Jelang Pertemuan Biden-Xi, Diplomat AS-China Ribut Sendiri
Menjelang pertemuan virtual Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, diplomat teras kedua negara malah ribut soal Taiwan. Pertemuan virtual ini diharapkan akan bisa mencari titik temu kerja sama dua negara.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Menjelang pertemuan bilateral secara virtual antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, para diplomat dari kedua negara itu malah ribut sendiri dan saling bertukar ancaman terkait isu sensitif Taiwan. Selain isu Taiwan, hubungan kedua negara juga masih tegang akibat isu perdagangan, hak asasi manusia, dan isu-isu lain.
Segala karut-marut persoalan di antara kedua negara adidaya tersebut diharapkan akan bisa dibahas dalam pertemuan Biden dan Xi, Senin (15/11/2021) sore waktu Washington atau Selasa pagi waktu Beijing.
Ketika membahas persiapan pertemuan bilateral itu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Jumat (12/11/2021), Menlu AS Antony Blinken sempat menyinggung soal kekhawatiran pada tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi China terhadap Taiwan. Wang berbalik memperingatkan berisikonya tindakan AS yang terlihat seperti mendukung keinginan Taiwan untuk merdeka.
AS pernah mengubah pengakuannya dari Taiwan ke China pada 1979. Namun, ada undang-undang dari kongres yang menyebutkan AS harus membantu menyediakan persenjataan untuk Taiwan agar Taipei bisa mempertahankan dirinya sendiri. Pemerintah AS selama ini bertindak hati-hati dengan tidak menunjukkan bahwa mereka mengakui Taiwan.
”Setiap kerja sama dan dukungan pada kemerdekaan Taiwan merusak perdamaian di Selat Taiwan dan hanya akan menjadi bumerang nantinya,” kata Wang kepada Blinken, Sabtu (13/11/2021).
Selama beberapa tahun terakhir, kegiatan militer China di dekat Taiwan kian gencar, termasuk pesawat militer China yang semakin sering masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Ketika China ”mengganggu” Taiwan, AS terlihat membela Taiwan. Jika dibandingkan dengan mantan Presiden AS Donald Trump, pendekatan Biden terhadap China lebih tegas.
Biden-Xi sebelumnya sudah sepakat akan bekerja sama dalam urusan penanganan perubahan iklim. Pertemuan bilateral kali ini diharapkan akan menjadi kesempatan untuk bisa mengelola kompetisi secara lebih bertanggung jawab sambil mencoba bekerja sama pada bidang-bidang yang sama-sama diminati. Hal ini penting karena hubungan AS-China sangat dinamis.
Baru pekan lalu, Xi memperingatkan kembalinya ketegangan semasa Perang Dingin di kawasan Asia Pasifik.
Biden dan Xi sudah dua kali berkomunikasi melalui telepon sejak Biden berkuasa. Keduanya juga sudah sering bertemu ketika Biden masih menjadi Wakil Presiden di masa pemerintahan Presiden Barack Obama dan pada waktu Xi masih Wakil Presiden pada pemerintahan Hu Jintao.
Biden semula berharap bisa bertemu dengan Xi pada pertemuan G-20 di Roma, Italia. Namun, Xi tak hadir dan hanya bersedia berbicara secara virtual.
Gedung Putih mengaku tidak berharap terlalu banyak pada pertemuan Biden-Xi. Ini karena Biden juga hanya akan menekankan perlunya kedua negara menetapkan pembatas agar konflik yang terjadi antar-keduanya tidak akan memperumit hubungan.
Pertemuan virtual itu diusulkan setelah Biden berkomunikasi dengan Xi melalui telepon pada September lalu. Biden mengutarakan keinginannya untuk bertemu Xi lagi. ”Kami harap hubungan China dan AS akan bisa kembali ke jalur yang benar dan stabil,” kata juru bicara Kemenlu China, Wang Wenbin, Jumat lalu.
Biden disebutkan akan berusaha memperbaiki hubungan dengan China sambil menyinggung isu-isu sensitif lain yang menjadi perhatian dan kekhawatiran masyarakat dunia. (REUTERS/AFP/AP)