Ketidakadilan Distribusi Vaksin, Afrika Korban Terparah Nasionalisme Vaksin
Para pemimpin Afrika memohon agar diberikan kesempatan membeli vaksin bagi rakyat mereka. Negara-negara kaya, seperti Perancis, AS, China, Jepang, dan UE, akan menggandakan distribusi vaksin ke negara-negara miskin.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berkali-kali mengecam ketidakadilan distribusi vaksin di negara kaya dan miskin. ”Saya tidak akan tinggal diam jika perusahaan-perusahaan dan negara-negara pengendali suplai vaksin berpikir bahwa negara-negara miskin sudah bisa tercukupi dengan vaksin sisa,” ujarnya.
Pernyataan keras dari Ghebreyesus tersebut menyuarakan aspirasi para pemimpin Afrika yang memohon agar diberikan kesempatan untuk membeli vaksin bagi rakyat mereka. Permintaan ini disampaikan saat pertemuan Uni Afrika, awal bulan ini.
Benua Afrika yang beranggotakan 53 negara dengan jumlah populasi hingga 1,3 miliar jiwa itu hanya memiliki 10 dosis vaksin untuk setiap 100 orang. Sementara AS dan Kanada dengan jumlah populasi sekitar 368 juta jiwa memiliki 120 dosis vaksin untuk setiap 100 orang.
Negara-negara berkembang mengingatkan negara-negara kaya agar tidak menimbun vaksin. Apalagi dengan munculnya varian baru Covid-19 yang lebih berbahaya.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuding solidaritas internasional sudah gagal karena dunia sengaja membiarkan negara-negara miskin tak kebagian vaksin. Ditambah lagi sekarang mulai ada rencana untuk memberikan vaksin ketiga di sejumlah negara kaya.
”Negara-negara kaya menimbun vaksin yang bisa menyelamatkan nyawa, sementara negara-negara miskin harus menunggu sisa-sisanya. Sikap egois seperti itu tak bisa dibenarkan,” kata Duterte dalam pidatonya di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Negara-negara kaya menimbun vaksin yang bisa menyelamatkan nyawa, sementara negara-negara miskin harus menunggu sisa-sisanya.
Berdasarkan data kantor berita Reuters dari berbagai negara, sekitar 35 persen orang di dunia ini sudah mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin dan jumlah itu datang dari negara-negara kaya. Sekitar 28 persen warga dari Eropa dan Amerika Utara. Sebaliknya, tingkat vaksinasi di Haiti dan Republik Demokratik Kongo, misalnya, baru 1 persen.
Presiden Ghana Nana Akufo-Adda mengeluhkan bahwa Benua Afrika menjadi korban paling parah dari nasionalisme vaksin. Sedikitnya 900 juta warga Afrika masih membutuhkan vaksin.
Presiden Kolombia Ivan Duque mendorong agar vaksin didistribusikan secara merata untuk menghindari munculnya varian Covid-19 yang baru dan lebih berbahaya. ”Kekebalan global membutuhkan solidaritas. Kalau (vaksin) ditimbun, (kekebalan global) tidak akan tercapai,” kata Duque.
Sejumlah negara sudah menyimpan jumlah vaksin 6-7 kali lipat dari jumlah populasinya dan akan memulai pemberian vaksin ketiga. Padahal, masih banyak negara yang bahkan belum vaksin sama sekali.
Komitmen negara kaya
Guna mengatasi ketimpangan vaksinasi tersebut, sejumlah negara kaya berkomitmen menambah jumlah vaksin yang akan diberikan kepada negara-negara miskin. Perancis, misalnya, berkomitmen menggandakan jumlah vaksin bagi negara-negara miskin dari yang semula 60 juta dosis menjadi 120 juta dosis.
Adapun AS berkomitmen membantu hingga 1,1 miliar dosis, Uni Eropa 500 juta dosis, China dua juta dosis pada akhir tahun ini, dan Jepang 60 juta dosis melalui program Covax.
”Di belahan dunia lain terjadi ketidakadilan. Vaksinasi sangat terlambat. Kita harus bergerak lebih cepat dan lebih kuat,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron, dalam rekaman video yang disiarkan dalam konser amal Global Citizen Live, Sabtu (25/9/2021), di Paris, Perancis.
Macron menjelaskan, Perancis akan bekerja sama dengan Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) guna membantu negara-negara Afrika menjalankan program vaksinasi Covid-19. Paris juga akan mengalihkan sekitar 20 persen dana khusus yang diterima dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk alokasi proyek-proyek pemulihan ekonomi negara-negara Afrika.
”Jika semua negara besar melakukan hal yang sama, bisa tergalang bantuan sampai 100 miliar dollar AS untuk Afrika,” ujar Macron.
Presiden AS Joe Biden mengakui bahwa penanganan pandemi Covid-19 memang membutuhkan partisipasi semua orang, terutama negara-negara berpendapatan tinggi untuk memberikan bantuan vaksin. Sementara Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan, negaranya sudah banyak membantu memberi vaksin kepada negara-negara paling membutuhkan. Selain itu juga ke negara-negara di Asia, di luar program Covax.
Jepang memberikan sebagian besar pasokan vaksin yang diproduksi di dalam negeri yang dikembangkan AstraZeneca Plc. Tokyo lebih banyak menggunakan vaksin impor tipe mRNA dari Pfizer Inc dan Moderna Inc. Sekitar 55 persen dari jumlah penduduk negara itu sudah divaksin.
ONE Campaign, organisasi nonprofit yang menangani kemiskinan dan kesehatan masyarakat, menyebutkan bahwa bantuan vaksin dari AS tidak akan cukup karena akan ada sekitar 2,3 miliar jiwa yang belum divaksin hingga September tahun depan. ”Seluruh dunia sudah sepakat dan membuat rencana untuk mengupayakan vaksinasi bagi 70 persen penduduk dunia,” sebut pernyataan tertulis dari Kepala Eksekutif sementara di ONE Campaign, Tom Hart. (REUTERS/AFP/AP)