anak-anak, yang berlindung di pabrik baja itu. Ada warga sipil di Azovstal yang tidak yakin Rusia akan membiarkan mereka hidup jika mereka keluar dan menyerah.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan situasi di Mariupol sangat mengkhawatirkan dan akan mengancam keberlanjutan proses perundingan Rusia-Ukraina. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengingatkan jika Mariupol sampai jatuh ke tangan Rusia maka pasukan Rusia akan terus menggempur Donbas. Konflik di Mariupol sampai sejauh ini sudah menewaskan sedikitnya 21.000 orang. Sekitar 100.000 orang diperkirakan masih bertahan tanpa persediaan makanan, air bersih, pemanas maupun listrik.
“Kalau masih tetap melawan, semua akan dihancurkan,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, memberikan ultimatum. Dari hasil pengambilan gambar pesawat tanpa awak milik kantor berita Rusia, RIA-Novosti terlihat asap-asap tebal dari kompleks pabrik baja yang berada di pinggiran kota Mariupol dan berhadapan dengan Laut Azov itu.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Malyar, menggambarkan Mariupol sebagai “perisai pelindung Ukraina” karena pasukan Rusia kini kembali fokus menggempur Donbas. Sejak Rusia pertama kali menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, Mariupol sudah menjadi semacam simbol perlawanan Ukraina.
Pasukan Rusia juga menggempur bangunan-bangunan pemukiman di kota Zolote yang berdekatan dengan Donbas. Bahkan di Hari Raya Paskah pun Rusia tetap saja menggempur Mariupol dengan serangan udara. Ia khawatir Rusia akan segera mengirimkan pasukan daratnya melalui kendaraan-kendaraan amfibinya.
AP/ALEXEI ALEXANDROV
Seorang perempuan berjalan dengan menarik tasnya, melewati rumah-rumah yang hancur akibat pertempuran di Mariupol, Ukraina, 8 April 2022. A woman pulls her bags past houses damaged during a fighting in Mariupol, on the territory which is now under the Government of the Donetsk People's Republic control, eastern in Mariupol, Ukraine, Friday, April 8, 2022. (AP Photo/Alexei Alexandrov)
Zelenskyy menegaskan jika ada satu saja tentara Ukraina di Mariupol yang tewas di tangan Rusia maka seluruh proses perundingan perdamaian akan dibatalkan. Bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin, proses perundingan perdamaian itu sudah buntu. Wakil PM Ukraina, Iryna Vereshchuk, mendesak pasukan Rusia agar memperbolehkan warga sipil meninggalkan Mariupol. “Sekali lagi, kami meminta agar koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan, dari Mariupol dibuka,” ujarnya.
Program Badan Pangan Dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan sekitar 100.000 orang membutuhkan bantuan segera. Menteri Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov, sedang mengumpulkan bukti-bukti kejahatan perang yang dilakukan Rusia dan akan segera menyerahkan semuanya ke pengadilan internasional Den Haag. “Kami akan menyerahkan kepada Den Haag. Tidak akan impunitas,” ujarnya.
Zelenskyy sudah mengundang Presiden Perancis, Emmanuel Macron, untuk datang ke Ukraina dan melihat dengan mata kepala sendiri apa yang sudah dilakukan pasukan Rusia. “Saya sudah berbicara dengan Macron kemarin. Saya mau dia paham bahwa ini bukan hanya perang tetapi genosida. Saya sudah mengundangnya ke Ukraina,” kata Zelenskyy kepada CNN. (REUTERS/AFP/AP)