Perang Informasi di Tengah Penderitaan Korban Invasi
Dalam invasi Rusia ke Ukraina, perang informasi antara Rusia, Ukraina, dan Barat memberi dampak tidak kalah merusak dari perang senjata. Media berita independen dan berkualitas menjadi andalan.
Oleh
Ninuk M Pambudy
·5 menit baca
Invasi militer Rusia ke Ukraina mengambil korban jiwa sejumlah wartawan. Empat hari lalu wartawan berkebangsaan Amerika Serikat, Brent Renaud (50), terbunuh oleh tentara Rusia di Irpin, Ukraina. Renaud pernah menjadi wartawan foto untuk The New York Times hingga 2015. Renaud adalah wartawan non-Ukraina pertama yang tewas.
Sebelumnya, wartawan video untuk Fox News Media, Pierre Zakrzewski (55), yang berkebangsaan Irlandia, dan wartawan lepas Oleksandra Kuvshynova (24) terbunuh di luar Kiev ketika kendaraan yang mereka gunakan ditembaki. Renaud dan Zakrzewski adalah wartawan senior yang biasa meliput daerah konflik.
Kehadiran wartawan media arus utama, terutama media independen dan berkualitas, sangat penting dalam situasi perang. Mereka menjadi sumber informasi bagi publik di tengah berbagai informasi palsu.
Sepekan setelah invasi militer Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, perang informasi mulai berjalan. Penyesatan informasi serta informasi bohong dan palsu dilakukan oleh lembaga Pemerintah Rusia ataupun orang per orang di Rusia, Ukraina, dan negara-negara lain.
Stasiun televisi RT milik Pemerintah Rusia dilarang bersiaran di banyak negara dengan alasan isinya adalah propaganda Rusia. RT juga tidak dapat bersiaran di televisi berbayar Indonesia.
Salah satu perang informasi antara pemerintah Rusia dan Barat adalah tentang senjata kimia. Gedung Putih menyatakan khawatir, Rusia akan menggunakan senjata kimia di Ukraina. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Senin (14/3/2022) menyebut Amerika Serikat membangun ratusan fasilitas senjata kimia militer, 30 fasilitas di antaranya di Ukraina. Selain itu, fasilitas senjata kimia tersebut ada di negara-negara bekas Uni Soviet di dekat perbatasan dengan Rusia dan China. Pernyataan ini langsung dibantah Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.
Disinformasi dan misinformasi bertebaran melalui media resmi Pemerintah Rusia ataupun media tidak resmi, dan di media sosial. Misinformasi itu juga dilakukan perorangan.
Salah satu pengguna Tiktok, misalnya, menunjukkan video yang diambil dari jendela dengan latar belakang suara sirene dan pada berbeda pengguna yang sama mengambil video dari jendela yang sama dengan sudut berbeda. Ketika ditelisik, pelat nomor mobil yang tampak pada video adalah pelat nomor Inggris.
Kehadiran media sosial dengan gambar masih mentah tanpa penyuntingan mendatangkan keuntungan sekaligus kerugian. Audiens, demikian Abbie Richards, peneliti Tiktok pada Accelerationism Research Consortium yang meneliti gerakan teror daring, kepada NBC News, pada satu sisi mendapat suasana perang dari gambar mentah. Pada sisi lain tidak ada verifikasi atas kebenaran informasi.
Media resmi Rusia disebut menciptakan realitas alternatif untuk warga Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan militer Rusia pada kompleks nuklir di Zaporizhzhia sebagai tindak terorisme nuklir. Media resmi Rusia, TASS, menyebut militer Rusia mengambil alih fasilitas nuklir itu untuk mencegah orang Ukraina dan pendukung Nazi baru mengorganisasi tindakan provokatif yang bisa berakibat fatal.
Rusia sering menggunakan frasa Nazi baru untuk membenarkan tindakan militer pada fasilitas sipil. Alasan Rusia, Ukraina menggunakan tameng orang-orang pro-Nazi untuk melindungi bangunan sipil. Propaganda menggunakan jargon yang berkesesuaian dengan asumsi di masyarakat, menurut Pierre Vaux kepada The New York Times, akan sangat berhasil.
Penyesatan informasi
Penyesatan informasi sudah terjadi sejak Julius Caesar dan Cleopatra. Hari ini penyesatan informasi menjadi semakin meluas dan dampaknya dalam karena teknologi memungkinkan. Informasi palsu bahkan ada yang diambil dari gim video yang gambarnya semakin halus dan bagus.
UNESCO membedakan antara berita bohong, disinformasi, dan misinformasi. Disinformasi ditujukan pada upaya sengaja yang bahkan dirancang untuk membuat bingung atau memanipulasi warga dengan memberi informasi tidak jujur. Misinformasi umumnya mengacu pada informasi salah yang diciptakan atau disebarkan tanpa tujuan memanipulasi atau tujuan jahat. Keduanya menjadi masalah untuk masyarakat, tetapi disinformasi lebih berbahaya sebab seringkali diorganisasikan, memiliki sumber daya memadai, dan didukung teknologi.
Bahaya dari kedua hal itu adalah masyarakat dapat menjadi tidak percaya pada informasi yang ada, termasuk pada berita jurnalistik. Akibatnya masyarakat mencari berita sendiri melalui media sosial dan tanpa sikap kritis akan percaya hanya pada yang cocok dengan keyakinannya.
Peneliti pada International News Media Association, Greg Peichota, menganalisis pemberitaan media-media Ukraina menemukan bahwa warga Ukraina membutuhkan media berita yang dapat dipercaya untuk memahami situasi di sekitar mereka.
Di berbagai negara, pembaca yang mencari berita mengenai Ukraina meningkat. Data harian Kompas menunjukkan hal yang sama, jumlah audiens yang membaca berita mengenai Ukraina tinggi dangan waktu baca relatif panjang.
Saat ini tidak ada media cetak dapat terbit di Ukraina. Berita disiarkan daring melalui mimbar media sosial Telegram. Presiden Zelenskyy juga kerap memakai Telegram yang akrab dengan rakyat Ukraina. Semua jaringan televisi bersatu menyumbangkan berita.
Berita yang paling dicari adalah pengumuman komunitas, seperti apa yang mereka miliki atau dapat bantu, yang lain mengumumkan kebutuhan mereka, kapan dan di mana barang bisa diambil, obat, makanan, dan kendaraan untuk membawa orang dari satu tempat ke tempat lain.
Presiden Direktur RIA Media, penerbit lokal di Vinnytsia, Ukraina tengah, Oleg Horobets, mengatakan, mengecek kebenaran berita menjadi pekerjaan terpenting jurnalis saat ini karena Ukraina dipenuhi berita palsu. Tugas terpenting kedua adalah memberi makna dengan menyarikan dan menganalisis berbagai informasi agar masyarakat memahami situasi di Ukraina dan pandangan masyarakat internasional.
Peran media arus utama yang independen, tidak partisan, yang menjaga akurasi dan memverifikasi setiap kejadian dan informasi tetap menjadi pegangan masyarakat memahami situasi dunia.