Hubungan AS-China tidak akan bisa menyelesaikan semua masalah. Namun, akan lebih banyak masalah bisa diselesaikan jika hubungan Beijing-Washington stabil.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping mengikuti pertemuan bilateral melalui telekonferensi video untuk pertama kalinya pada Selasa (16/11/2021). Dari beragam isu yang dibahas, Biden antara lain menagih janji China untuk membeli lebih banyak produk Amerika Serikat.
Pertemuan selama 3,5 jam itu tidak dimanfaatkan untuk membahas inti ketegangan AS-China, antara lain militer dan teknologi. Biden-Xi malah membahas berbagai isu lain terkait politik dan perdagangan hingga Taiwan. Di masa Donald Trump hingga Biden, AS meningkatkan tekanan pada sektor teknologi China.
Xi menekankan, hubungan AS-China tidak akan bisa menyelesaikan semua masalah. Walakin, akan lebih sedikit masalah bisa diselesaikan jika hubungan Beijing-Washington tidak stabil. Hubungan AS-China diharapkan berlangsung dalam prinsip saling menghormati dan siap hidup berdampingan secara damai.
Ia juga mengatakan, sejumlah politisi AS sedang bermain api karena memanfaatkan isu Taiwan untuk menekan China. ”Jika bermain api, Anda akan terbakar,” ujarnya seraya menekankan China akan tegas apabila kelompok pendukung kemerdekaan Taiwan memprovokasi Beijing.
Soal Taiwan, Biden kembali memastikan tidak mendukung kemerdekaan Taiwan. Di sisi lain, ia menegaskan penolakan AS atas penggunaan kekerasan untuk penyatuan Taiwan dengan China.
Ia juga memanfaatkan pertemuan tersebut untuk membahas janji China membeli lebih banyak produk AS. Janji itu dibuat kala AS masih diperintah Donald Trump, presiden yang memicu perang dagang besar-besaran antara AS baik dengan para mitra maupun pesaing AS.
Pada 2020, China berjanji membeli aneka produk senilai 380 miliar dollar AS hingga akhir 2021. Sampai sekarang, belum sampai 250 miliar dollar AS dibeli Beijing dari Washington. Mayoritas komoditas pertanian dan peternakan. Sementara pembelian gas alam dan pesawat, yang termasuk dalam janji 2020, belum terwujud.
Xi meminta AS tidak memolitisasi hubungan dagang kedua negara. Xi berharap hubungan dagang AS-China terus berkembang secara stabil dan menguntungkan.
Sejumlah pihak meyakini, ketegangan perdagangan AS-China akan mereda selepas pertemuan kemarin. Pengajar Ilmu Hubungan Internasional pada Jinan University, Cheng Dingding, menyebutkan, langkah-langkah konkret untuk peredaan akan segera terwujud dalam beberapa pekan mendatang. Apalagi, AS terus mengisyaratkan peredaan ketegangan perdagangan dengan China dalam beberapa pekan terakhir.
Peneliti di Chinese Academy of Social Sciences, Gao Lingyun, mengatakan, komoditas impor dari China penting bagi upaya AS menekan inflasi dan memperbaiki rantai pasok. Beberapa pekan ini, inflasi di AS terus meningkat dan sejumlah daerah berkali-kali kehabisan persediaan aneka barang. ”Hubungan dagang AS-China di masa mendatang mungkin tidak terlalu banyak konflik dan lebih sehat kompetisinya,” ujarnya kepada Global Times.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen beberapa waktu lalu berpendapat nyaris senada dengan Gao. Yellen menyebutkan, ada hubungan sebanding antara pembatasan impor China dan inflasi AS. Jika impor China lebih mudah masuk, inflasi di AS mungkin lebih terkendali.
Sejumlah perusahaan AS juga sudah menyurati Yellen untuk menghapus pembatasan impor melalui kenaikan tarif bea masuk terhadap produk China. Mereka menuding tarif bea masuk yang tinggi berkontribusi pada kenaikan harga di AS.
