China Janji Impor Produk ASEAN Senilai 150 Miliar Dollar AS
KTT ASEAN dan China digelar tanpa melibatkan Myanmar. Dalam kesempatan itu, Presiden China Xi Jinping berjanji akan mengimpor produk berkualitas dari ASEAN senilai 150 miliar dollar AS selama lima tahun ke depan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
BANDAR SERI BEGAWAN, SENIN — Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN dan China dimulai Senin (22/11/2021) secara daring. Sejauh ini, pertemuan dalam rangka peringatan 30 tahun hubungan ASEAN dan China itu masih membahas seputar kerja sama perdagangan. China, antara lain, berjanji akan mengimpor produk berkualitas senilai 150 miliar dollar Amerika Serikat dari ASEAN.
Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) itu adalah Sultan Hasanah Bolkiah karena Brunei Darussalam merupakan ketua ASEAN untuk periode 2021. Presiden China Xi Jinping bertindak selaku tuan rumah pendamping karena KTT ini merupakan peringatan 30 tahun hubungan antara ASEAN dan China yang dimulai sejak 1991. Tak ada perwakilan dari Myanmar dalam kegiatan ini.
Dalam pidato sambutannya, Xi Jinping mengatakan, China tidak tertarik untuk menerapkan hegemoni di kawasan Indo-Pasifik. Justru, China menginginkan stabilitas kawasan dan sikap netral untuk tidak memihak blok keamanan mana pun. ASEAN merupakan prioritas diplomasi kawasan China.
Dilansir dari Global Times, Xi juga berjanji bahwa dalam lima tahun ke depan China akan mengimpor produk berkualitas dari ASEAN dengan nilai 150 miliar dollar AS, termasuk di dalamnya adalah produk pertanian.
Pada Sabtu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa relasi China-ASEAN adalah teladan untuk hubungan di kawasan. ASEAN merupakan mitra dagang nomor satu China. Pada 2020, Kementerian Perdagangan China mencatat, nilai perdagangan dengan ASEAN mencapai 742,8 miliar dollar AS.
”Kerja sama dengan ASEAN ada di semua sektor. Misalnya, Prakarsa Sabuk dan Jalan untuk membangun kereta api cepat di Indonesia dan jalur China-Laos,” ujar Wang, seperti dikutip surat kabar nasional ChinaDaily.
Sejauh ini, KTT masih membahas seputar perdagangan. Hal ini membuat Filipina masih menunggu untuk mengemukakan pendapat terkait dengan isu Laut China Selatan (LCS). China dengan prinsip pengukuran sendiri mengklaim 85 persen dari LCS yang akhirnya bersinggungan dengan kepentingan Filipina, Vietnam, dan Taiwan.
Pekan lalu, Filipina dan China bersitegang di LCS. Kapal patroli China menghadang kapal Filipina dan menembakinya dengan meriam air. Kapal Filipina itu mengangkut berbagai persediaan untuk dibawa ke salah satu atol tempat Filipina membuka posko maritim. Kedua negara bersikeras bahwa wilayah tersebut milik mereka.
”Perbuatan China ini keterlaluan. Mereka tidak berhak menurunkan kekuatan militer ke wilayah Filipina. China harus bertanggung jawab,” kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin kepada media Business World. Filipina mengirim nota protes kepada Kementerian Luar Negeri China dan Kedutaan Besar China di Manila. Belum ada tanggapan sejauh ini.
Menurut Locsin, isu ini akan dibawa Filipina ke KTT ASEAN. Filipina gerah karena China tidak mematuhi hasil keputusan Mahkamah Internasional mengenai pembagian wilayah di LCS. China mengaku keberatan Filipina secara sepihak mengadukan masalah LCS kepada mahkamah.
Pakar hukum kelautan sekaligus mantan hakim di Pengadilan Maritim Internasional, Rudiger Wolfrum, mengatakan, isu LCS tidak bisa hanya sekadar diputuskan di pengadilan. Semua negara yang bersinggungan dengan LCS mau tidak mau harus duduk bersama dan berdiskusi. (REUTERS)