Kembali Luncurkan Rudal, Korut Catatkan Uji Coba Kedua dalam Sepekan Terakhir
Kalangan analis menilai Pyongyang dengan sengaja menggelar uji coba terbaru demi tujuan politiknya. Salah satunya adalah Pyongyang tengah berupaya menarik perhatian PBB.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, SELASA — Militer Korea Selatan mendeteksi uji coba sebuah rudal yang diduga sebagai rudal balistik di perairan ke perairan Laut Timur, Selasa, (11/1/2021) pagi. Uji coba itu adalah yang kedua dilakukan Pyongyang dalam kurun waktu kurang dari sepekan sekaligus menambah ketegangan baru di Semenanjung Korea.
”Militer kami mendeteksi rudal balistik yang diduga ditembakkan oleh Korea Utara (Korut) dari darat menuju Laut Timur sekitar pukul 07.27 hari ini,” kata Kepala Staf Gabungan Seoul dalam sebuah pernyataan.
Hal itu dikuatkan dengan pernyataan senada di Tokyo, Jepang. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengonfirmasi uji coba itu dan menyatakan kepada wartawan bahwa Korut telah meluncurkan sebuah obyek yang diduga sebagai rudal balistik. Tidak disebutkan hasil dari uji coba rudal itu.
Uji coba terbaru Pyongyang itu dilakukan saat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah bertemu di New York, Amerika Serikat. Agenda utamanya membahas uji coba oleh Pyongyang pada pekan lalu. Pemerintah Korut menyebut rudal yang diujicobakan pada tengah pekan lalu sebagai rudal hipersonik. Namun, klaim soal jenis rudal itu diragukan oleh Pemerintah Korea Selatan (Korsel).
Pyongyang tampaknya tidak menghiraukan desakan enam negara, termasuk AS dan Jepang. Mereka meminta Korut menghentikan ”tindakan destabilisasi” menjelang pertemuan tertutup DK PBB. Kishida secara langsung menyinggung desakan itu dan menyayangkan sikap keras kepala Pyongyang. ”Sangat disesalkan bahwa Korut terus meluncurkan rudal,” kata Kishida.
Empat negara lain yang mendukung seruan terhadap Korut adalah Perancis, Inggris, Irlandia, dan Albania.
Empat negara lain yang mendukung seruan terhadap Korut adalah Perancis, Inggris, Irlandia, dan Albania. Dalam seruannya, mereka meminta Korut bergabung dan terlibat dalam dialog terkait aksi uji coba-uji coba sejenis. Bergabungnya Korut dalam dialog-dialog itu berarti terbukanya peluang bagi seluruh pihak menuju tujuan bersama, yakni proses denuklirisasi penuh bagi Korut.
Kalangan analis menilai Pyongyang sengaja menggelar uji coba terbaru demi tujuan politiknya. Salah satunya adalah menarik perhatian PBB. ”Korut terus melakukan uji coba untuk mendiversifikasi persenjataan nuklirnya, tetapi sekaligus peluncuran itu dilakukan pada hari pertemuan DK PBB untuk memaksimalkan dampak politiknya,” kata Shin Beom-chul, seorang peneliti di Institut Riset Korea untuk Strategi Nasional.
Park Won-gon, seorang profesor di Universitas Ewha Womans di Seoul, menilai frekuensi pengujian uji coba itu juga menunjukkan Pyongyang tengah menarik perhatian menjelang Olimpiade Musim Dingin di Beijing bulan depan. Korut dilarang ikut ambil dalam acara Olimpiade Musim Dingin Beijing karena adanya kekhawatiran soal kondisi pandemi Covid-19 di Korut. Pyongyang juga melewatkan Olimpiade Tokyo yang kegiatannya juga tertunda pandemi. Pihak Pyongyang menuduh larangan itu sebagai hal yang sengaja dilakukan oleh kubu musuh Pyongyang.
Korut mengalami kemajuan pesat dalam teknologi militernya di masa satu dekade kekuasaan Kim Jong Un. Kim tetap bergeming di tengah sanksi internasional terkait pengembangan nuklirnya. Meskipun mengalami kesulitan ekonomi yang parah selama pandemi virus corona, Kim pada Desember 2021 mengatakan bahwa Korut bakal terus membangun kemampuan militernya.
Pada 2021, Korut yang memiliki senjata nuklir itu mengklaim telah berhasil menguji jenis baru rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, rudal jelajah jarak jauh, senjata yang diluncurkan dengan kereta api, dan apa yang digambarkan sebagai hulu ledak hipersonik. Namun, Korsel meragukan klaim hipersonik Pyongyang, dengan mengatakan bahwa uji coba Korut pada pekan lalu itu adalah kemajuan terbatas dari rudal balistik yang sudah ada sebelumnya. Uji coba itu dilakukan saat Korut menolak menanggapi seruan AS untuk kembali ke meja dialog antara Pyongyang-Washington.
Pada pertemuan penting partai berkuasa Korut bulan lalu, Kim Jong Un bersumpah untuk terus membangun kemampuan pertahanan negara itu, tanpa menyebut nama AS. Alih-alih menyinggung posisi kebijakan diplomasinya, Kim memilih fokus berbicara tentang ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi dalam pidato panjangnya.
Sejauh ini, dialog antara Washington dan Pyongyang masih terhenti, menyusul gagalnya pembicaraan antara Kim dan presiden AS saat itu, Donald Trump, pada 2019. Di masa pemerintahan Joe Biden, AS telah berulang kali menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan perwakilan Korut, sambil mengatakan akan mengupayakan denuklirisasi. Namun Pyongyang yang sejauh ini menolak tawaran itu menuduh Washington justru menerapkan kebijakan ”bermusuhan”. (AFP/BEN)