Hindari Konflik
Pertemuan Biden-Xi juga kembali menunjukkan, AS-China terus berusaha mencegah konflik. ”Mereka sama-sama sadar batas tipis antara kompetisi yang meningkat dan persaingan yang tidak terkendali,” kata analis hubungan AS-Chian pada Eurasia Group, Ali Wyne.
Seorang pejabat Gedung Putih yang menolak identitasnya diungkap menyatakan, pertemuan Biden-Xi memang terutama bertujuan mengelola ketegangan AS-China. Mereka berusaha memastikan kompetisi tetap bisa berlangsung, meski amat ketat, tanpa mengarah ke konflik.
Wakil Presiden Bidang Diplomasi pada Asia Society Policy Institute Daniel Russel menuturkan, AS memang kesulitan mengelola hubungan dengan berbagai pihak. Sejak masa George Bush hingga Barack Obama, dialog AS dengan para mitranya kurang memuaskan. Kondisi semakin memburuk di masa Trump. ”Sekarang, tiap-tiap pihak merasa lebih baik dari yang lain dan berusaha mengubah satu sama lain. Para pihak meyakini pemaksaan dibanding kompromi,” kata mantan pejabat Kementerian Luar Negeri AS itu.
Dekan Institut Kajian Internasional pada Universitas Fudan, Wu Xinbo, menyebut bahwa salah besar jika AS merasa bisa berbicara dengan China dalam posisi sebagai kekuatan lebih besar. Meski demikian, ia mengatakan, pertemuan Biden-Xi menunjukkan tanda positif bagi hubungan kedua negara di masa mendatang. Pertemuan itu bisa meningkatkan kesalingpercayaan di antara kedua negara.
Kenalan lama
Biden menghadiri pertemuan itu dari Ruang Roosevelt di Gedung Putih. Ruang itu kerap dipakai untuk mengumumkan pencalonan pejabat penting di pemerintahan AS. Sementara Xi menghadiri dari Aula Timur pada Aula Agung Rakyat di Beijing, China. Aula Timur kerap dipakai China menyambut tamu kenegaraan. Xi juga mengikuti berbagai kegiatan virtual lintas negara dari ruangan itu.
Pilihan ruangan itu membuat Biden dan jajarannya terlihat berdesakan dalam ruangan kecil dengan hiasan lukisan selebar tidak sampai 1,5 meter. Sementara Xi dan jajarannya terlihat dalam ruangan megah yang dihiasi dua lukisan dengan lebar lebih dari 2 meter. Pendamping Biden mengenakan masker, pendamping Xi melepas masker.
Biden dan Xi sama-sama mencoba memulai pertemuan dengan sapaan ramah. ”Meski tidak sebaik pertemuan langsung, saya senang melihat teman lama saya,” kata Xi.
”Lain kali, saya harap kita bisa bertemu secara langsung seperti waktu kita berkeliling China. Kita menghabiskan banyak waktu berbincang dan saya harap kita bisa berbicara secara terbuka tanpa hambatan malam ini,” tutur Biden seraya menyebut komunikasinya dengan Xi selama ini tidak terlalu formal.
Biden dan Xi pertama kali bertemu secara langsung kala mereka sama-sama masih menjadi wakil presiden bagi negara masing-masing. Pada Agustus 2011, Xi menyambut Biden di Aula Agung Rakyat. Rangkaian kegiatan Biden bersama Xi di China termasuk mengikuti upacara minum teh dan bertemu pelajar. Biden kembali bertandang ke China pada 2013 dan Xi melawat ke AS pada 2015.
Selepas dilantik pada Januari 2021, Biden sudah dua kali menelepon Xi pada Februari dan September. Biden juga berkali-kali mengutus pejabat tinggi AS bertemu langsung dengan pejabat China di AS, China, dan Austria. (AFP/REUTERS)