Lawan Kebakaran Lahan, Masyarakat Adat AS Ingin Kembalikan Tradisi Memerun
Masyarakat adat Amerika Serikat punya tradisi memerun atau membakar lahan secara terseleksi dan terkendali. Cara ini dianggap merusak alam. Belakangan, sejumlah pihak menilai cara itu melindungi hutan dan lahan,
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Praktik memerun tidak hanya dilakukan di Indonesia. Bagi masyarakat adat di Amerika Serikat, memerun atau membakar lahan secara terseleksi dan terkendali merupakan bagian penting untuk memelihara keseimbangan alam. Akan tetapi, pelarangan tradisi ini oleh pemerintah federal mengakibatkan kepadatan lahan hutan yang dianggap justru memperbesar risiko kebakaran hutan dan lahan setiap tahun.
”Masyarakat adat nyaris tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan kelangsungan ekosistem. Padahal, masyarakat adat adalah orang-orang yang hidupnya langsung bergantung dari alam. Dan mayoritas warga yang kehilangan rumah serta pertanian akibat kebakaran adalah kami (masyarakat adat),” kata Margo Robbins, tetua adat masyarakat Yarok, kepada Yahoo News, Rabu (25/8/2021). Masyarakat Yarok tersebar di Negara Bagian Oregon dan Washington, pesisir barat Amerika Serikat (AS).
Robbins menjelaskan, sistem memerun di masyarakat adat tidak dilakukan setiap kali hendak membuka lahan. Dalam persepsi Pemerintah Federal AS, memerun selalu diasosiasikan dengan membakar lahan setiap kali membuka ladang baru.
”Memerun bagi kami memiliki jadwal spesifik. Jadwal ini bisa diubah sesuai dengan perubahan kondisi alam. Lokasi pembakaran juga tidak selalu sama,” papar Robbins.
Ia mencontohkan, bagi suku Yarok, biasanya hutan yang ditumbuhi pohon hazel (Corylus) diperun setiap tiga atau lima tahun. Lahan yang ditumbuhi pohon ek (Quercus) diperun setiap sepuluh tahun. Baik hazel maupun ek merupakan tanaman pangan sekaligus untuk membuat benda-benda kebutuhan harian masyarakat adat.
Memerun dengan jadwal yang ditentukan itu berguna untuk membersihkan pohon-pohon mati, kayu tua, dan semak belukar. Di samping itu, nutrisi tanah juga diremajakan kembali sehingga tanaman-tanaman tersebut menjanjikan hasil panen yang berlimpah.
Robbins mengungkapkan, ia bersama jaringan masyarakat adat tengah mendekati Pemerintah Federal AS untuk membuka kembali izin memerun. Apalagi, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, praktik memerun semakin bisa disesuaikan dengan kondisi lahan.
Penjelasan senada juga dikemukakan oleh Don Hankins, dosen geografi dan planologi di Universitas Negeri California, Chico. Api sepanjang sejarah manusia selalu menjadi bagian dari pelestarian alam. Kuncinya adalah mengetahui waktu yang tepat dan teknik memerun yang benar.
”Sejak praktik memerun dilarang pemerintah federal dari tahun 1903, hutan-hutan dipadati pohon dan semak secara tidak sehat. Ketika musim panas yang diiringi angin dan petir, hutan ini mudah terbakar karena kayu dan semak ini adalah bahan bakar yang membuat api cepat menyebar,” ujarnya. Masalah ini ditambah dengan jumlah manusia yang bertambah dan wilayah jalur kebakaran alami yang kini berubah menjadi permukiman.
Setiap tahun, kebakaran hutan dan lahan di AS semakin luas persebarannya. Pada 2021, menurut surat kabar LA Times, di Negara Bagian California saja terjadi lima kebakaran besar. Terbesar adalah kebakaran Dixie yang telah menghanguskan lahan seluas 3.037 kilometer persegi. Baru 41 persen dari sebaran api yang bisa dikendalikan.
Kebakaran Caldor di California bagian utara telah melahap 582,5 kilometer persegi lahan. Kebakaran ini sudah berlangsung selama 12 hari dan baru 10 persen yang bisa dipadamkan. Sebanyak 41.000 warga setempat diminta bersiap meninggalkan wilayah menuju tempat-tempat pengungsian.
Meskipun memerun dilarang oleh pemerintah federal, sejumlah pemerintah negara bagian giat bersinergi dengan masyarakat adat untuk melakukan pembakaran terkendali. Salah satu contohnya di wilayah Taman Nasional Sycan Marsh di Oregon. Area ini masuk ke dalam jalur api kebakaran Bootleg yang total telah menghanguskan 1.671 kilometer persegi lahan.
Namun, jagawana dan masyarakat adat Klamath secara berkala selama 15 tahun terakhir memerun sejumlah lokasi di Sycan Marsh. Hasilnya, taman nasional seluas 121,4 kilometer persegi ini tidak terkena api Bootleg.
”Api berhenti di batas luar taman nasional karena tidak ada yang bisa mereka bakar di sekeliling Sycan Marsh,” kata Katie Sauerbrey, pengawas pembakaran terkendali jagawana taman nasional itu.
Pendekatan serupa juga dilakukan Dinas Sumber Daya Alam Negara Bagian Washington. Hutan-hutan di wilayah itu juga masuk jalur kebakaran Dixie, terutama di wilayah timur laut Negara Bagian Washington.
Oleh sebab itu, pemerintah daerah rutin memerun dengan mengajak masyarakat adat serta para pemilik lahan di sekitar lokasi titik-titik api alami. Dilansir dari media Oregon Public Broadcasting, Dinas SDA Washington berencana memerun lahan seluas 283,3 kilometer persegi setiap tahun selama 20 tahun ke depan.