Tolak Beri Senjata, Jerman Pilih Dorong Perundingan Soal Ukraina
Eropa memang tidak kunjung punya aturan bersama soal keamanan. Di timur ada dominasi Uni Soviet yang kini dilanjutkan Rusia. Di barat ada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang sangat didominasi Amerika Serikat.
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·4 menit baca
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan, Berlin sangat yakin bahwa Perundingan Normandia harus dihidupkan lagi.”Langkah ini akan berkontribusi pada penguatan keamanan di Eropa. Penting mendorong semua pihak dalam Perundingan Normandia dan Kesepakatan Minsk untuk menunjukkan kepatuhan mereka pada kesepakatan-kesepakatan,”tuturnya, Selasa (18/1/2022) siang waktu Moskwa sebagaimana dikutip media Rusia, TASS, dan Jerman, Deutsche Welle.
Baerbock menyatakan itu selepas dijamu Menlu Rusia Sergey Lavrov. Ketua Partai Hijau Jerman itu merujuk pada perundingan 2014 dan 2019. Selepas Presiden Ukraina Viktor Yanukovych digulingkan, sejumlah pendukungnya di Ukraina timur angkat senjata. Untuk menyelesaikan konflik itu, digelar perundingan di Minsk, Belarus; dan Paris, Perancis. Inti rangkaian perundingan itu adalah gencatan senjata dan pemberian otonomi luas untuk provinsi di Ukraina timur. Sampai sekarang, rangkaian kesepakatan itu tidak kunjung dipatuhi para pihak.
Sejak awal, Jerman bersama Perancis terlibat sebagai fasilitator rangkaian perundingan itu. Karena itu, Baerbock menekankan pentingnya perundingan kembali dilanjutkan. Pernyataan Baerbock menunjukkan pilihan Berlin untuk menghindari konflik militer dalam masalah Kiev-Moskwa. Sejauh ini, Berlin menolak memberikan persenjataan untuk Kiev. Jerman memilih bentuk lain, seperti pertahanan sibernatika atau pelatihan kemampuan tentara.
Sejak Perang Dunia I selesai, Eropa memang tidak kunjung punya aturan bersama soal keamanan. Di timur ada dominasi Uni Soviet yang kini dilanjutkan Rusia. Di barat ada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang sangat didominasi Amerika Serikat. Perbedaan
Di sisi lain, Baerbockmengkritik keputusan Moskwa menempatkan ratusan ribu tentara di wilayah Rusia yang berdekatan dengan Ukraina. Sulit tidak menganggap pengerahan itu sebagai ancaman. Bagi Berlin, pengerahan pasukan besar-besaran itu tidak didasari alasan kuat. Ia juga menyoroti peningkatan latihan perang Belarus-Rusia. Bahkan, Minsk bersiap mengubah konstitusi agar Rusia bisa menempatkan sebagian senjata nuklirnya di Belarus.
Persoalan itu menjadi salah satu dari beberapa perbedaan Baerbock dengan Lavrov. Bagi Lavrov, sepenuhnya hak Rusia untuk mengerahkan pasukan di wilayah sendiri. Sejauh ini, Moskwa tidak pernah mengirim pasukan ke negara lain tanpa diundang.”Mengapa harus meributkan tentara kami yang bergerak di negara sendiri? Tidak masuk akal melarang tentara kami bergerak di negara sendiri,”kata Lavrov.
Ia balik menyoroti fakta ribuan tentara AS yang ditempatkan di berbagai penjuru Eropa. Hingga 10.000 di antaranya bergabung dengan puluhan ribu tentara NATO di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia.
Lavrov juga berpendapat berbeda dengan Baerbock soal Kesepakatan Minsk dan Perundingan Normandia. Menurut dia, Jerman dan Perancis seharusnya mendorong Ukraina mematuhi kesepakatan itu. Sampai sekarang, Kiev menolak memberikan otonomi luas kepada Luganks dan Donetsk. Kiev lebih memilih mengerahkan hampir 100.000 tentara setiap tahun untuk berperang di wilayah yang terletak di Ukraina timur itu.
Baerbock-Lavrov berbeda pendapat soal Nord Stream 2, jaringan pipa gas Rusia-Jerman yang melewati Laut Baltik. Baerbock menekankan bahwa pengoperasian pipa yang baru selesai dibangun itu akan bergantung pada perkembangan hubungan Rusia-Ukraina. Sementara Lavrov berpendapat pengoperasian itu tidak perlu dipolitisasi.
Dalam lawatan ke Moskwa, Baerbock mengakui bahwa kestabilan hubungan Jerman-Rusia amat penting bagi kedua negara dan kawasan. ”Tidak ada pilihan selain hubungan yang stabil di antara Berlin-Moskwa,” ucapnya.
Provokasi
Lavrov dan sejumlah pejabat Rusia juga kembali menuding AS dan sejumlah negara berusaha memprovokasi ketegangan Rusia-Ukraina. Dalam berbagai kesempatan, Lavrov dan wakilnya, Sergey Ryabkov, bolak-balik menyatakan Moskwa tidak berniat menyerbu Kiev. Latihan perang dekat Ukraina dilakukan untuk keamanan nasional Rusia.
Ketua Duma (parlemen Rusia) Vyacheslav Volodin malah menyebut NATO justru berusaha mencaplok Ukraina. AS hanya mencari alasan perluasan NATO dan menempatkan tentara NATO semakin mendekati perbatasan Rusia. ”Penasihat mereka (NATO) sudah di sana (Ukraina), pelatihnya juga. Sekarang mereka mencari alasan menempatkan pasukan. Dengan kata lain, NATO berusaha mencaplok Ukraina. AS mencoba menekan dunia dengan tudingan invansi Rusia. Padahal, sangat jelas AS berusaha membenarkan perluasan NATO,” tuturnya.
Sejumlah anggota NATO telah mengirimkan perwira dan bintara pelatih mereka ke Ukraina. Bahkan, regu-regu pasukan khusus dari sejumlah anggota NATO sudah berada di Ukraina.
Lavrov-Ryabkov juga bolak-balik meminta jawaban tertulis dari NATO soal usulan Rusia. Pada pertengahan Desember 2021, Rusia kembali meminta jaminan NATO tidak akan terus memperluas keanggotaan hingga mendekati perbatasan Rusia. Dari empat negara di antara Laut Hitam dan Laut Baltik serta berbatasan dengan Rusia, tersisa Belarus dan Ukraina yang belum menjadi anggota NATO. Estonia dan Latvia sudah lama bergabung dengan NATO dan kini menampung puluhan ribu tentara dan aneka persenjataan NATO.
Sampai sekarang, NATO belum memberi jawaban atas permintaan Rusia. NATO hanya menyatakan siap terus berunding dengan Rusia. Lavrov menyatakan tidak tertarik dengan tawaran itu. Ia menginginkan jawaban tegas, bukan perundingan bertele-tele untuk mengulur waktu. (AFP/REUTERS)