Putin Minta Jaminan NATO Tak Merangsek ke Eropa Timur
Para pejabat NATO dan anggotanya pernah berjanji tidak memperluas keanggotaan ke dekat perbatasan Rusia. Faktanya, kini hampir seluruh negara Eropa yang berbatasan dengan Rusia telah menjadi anggota NATO.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
MOSKWA, SABTU — Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dijadwalkan segera bertemu melalui telekonferensi video. Lewat pertemuan bilateral secara virtual itu, Putin akan kembali meminta jaminan agar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak memperluas keanggotaannya mendekati perbatasan Rusia.
Pertemuan lanjutan Biden-Putin dikonfirmasi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan pejabat Kantor Kepresidenan Rusia, Yuri Ushakov. Blinken mengatakan, Biden akan menyampaikan keinginan Washington menjalin hubungan stabil dengan Moskwa. ”Presiden Putin adalah pembuat keputusan di Rusia dan sangat penting agar beliau mendengar langsung dari Presiden Biden,” kata Blinken, Jumat (3/12/2021) sore waktu Washington atau Sabtu (4/12/2021) dini hari WIB.
Blinken dan Ushakov menyebut, para pejabat terkait sedang mengatur pertemuan itu. ”Kami sedang mematangkan pertemuan Putin dan Biden melalui telekonferensi video. Walakin, sebaiknya menanti semua disepakati sehingga bisa diumumkan secara resmi,” kata Ushakov.
Salah satu isu yang akan dibahas adalah soal NATO. Seperti telah disampaikan Putin dalam berbagai kesempatan, pertemuan dengan Biden akan dimanfaatkan untuk membahas soal perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur. ”Presiden Rusia akan membahas itu dengan Presiden Biden,” kata Ushakov sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, Tass.
”Ini isu sangat lama. Uni Soviet dan NATO diberikan jaminan lisan bahwa perangkat militer NATO tidak akan diperluas ke timur. Sayangnya, fakta menunjukkan jaminan lisan itu tidak bermakna. Padahal, pernyataan itu tercatat di sana-sini. Bahkan, ada surat menyurat soal itu,” kata Ushakov.
Putin memang berulang kali meminta hal itu. ”Dalam dialog dengan AS dan sekutunya, kami akan berkeras membahas kesepakatan khusus untuk menutup semua potensi perluasan (keanggotaan) NATO ke timur dan penempatan persenjataan di dekat wilayah Rusia,” tutur Putin pekan lalu.
Ia menyebut, ancaman terhadap Moskwa semakin meningkat di sisi barat perbatasan Rusia. NATO terus menempatkan persenjataan dan pasukannya dekat perbatasan Rusia sembari terus menawarkan dialog. Ia tidak mau melayani pernyataan lisan dan meminta jaminan yang mengikat secara hukum.
Selepas Perang Dingin berakhir pada 1989, NATO terus memperluas keanggotaan ke Eropa Timur. Estonia dan Latvia yang berbatasan dengan Rusia menjadi anggota NATO pada 2004. Lituania yang bersebelahan dengan Latvia juga bergabung dengan NATO pada 2004. Mereka menyusul Polandia dan Ceko yang bergabung pada 1999. Hampir semua negara yang pernah disebut sebagai ”Satelit Uni Soviet” kini menjadi anggota NATO.
Kini hanya tersisa Belarus dan Ukraina yang belum bergabung dengan NATO. Minsk jelas condong ke Moskwa, sementara Kiev condong ke Barat.
Kini hanya tersisa Belarus dan Ukraina yang belum bergabung dengan NATO. Minsk jelas condong ke Moskwa, sementara Kiev condong ke Barat. Selama beberapa tahun terakhir, ketegangan Kiev-Moskwa terus meningkat. Pada 2004, Rusia menduduki lagi Semenanjung Crimea yang diberikan Uni Soviet kepada Ukraina beberapa puluh tahun sebelumnya. Pada 1919-1991, Ukraina adalah bagian dari Uni Soviet. Oleh karena itu, Uni Soviet bisa mengatur pembagian wilayah di antara negara-negara bagiannya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berulang kali mengatakan bahwa Rusia tidak berhak menentukan siapa yang bisa menjadi anggota NATO. ”Terserah Ukraina dan 30 anggota (NATO) untuk memutuskan kapan Ukraina bergabung,” katanya.
Sementara Blinken mengatakan, NATO tidak punya niat agresif terhadap Rusia. ”Saya kira Presiden Putin mengabaikan fakta NATO adalah persekutuan pertahanan. Persekutuan yang transparan. Bukan persekutuan yang membidik Rusia. Bukan persekutuan untuk menyerang Rusia,” tuturnya.
Ia juga mengancam bahwa AS akan bertindak sangat keras jika Rusia menyerbu Ukraina. Reaksi Washington termasuk pada bidang ekonomi. ”Hal yang kami upayakan tidak dipakai di masa lalu,” katanya.
Meski tidak memaparkan bentuknya, sejumlah pihak menduga Washington akan melarang Moskwa mengakses sistem transaksi keuangan internasional yang bernama SWIFT. Pada 2014, Washington mengancam melarang Moskwa menggunakan SWIFT. Perdana Menteri Rusia kala itu, Dmitry Medvedev, menyebut bahwa pengecualian Rusia dari SWIFT sama dengan pernyataan perang. Sampai sekarang, pengecualian Rusia dari SWIFT tidak kunjung terwujud.
Meski bukan satu-satunya, SWIFT merupakan sistem pemrosesan transaksi keuangan lintas negara dengan pengguna terluas. Larangan mengakses SWIFT berarti sama sekali memutus perekonomian Rusia dari internasional. Sebab, nyaris sama sekali tidak ada pembayaran lintas negara yang tidak melalui SWIFT.
Beberapa pekan terakhir, ketegangan Kiev-Moskwa meningkat. Ukraina-Rusia saling menempatkan ratusan ribu tentara di perbatasan masing-masing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan, 125.000 tentara Ukraina ditempatkan di Donetsk dan sekitarnya yang berbatasan dengan Rusia. Jumlah pasukan itu hampir separuh dari keseluruhan tentara aktif Ukraina. Ia menyebut, kesan ketegangan Rusia dengan negara sekitarnya sengaja diciptakan Barat selama puluhan tahun.
”Mereka menciptakan ketegangan, kekacauan yang mereka anggap dapat terkendali dan ternyata sering kali tidak bisa. Taktik seperti itu dijaga karena mereka tidak mau ada yang menyaingi,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, hampir 100.000 tentara Rusia ditempatkan di Crimea dan daerah perbatasan Rusia-Ukraina. Ia memperingatkan peluang besar peningkatan ketegangan pada Januari 2021. (AFP/REUTERS)