Korea Utara Tutup Telinga, Genjot Terus Rudal Balistik
Lama tak muncul, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyaksikan uji coba rudal hipersonik ketiga. Ini bisa berarti Kim sudah tidak peduli kecaman komunitas internasional dan rudal hipersonik itu sudah memuaskan.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
SEOUL, RABU — Setelah dua tahun tak muncul di depan publik, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali hadir menyaksikan dua kali uji coba rudal hipersonik. Seusai uji coba, Kim mendorong para ilmuwan militer agar menggenjot upaya membangun kekuatan militer Korea Utara, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, sekaligus memodernisasi angkatan bersenjata.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, Rabu (12/1/2022), menyebutkan, ini kali pertama sejak Maret 2020 Kim secara resmi ikut menghadiri uji coba rudal. Harian Rodong Sinmun, yang dikelola pemerintah, memasang foto-foto Kim yang sedang menyaksikan peluncuran rudal di halaman depan. ”Kehadiran Kim dalam uji coba dan muncul di halaman depan koran itu artinya sangat penting. Itu berarti Kim sudah tidak peduli dengan pandangan Amerika Serikat,” kata Direktur Eksekutif Kelompok Risiko Korea Chad O’Carroll.
Guru Besar Studi Korea Utara pada Kyungnam University di Seoul, Lim Eul-chul, menduga kehadiran Kim di uji coba rudal itu juga bisa dibaca sebagai tanda bahwa tahap pengembangan rudal hipersonik sudah memuaskan.
KCNA menyebutkan, rudal hipersonik yang diujicobakan berhasil mengenai titik sasaran sejauh 1.000 kilometer di laut lepas. Kemampuan manuver rudal hipersonik itu dilaporkan sudah jauh lebih baik pada tes terakhir tersebut. Ini merupakan uji coba rudal hipersonik Korut yang ketiga. Uji coba yang pertama pada September 2021 dan uji coba kedua pada pekan lalu.
Korea Selatan yang semula meragukan kemampuan Korut kemudian mengakui kecepatan rudal itu sudah mencapai kecepatan hipersonik. Ini juga menunjukkan ada kemajuan dari uji coba pekan lalu. Dari laporan KCNA disebutkan rudal hipersonik itu mampu terbang meluncur cepat sejauh 600 kilometer lalu tiba-tiba meliuk-liuk sejauh 240 kilometer. Rudal hipersonik bisa melesat dengan kecepatan sampai Mach 5 atau lebih dan bisa bermanuver sehingga sulit dilacak dan dicegat.
Korsel menyebutkan, rudal hipersonik Korut bisa mencapai kecepatan maksimal hingga 10 kali lebih cepat ketimbang kecepatan suara (12.348 kilometer per jam). Namun, Korsel tidak berkomentar mengenai kemampuan manuver rudal itu. Keunggulan utama senjata hipersonik itu sebenarnya bukan pada kecepatannya, melainkan pada kemampuan manuvernya yang bisa mengancam sistem pertahanan rudal.
Rusia, AS, dan China mengaku sukses menguji hipersonik. Sejauh ini Rusia yang secara umum paling berhasil mengembangkan teknologi itu. Korut juga ikut dalam kompetisi ini selama 10 tahun terakhir. Kim bahkan menempatkan rudal hipersonik sebagai program prioritas utama Korut selama lima tahun ke depan.
Tak peduli
Kim tampaknya tak peduli dengan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melarang Korut menguji coba rudal balistik dan nuklir. DK PBB telah memberlakukan sanksi terhadap program nuklir dan rudal Korut. Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland menilai uji coba rudal itu berbahaya dan tidak stabil. ”AS terbuka untuk berdialog dengan Korut, terbuka membicarakan pandemi Covid-19 dan bantuan kemanusiaan. Tetapi mereka malah menembakkan rudal,” ujarnya.
Uni Eropa mengecam uji coba rudal Korut dan menyatakan tindakan itu mengancam perdamaian dan keamanan internasional. UE mendorong Korut agar mau kembali mengambil jalan diplomasi.
Peneliti di Institut Penelitian Korea untuk Strategi Nasional, Shin Beom-chul, menduga Korut sengaja melakukan uji coba rudalnya bersamaan dengan rapat di PBB untuk memaksimalkan dampak politiknya.
Situs Deutsche Welle, 9 Januari 2022, menyebutkan, persenjataan hipersonik atau yang disebut hypersonic glide vehicles (HGVs) itu merupakan sistem persenjataan canggih menggunakan proyektil yang diluncurkan pada roket pendorong dengan kecepatan minimal lima kali kecepatan suara. Sistem ini bisa bermanuver menghindari deteksi dan upaya pencegatan. Sebenarnya sudah banyak rudal balistik yang juga bisa mencapai kecepatan hipersonik. Namun, HGVs mampu terbang rendah dan bermanuver cepat. Ini yang dianggap berbahaya.
Menurut pakar persenjataan di Studi Internasional Institut Middlebury, AS, Jeffrey Lewis, tipe HGVs yang diluncurkan Korut itu kemungkinan tipe hipersonik berbentuk kerucut yang juga dikenal sebagai ”wahana yang bisa bermanuver masuk kembali (MaRV)”. Hanya, MaRV itu bukan jenis persenjataan. Sebelumnya, Korut juga pernah menguji wahana serupa pada rudal jarak pendek Scud tahun 2017. Rudal yang diuji Korut pertama kali dipamerkan pada Pameran Pertahanan Diri di Pyongyang, Oktober 2021.
Wakil Direktur Proyek Pertahanan Rudal pada Pusat Studi Strategi dan Internasional Ian Williams mengatakan, teknologi HGVs membutuhkan teknik industri dan sains yang sangat canggih dan kemungkinan besar Korut mendapatkan bantuan dari pihak lain.
Korut juga mengembangkan persenjataan nuklir dan sudah menguji coba enam kali, terakhir pada 2017. ”Mayoritas proyek pengembangan rudal tidak membutuhkan uji coba. Ilmuwan Korut butuh lebih banyak waktu untuk merancang dan membangun, dan ternyata mereka terus melakukannya,” kata Williams. (REUTERS/AFP)