Iran Simulasi Serangan Rudal ke Reaktor Nuklir Dimona, Pesan Keras untuk Israel
Sebanyak 16 rudal jelajah dan balistik ditembakkan saat latihan militer besar-besaran Iran sepanjang pekan ini. Militer Iran menegaskan hal itu sebagai pesan bagi Israel yang berkali-kali menyatakan akan menyerang Iran.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TEHERAN, SABTU — Belasan rudal, termasuk rudal balistik darat ke darat, ditembakkan oleh pasukan Garda Revolusi Iran selama latihan militer besar-besaran yang berlangsung sejak Senin hingga Jumat (20-24/12/2021) pekan ini. Laporan kantor berita dan stasiun televisi pemerintah memperlihatkan rudal-rudal itu menghunjam sasaran yang dibuat menyerupai fasilitas reaktor nuklir Dimona, milik Israel, pada akhir latihan, Jumat (24/12/2021).
Dalam simulasi serangan itu, pasukan Garda Revolusi menembakkan belasan rudal dengan menyasar maket menyerupai fasilitas nuklir Israel, Dimona. Ini adalah pesan yang tegas dari Iran bahwa negara itu siap berperang. Pesan tegas juga disampaikan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Bagheri.
”Latihan ini dirancang untuk menanggapi ancaman yang dikeluarkan beberapa hari terakhir oleh rezim Zionis. Di dalam latihan ini, hanya sebagian dari ratusan rudal Iran yang memiliki kemampuan menghancurkan negara penyerang dikerahkan,” kata Bagheri kepada stasiun televisi pemerintah.
Komandan Korps Garda Revolusi Mayjen Hossein Salami menekankan pernyataan Bagheri. ”Latihan militer adalah peringatan serius bagi pejabat rezim Zionis. Kesalahan sekecil apa pun (yang mereka lakukan), kami akan memotong tangan mereka,” kata Salami.
Latihan militer Iran, yang dijuluki Payambar-e-Azadm atau Nabi yang Agung, dilaksanakan di tiga provinsi yang berbatasan dengan Teluk Persia, yaitu Provinsi Busher, Hormozgan, dan Khuzestan. Latihan militer itu dimulai Senin. Kekuatan laut, darat, dan udara dikerahkan dalam latihan militer tahunan ini.
Dalam latihan tersebut, militer Iran menembakkan sedikitnya 16 rudal Emad, Ghadr, Sejjil, Zalzal, Dezful, dan Zolfagar, yang bisa menjangkau sasaran berjarak 350-2.000 kilometer. Kantor berita Tasnim menyebut Garda Revolusi berhasil melatih kemampuan serangan ke pusat kendali utama dan kritis milik Pemerintah Israel, termasuk reaktor nuklir Dimona.
Ancaman balik oleh Salami terhadap Israel lebih tegas lagi ketika dia menyebut bahwa operator hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mengubah sudut peluncuran rudal agar sasaran sebenarnya bisa dijangkau. ”Jarak antara operasi yang sebenarnya dan latihan militer hanyalah pada perubahan sudut peluncuran rudal,” kata Salami.
Pemerintah Inggris mengecam keras peluncuran rudal balistik selama latihan perang di Iran tersebut. Dalam pandangan Pemerintah Inggris, tindakan itu merupakan ancaman bagi keamanan regional dan internasional. ”Kami menyerukan Iran segera menghentikan kegiatannya,” kata Departemen Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan.
Deplu Inggris juga menyatakan, penggunaan rudal jelajah dan balistik dalam latihan militer merupakan pelanggaran Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231. Dalam pandangannya, Inggris menilai Iran tidak seharusnya melakukan aktivitas apa pun terkait rudal balistik yang dirancang memiliki kemampuan membawa senjata nuklir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, menilai pernyataan Inggris sebagai campur tangan dalam persoalan pertahanan Iran.
Konsultasi AS-Israel
Pernyataan Bagheri dan Salami adalah balasan atas ancaman yang pernah disampaikan oleh Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Menteri Pertahanan Benny Gantz, dan para petinggi badan intelijen Israel, Mossad. Mereka menyatakan, Israel siap menyerang Iran sewaktu-waktu, terutama ketika perundingan program nuklir Iran di Vienna, Austria, tidak menunjukkan hasil memuaskan. Israel pun telah berkonsultasi dengan Amerika Serikat soal kemungkinan serangan militer itu.
Israel menentang rencana menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir Iran 2015 atau JCPOA, yang ditandangani oleh Iran dan beberapa negara yang kerap disebut kelompok P-5 (AS, China, Inggris, Jerman, Perancis, dan Rusia). AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump secara unilateral mundur dari kesepakatan itu tahun 2018.
Gantz mendesak negara-negara kekuatan dunia untuk tidak membiarkan Iran bermain-main dalam perundingan nuklir itu, termasuk tetap memungkinkan Iran memiliki kemampuan mengembangkan senjata nuklir.
Konsultasi terakhir antarkedua pemerintah terjadi saat Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan terbang ke Israel dan bertemu sejumlah pejabat, termasuk PM Bennett. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Emily Horne, dalam sebuah pernyataan mengakui kedua negara melakukan konsultasi yang sangat terperinci tentang situasi di Iran saat ini, termasuk tekad untuk menghadapi ancaman yang mungkin ditimbulkannya terhadap kawasan.
Horne menegaskan bahwa dalam pertemuan itu Sullivan kembali menekankan komitmen AS untuk memastikan agar Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir.
Sullivan, dalam pernyataan yang dikeluarkan Pemerintah Israel, mengatakan, pertemuannya dengan para pejabat negara itu adalah untuk mengembangkan strategi bersama dan menemukan jalan yang bisa mengamankan kepentingan AS dan Israel.
Presiden Israel Isaac Herzog di sela-sela upacara kelulusan perwira Angkatan Udara Israel, Rabu (22/12/2021), menegaskan kembali kemungkinan militernya menyerang Iran. ”Ancaman nuklir Iran harus dinetralisasi sekali dan untuk selamanya, dengan atau tanpa kesepakatan,” kata Herzog. (AP/AFP/REUTERS)