Ukraina Minta Negara Adidaya agar Tidak Terus-menerus Kobarkan Narasi Perang
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta pendekatan yang lebih elegan dalam menyelesaikan krisis di perbatasan dengan Rusia. Ia tak mau negara-negara adidaya terus melontarkan narasi bakal terjadi perang di Ukraina.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
KIEV, SABTU – Di tengah ketegangan situasi di perbatasan Ukraina dan Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta negara-negara adidaya agar tidak terlalu heboh menggembar-gemborkan bahwa peperangan akan terjadi. Narasi perang ini tidak baik bagi mental bangsa Ukraina yang setiap hari harus dirundung kecemasan atas risiko konflik terbuka itu.
Seperti dilansir dari kantor berita Interfax-Ukraina, Presiden Zelenskyy mengundang sejumlah wartawan asing untuk menghadiri jumpa pers di kantornya di Kiev, Jumat (28/ 1/2022) waktu setempat atau Sabtu (29/1) WIB.
“Silakan Anda lihat sendiri. Kondisi di Ukraina stabil. Jalan-jalan tetap aktif dengan berbagai kegiatan masyarakat selama sebatas protokol kesehatan pandemi Covid-19. Tidak ada tank maupun kepanikan. Semua dalam keadaan tenang dan damai,” kata Zelenskyy.
Ia mengucapkan terima kasih atas berbagai perhatian dan bantuan yang diberikan oleh dunia internasional kepada Ukraina. Akan tetapi, menurut Zelenskyy, hal yang paling penting ialah agar dunia tidak kehilangan kepercayaan terhadap Ukraina. Tanpa adanya kepercayaan ini, sulit bagi Ukraina untuk mempertahankan kestabilan ekonomi, bahkan negaranya.
Zelenskyy memaklumi apabila negara-negara lain mengkhawatirkan meletusnya perang dengan Rusia. Saat ini, ada 100.000—beberapa sumber lain menyebut 130.000—tentara Rusia di perbatasan kedua negara. Mereka dilengkapi dengan persenjataan berat yang, menurut negara-negara adidaya, seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), siap melancarkan invasi ke Ukraina.
“Kami memiliki pengalaman berperang dengan Rusia tahun 2014. Setelah kejadian itu, Ukraina belajar untuk melakukan manuver politik setiap kali Rusia mengeluarkan pernyataan ataupun kebijakan agar memastikan situasi negara tetap damai," tutur Zelenskyy, seperti dikutip CNN.
"Dengan segala hormat kepada para pemimpin negara adidaya, saya sebagai presiden Ukraina jauh lebih memahami kenyataan di lapangan.”
Menurut Zelenskyy, narasi invasi dan perang yang digembar-gemborkan oleh AS, Uni Eropa, dan NATO itu justru kontraproduktif. Hal ini mengakibatkan masyarakat Ukraina dirundung kepanikan dan ujung-ujungnya bisa mengancam kestabilan ekonomi negara tersebut. Lebih baik, negara-negara adidaya membantu dialog antara Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Peringatan tentang invasi Rusia ke Ukraina itu paling kencang dilontarkan Washington. Presiden AS Joe Biden memperingatkan Zelenskyy bahwa serangan itu bisa terjadi, Februari mendatang. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menyebut, Rusia bisa melancarkan serangan baru ke Ukraina "dalam waktu dekat".
Perang informasi
Terbaru, tiga pejabat pemerintah AS yang tidak mau disebut namanya mengungkapkan, kesiapan Moskwa untuk melancarkan serangan ke Ukraina didukung dengan pasokan darah plus perlengkapan medis yang cukup untuk merawat prajurit terluka apabila perang benar-benar terjadi.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar menepis informasi itu. "Informasi ini tidak benar. Berita seperti itu bagian dari elemen perang informasi dan psikologi. Tujuan menyebarkan informasi tersebut adalah untuk menebar kepanikan dan ketakutan di masyarakat kami," ujarnya melalui Facebook.
Rusia menempatkan pasukan mereka di perbatasan dengan Ukraina sebagai bentuk penolakan niat Ukraina bergabung dengan NATO. Moskwa tidak menginginkan negaranya nanti dikelilingi berbagai pangkalan militer asing.
Putin juga telah mengirim surat resmi kepada AS dan NATO untuk menarik pasukan mereka dari Donetsk, sebelah timur laut Semenanjung Crimea. Wilayah itu secara geografis masuk ke Ukraina, tetapi secara kebudayaan lebih dekat dengan Rusia.
Barat menyebut pada tahun 2014 Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina. Moskwa membantah telah mencaplok Crimea dengan alasan bergabungnya Crimea—yang secara faktual diakui menjadi bagian dari Ukraina setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991—ke Rusia didasarkan pada hasil referendum 16 Maret 2014.
Rusia selalu menganggap Crimea menjadi bagian dari sejarahnya. Apalagi, di Crimea ada kota Sevastopol, kota pelabuhan penting di zaman Kekaisaran Rusia. Rakyat di sana juga berbahasa Rusia. Konflik di Crimea pecah menjadi peperangan yang menelan korban jiwa 14.000 orang.
Sejauh ini, Putin terus menyangkal tuduhan bahwa ia hendak menginvasi Ukraina. AS melalui Gedung Putih dan Departemen Pertahanan selalu mengutarakan narasi bahwa dengan jumlah pasukan dan persenjataan Rusia sebesar saat di dekat perbatasan Ukraina, Pentagon memperkirakan, invasi Rusia kemungkinan terjadi, Februari nanti.
Pentagon pada awal pekan ini telah menyiapkan 8.500 pasukan. Mereka bersiaga dan siap jika sewaktu-waktu harus turun ke garis depan. Di Donetsk, tempat tentara Ukraina bersiaga, NATO juga mengirim pasukan. AS dan Inggris mengirim sejumlah persenjataan dan pelatih tempur. Adapun Jerman yang menolak terjadinya konflik memilih mengirim bantuan berupa helm keselamatan.
“Putin memang belum mengatakan akan menyerang. Akan tetapi, semua persiapan yang dia lakukan mengarah ke sana. Kami tidak bisa menganggap enteng situasi ini,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin awal pekan ini, seperti dikutip oleh Radio Free Europe/Radio Liberty.
Presiden Biden dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sudah beberapa kali mengancam memperketat sanksi untuk Rusia. Antara lain ialah menghentikan pembangunan pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia ke Jerman, memblokir Rusia dari sistem perbankan dunia, dan memblokir Putin agar tidak bisa menyimpan asetnya di bank-bank asing.
Meskipun demikian, Blinken menuturkan bahwa AS tetap mengedepankan diplomasi. Mereka telah mengirim surat resmi ke Kremlin mengajak untuk membicarakan situasi tersebut. Rusia baru merespons melalui Menlu Sergey Lavrov bahwa mereka masih mempelajari ajakan dari AS. (AP/REUTERS/MHD)