Biden Janji Kucurkan 800 Juta Dollar AS dalam Wujud Senjata untuk Ukraina
Amerika Serikat akan membantu Ukraina dengan persenjataan yang lebih banyak, tetapi tidak akan memberlakukan zona larangan terbang. Ini akan langsung mengadu AS-NATO dengan Rusia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Beberapa jam setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan pidato yang emosional secara daring kepada Kongres Amerika Serikat, Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan menambah bantuan persenjataan untuk negara yang tengah diserbu oleh Rusia ini. Total, AS telah mengucurkan 1 miliar dollar AS dalam bentuk senjata kepada Ukraina.
Zelenskyy berbicara dari tempat persembunyiannya di Kiev pada Rabu (16/3/2022) malam waktu Washington atau Kamis WIB. Mengenakan kaus militer berwarna hijau, ia berpidato dengan berapi-api sekaligus emosional. Ia menunjukkan foto dan video bangunan yang hancur serta jasad warga Ukraina yang tewas akibat terkena rudal Rusia.
”Rusia menembakkan rudal ke rumah-rumah penduduk, sekolah, dan rumah sakit. Sampai kapan kami harus menunggu? Sampai Vladimir Putin membunuhi 200, 300, atau 400 anak Ukraina?” kata Zelenskyy.
Ia membandingkan pengalaman negaranya dengan peristiwa penyerangan Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 ketika Angkatan Udara Jepang mengebom pangkalan militer AS di Negara Bagian Hawaii. Selain itu, ia juga mengungkit peristiwa 11 September 2001 ketika Al Qaeda menabrakkan pesawat sipil, salah satunya ke gedung World Trade Center.
”Inilah pengalaman sehari-hari warga Ukraina selama tiga pekan terakhir,” kata Zelenskyy.
Sebanyak 3 juta warga Ukraina sudah mengungsi ke negara-negara tetangga. Pemerintah Ukraina mencatat, korban tewas mencapai 3.000 jiwa. Sebanyak 2.500 korban terdapat di kota Mariupol yang dikepung dan dibombardir Rusia. Intelijen AS mengeluarkan laporan bahwa dari pihak tentara Rusia korban tewas 2.000-4.000 orang.
Guna menarik lebih banyak dukungan, Zelenskyy mengutip kata-kata yang paling terkenal dari tokoh pejuang hak asasi manusia AS, Martin Luther King Jr, yaitu ”Aku Punya Impian”. Frasa ini dilanjutkan dengan permintaan dia agar AS ataupun Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) segera memberlakukan zona larangan terbang di sekitar Ukraina agar pesawat-pesawat militer Rusia tidak bisa masuk.
Walaupun demikian, Zelenskyy membuka pilihan bagi AS. Apabila tidak bisa memberlakukan zona bebas terbang, setidaknya beri Ukraina bantuan persenjataan. Hal ini yang dilakukan Biden. Persenjataan baru itu mencakup, antara lain, sistem pertahanan antipesawat Stinger, rudal Javelin, dan pesawat nirawak Switchblade.
”Putin ini benar-benar penjahat perang,” kata Biden dalam jumpa pers seusai rapat dengan Zelenskyy. Pernyataan Biden ini memancing kemarahan Kremlin yang menyebut Biden keterlaluan dan mengada-ada.
Sementara itu, pada hari yang sama, Zelenskyy turut mengadakan rapat dengan Jaksa Kepala Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) Karim Khan. Mereka membahas pengaduan Ukraina ke ICC atas penyerangan Rusia ke taman kanak-kanak dan permukiman pada 3 Maret. Zelenskyy mengatakan, ini sudah melanggar batas-batas kemanusiaan dan harus diadili secara internasional. Khan mengungkapkan bahwa ICC telah bersurat kepada Rusia dan meminta agar mereka mau diajak bertemu. ICC harus mendengar kasus ini dari pihak Rusia juga.
Ukraina tidak meratifikasi Statuta Roma yang merupakan landasan pembentukan ICC. Akan tetapi, pada 2014, Ukraina mengakui kewenangan ICC untuk menyelidiki kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia di wilayahnya. Sebaliknya, Rusia keluar dari Statuta Roma tahun 2016. Satu-satunya cara menggugat Rusia ialah apabila pasukan mereka tertangkap melakukan pelanggaran HAM di wilayah yang mengakui kewenangan ICC.
Dalam kolomnya di majalah politik AS, The Week, wartawan senior bidang politik internasional, Damon Linker, menjelaskan alasan Pemerintah AS dan NATO berkukuh tidak mau memberlakukan zona larangan terbang di Ukraina. Risiko memantik Perang Dunia III, termasuk ancaman konflik nuklir, sangat besar.
”Ini akan langsung mengadu AS-NATO dengan Rusia. Skala peperangan yang pecah bisa jauh lebih besar dari yang sekarang dan sejauh ini bisa dikendalikan di dalam batas wilayah Ukraina,” ujar Linker.
Ia menerangkan, zona larangan terbang berarti pilot-pilot AS dan NATO harus berhadapan langsung dengan pilot-pilot Rusia dan menembaki mereka. Di saat yang sama, pilot AS-NATO juga membuka diri kepada ancaman persenjataan Rusia di darat. Ini adalah pertempuran skala besar meskipun tidak melibatkan persenjataan nuklir.
”Selain itu, Putin akan memanfaatkan keadaan ini untuk membangun narasi bahwa ini adalah perang membela kehormatan Rusia dari invasi Barat sehingga membuat konflik semakin meluas dan berkepanjangan,” ujar Linker.
Sedari awal, invasi Rusia ke Ukraina terjadi karena Putin menolak niat Ukraina bergabung dengan NATO. Dalam ketentuan perundingan damai, Rusia menekankan bahwa Ukraina harus berjanji tidak bergabung dengan NATO. Jika NATO terlibat perang akibat pemberlakuan zona larangan terbang, ini semakin menguatkan propaganda Putin untuk menyerang Ukraina, bahkan wilayah yang lebih jauh. (AFP)