Suntikan Dosis Vaksin Penguat bagi Biden dan Isu Ketimpangan Akses Vaksin
Di tengah kritik WHO yang mendesak agar AS mengalokasikan lebih banyak bantuan vaksin Covid-19 bagi negara-negara tidak mampu, Presiden AS Joe Biden menggalakkan pemberian dosis vaksin penguat bagi warga AS.
Oleh
Pascal S Bin Saju dan MH SAMSUL HADI
·5 menit baca
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (78) dan Ketua Fraksi Republik di Senat AS Mitch McConnell (79) menerima suntikan ketiga vaksin Covid-19 pada Senin (27/9/2021) waktu di Washington DC, AS, atau Rabu dini hari WIB. Keduanya menerima suntikan vaksin penguat (booster) setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Badan Pangan dan Obat-obatan (FDA) merekomendasikan suntikan penguat bagi warga berusia 65 tahun ke atas serta mereka yang bekerja di bidang medis dan di lingkungan berisiko tinggi.
”Kini saya tahu, rasanya tidak seperti (suntikan) sebelumnya, tetapi saya sudah berusia di atas 65 tahun,” ujar Biden bercanda. ”Itu sebabnya saya mendapat suntikan penguat hari ini.”
Biden mendapat suntikan pertamanya pada 21 Desember 2020 dan dosis keduanya tiga minggu kemudian pada 11 Januari, bersama istrinya, Jill Biden (70). Juru bicara Jill Biden, Michael LaRosa, menyebutkan, Ibu Negara Jill Biden juga telah menerima suntikan dosis penguat Pfizer di Gedung Putih pada Senin sore waktu setempat.
Biden mendukung pemberian dosis suntikan penguat sejak musim panas lalu saat negaranya mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat varian delta. Sebagian besar kasus Covid-19 terus bertambah di kalangan warga yang belum divaksinasi. Badan pemerintah merujuk pada bukti di Israel dan studi-studi awal yang menunjukkan bahwa perlindungan dari kasus Covid-19 meningkat drastis berkat suntikan dosis ketiga vaksin Pfizer.
Namun, upaya agresif AS untuk memberikan suntikan penguat, ketika banyak negara miskin di dunia belum mampu memvaksin warga mereka yang paling rentan sekalipun, memantik kegusaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok-kelompok penyalur bantuan. WHO dan sejumlah badan amal dunia mendesak AS untuk menghentikan sementara suntikan ketiga agar vaksin yang dialokasikan untuk dosis ketiga itu disalurkan untuk vaksinasi global.
Biden mengungkapkan, AS saat ini membeli tambahan 500 juta dosis vaksin Pfizer—sehingga total menjadi 1 miliar dosis pada tahun depan—untuk didonasikan ke negara-negara miskin.
Presiden ke-46 AS itu menepis kritik yang diarahkan kepada negaranya bahwa AS seharusnya mendistribusikan bantuan vaksin yang lebih banyak ke seluruh dunia sebelum menggalakkan suntikan penguat di dalam negeri. ”Kami sudah menolong. Kami memberi (bantuan vaksin) lebih banyak dari gabungan bantuan vaksin seluruh negara,” ujarnya.
Di belahan lain dunia, yakni Afrika bagian selatan, Botswana sampai sekarang belum juga memulai program vaksinasinya meski sudah dijanjikan sekitar 20.000 dosis vaksin Pfizer melalui mekanisme Covax. Negara-negara miskin lain, seperti Rwanda dan Togo, juga menerima vaksin yang masih sedikit, yakni hanya 100.000 dosis. Libya, negara lain di Afrika utara, baru menerima 55.000 dosis.
Bukan hanya di negara-negara miskin, di AS sendiri juga masih banyak warga yang belum divaksin, termasuk mereka yang menolak vaksinasi. Hampir 25 persen warga AS berusia 12 tahun atau lebih yang telah memenuhi syarat belum divaksinasi sekalipun suntikan dosis pertama.
Di kalangan kelompok tersebut terjadi lonjakan penularan dan kematian akibat Covid-19 varian Delta. Pandemi telah menewaskan 688.000 orang di AS sejak pandemi dimulai awal 2020.
Penerima suntikan penguat
Setelah mendapat vaksinasi dosis penguat tersebut, Biden dan McConnell menyerukan kepada semua warga AS untuk divaksinasi dengan dosis penguat. Seruan itu disampaikan kepada setiap orang Amerika yang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkannya.
Orang-orang yang layak mendapat suntikan ketiga adalah mereka yang telah divaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer-BioNTech enam bulan sebelumnya. Selain itu, juga orang-orang yang berisiko tinggi atau rentan tertular Covid-19 karena pekerjaan mereka.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, pekan lalu, mendukung pemberian dosis tambahan vaksin Pfizer-BioNTech untuk warga berusia 65 dan lebih tua. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum mempertimbangkan pengajuan izin Moderna sebagai dosis suntikan penguat. Adapun pembuat vaksin lainnya, Johnson & Johnson, belum mendaftar untuk dijadikan vaksin penguat.
Biden mengatakan, sebanyak 60 juta orang sekarang memenuhi syarat untuk mendapatkan dosis ketiga. Dia juga mengulangi seruannya kepada lebih dari 70 juta orang Amerika yang belum mendapat satu dosis pun agar segera mengikuti program vaksinasi.
CDC mengatakan, sekitar 2,66 juta warga AS telah menerima dosis penguat dengan vaksin Pfizer sejak medio Agustus 2021. Sekitar 100 juta orang lagi telah divaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer.
Kasus di negara lain
Berbeda dari CDC di AS, badan serupa di Uni Eropa belum menyetujui pemberian dosis suntikan penguat. Badan Obat-obatan Eropa atau EMA, Senin (27/9/2021), menyebutkan bahwa mereka masih mengevaluasi apakah satu dosis penguat dengan vaksin Covid-19 buatan Moderna dapat diberikan paling tidak enam bulan setelah suntikan kedua bagi warga berusia di atas 12 tahun.
Pekan lalu, EMA menyatakan ingin mengambil keputusan pada awal Oktober mendatang soal apakah mereka akan mendukung pemberian suntikan penguat dengan vaksin Pfizer-BioNTech. Proses evaluasi atas kemungkinan pemberian vaksin penguat Pfizer telah berlangsung hampir sebulan.
”Meskipun EMA dan ECDC (Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa) tidak menganggap kebutuhan pemberian dosis penguat vaksin Covid-19 mendesak untuk diberikan pada masyarakat umum, EMA masih mengevaluasi pendaftaran yang diajukan saat ini guna memastikan bahwa ada bukti yang mendukung perlunya pemberian dosis tambahan,” demikian pernyataan EMA.
Banyak negara UE telah memutuskan untuk memberikan dosis penguat meski dihadapkan pada ancaman tuntutan hukum karena pemberian dosis penguat itu belum mendapat persetujuan resmi dari EMA.
Di Asia, Korea Selatan mulai menawarkan pemberian dosis penguat bagi warga berusia 75 tahun. Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA) Jeong Eun-kyeong, Senin (27/9/2021), mengatakan bahwa dosis penguat awal dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna akan diberikan bagi warga yang memiliki sistem imunitas lemah atau dianggap dalam kondisi risiko tinggi, seperti warga lanjut usia serta penghuni dan staf panti jompo.
Korsel berjuang mengendalikan gelombang keempat penularan Covid-19 sejak awal Juli lalu. Negara itu menargetkan peningkatan vaksinasi hingga mencapai imunisasi lengkap bagi 90 persen warga berusia 60 tahun ke atas dan 80 persen warga berusia 18-59 tahun pada akhir Oktober mendatang.
Lebih dari 91 persen warga berusia 60 tahun ke atas saat ini telah menerima setidaknya satu dosis vaksin. Adapun warga berusia 18 tahun ke atas, sebanyak 86,3 persen di antaranya telah mendapatkan suntikan dosis pertama.
Pada Minggu (26/9/2021), Korsel melaporkan 2.383 kasus baru Covid-19. Kini, negara itu mencatat total 303.553 kasus, sebanyak 2.456 orang di antaranya meninggal. Kendati kenaikan kasus harian di Korsel tinggi, angka kematian dan angka tingkat keparahan akibat Covid-19 di negara itu relatif rendah, yakni berkisar pada 0,18 persen tingkat kematian dan 319 kasus parah.
Hal itu tak lepas dari gencarnya vaksinasi. Hingga Minggu (26/9/2021), sekitar 74,2 persen dari 52 juta warga Korsel telah mendapat sedikitnya satu dosis vaksin, dan lebih dari 45 persen warga telah memperoleh vaksinasi lengkap. (AFP/REUTERS/AP)