Kebakaran hutan di wilayah Amerika Serikat barat masih terjadi dan ini akibat dari musim kering serta gelombang panas karena terjadinya perubahan iklim.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
BLY, JUMAT —Kebakaran hutan terparah di Amerika Serikat masih berkobar di wilayah Oregon selatan, Jumat (23/7/2021), dan meluas hingga berisiko mengancam kawasan permukiman di California. Upaya pemadaman kebakaran tak gencar di malam hari untuk memberi kesempatan sebagian anggota tim pemadam kebakaran istirahat. Kecepatan angin juga tak terlalu kencang di malam hari sehingga api lebih mudah dipadamkan.
Di Montana, lima petugas pemadam kebakaran dilarikan ke rumah sakit setelah badai petir dan angin kencang membuat api yang kian berkobar menyambar mereka. Kelima petugas pemadam kebakaran itu tengah bertugas di medan yang curam di kawasan Devil’s Creek seluas 525 hektar yang berada di dekat daerah perdesaan Jordania. Juru bicara Biro Manajemen Pertanahan Amerika Serikat, Mark Jacobsen, menjelaskan, tim pemadam kebakaran terluka pada saat sedang membangun garis pertahanan, tetapi tiba-tiba tidak diduga cuaca berubah.
Kebakaran hutan yang terjadi di wilayah AS barat ini sulit dikendalikan karena musim kemarau yang sangat kering dan gelombang panas yang terjadi akhir-akhir ini akibat perubahan iklim. Perubahan iklim sudah membuat wilayah barat menjadi lebih panas dan kering dalam 30 tahun terakhir. Cuaca akan menjadi semakin ekstrem sehingga dikhawatirkan kebakaran hutan akan lebih sering terjadi dan jauh lebih merusak.
Sedikitnya 70 rumah atau kabin di tengah hutan terbakar di kawasan hutan Oregon dan warga yang tinggal di 2.000 rumah yang lain sudah diminta untuk segera mengungsi. Masih ada 5.000 rumah lagi yang dikhawatirkan akan terjebak di tengah kobaran api. Semua warga yang berada di jalur kobaran api diminta untuk segera meninggalkan rumahnya karena angin bergerak dengan kecepatan 16 kilometer per jam.
”Warna langit merah menyala. Kita seperti sedang berada di Mars,” kata Sayyid Bey (45), salah seorang warga Oregon yang mengungsi bersama istri dan ketiga anaknya yang berusia 6, 11, dan 12 tahun.
Angela Goldman dari bagian informasi tim pemadam kebakaran menyebutkan, angin kencang ini yang tidak bisa diduga, apalagi dengan musim kemarau yang memudahkan api membesar. Kebakaran yang terjadi akibat sambaran petir tercatat melaju sekitar 6 kilometer setiap hari. ”Sampai sekarang kami masih memantau kalau ada perubahan arah dan kecepatan angin karena faktor angin ini yang menantang,” ujarnya.
Kebakaran hutan ini terjadi awalnya karena sambaran petir pada 4 Juli lalu di Alpine, lalu api membesar dan meluas hingga menghancurkan sedikitnya 10 bangunan dan memaksa warga di lebih dari 2.400 rumah mengungsi. Pat Seekins, Kepala Seksi Operasi untuk Tim Manajemen Insiden di Rocky Mountain, mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan 1.300 anggota pemadam kebakaran. ”Api membesar cepat dan dalam waktu singkat melalap 26 kilometer kubik. Ini tidak mudah,” ujarnya.
Wilayah Nevada sudah menyatakan status darurat dan menyiapkan tempat-tempat pengungsian sementara bagi warga. Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California menambah 12 pesawat pemadam kebakaran sehingga jumlahnya sudah mencapai sekitar 60 pesawat dan helikopter.
Badan Layanan Cuaca Nasional di Medford memperkirakan kecepatan angin stabil dan akan mendorong api ke arah utara dan timur hingga sekitar 24 kilometer dengan kecepatan angin 25 kilometer per jam. Ada kemungkinan 15 persen akan terjadi badai petir di daerah sekitar Klamath dan Hutan Nasional Fremont-Winema.
Teknologi baru
Ketika kebakaran hutan akibat kekeringan dan angin menjadi semakin membahayakan di seluruh wilayah AS barat selama beberapa tahun terakhir, tim pemadam kebakaran berusaha mempersiapkan diri lebih baik. Mereka memanfaatkan teknologi baru dan mengelola sumber daya dengan lebih baik agar bisa mencegah bencana kebakaran besar seperti di California tahun lalu.
Teknologi baru yang digunakan termasuk memakai pemodelan komputer perilaku kebakaran baru yang bisa membantu mengukur risiko sebelum kebakaran terjadi, kemudian memproyeksikan jalur dan perkembangannya. Jika cuaca kritis bisa diprediksi, akan bisa disiapkan kendaraan pemadam kebakaran, buldoser, pesawat terbang, helikopter, dan kru dengan lebih cepat.
”Dengan pemodelan komputer itu, bisa dibuat prediksi harian untuk membantu perencanaan,” kata juru bicara Badan Pemadam Kebakaran California (Cal Fire), Lynne Tolmachoff.
Teknologi ini telah membantu Cal Fire menahan setidaknya rata-rata 95 persen kobaran api di lahan seluas 4 hektar. Tim pemadam kebakaran federal juga melacak seberapa kering vegetasi di daerah tertentu, lalu menempatkan kru dan peralatan sebelum badai petir. Untuk bisa memantau api, menara pengawas kebakaran yang berada di daerah terpencil kini dipasangi kamera dengan kecerdasan buatan yang mampu membedakan antara gumpalan asap dan kabut pagi. Sekitar 800 kamera dipasang di kawasan hutan di California, Nevada, dan Oregon. Dari hasil pengamatan ini, semua tindakan bisa direncanakan sebelum tim sampai di lokasi.
Pesawat tanpa awak milik Garda Nasional atau Angkatan Udara AS juga dikerahkan terbang di atas lokasi kebakaran pada malam hari serta memanfaatkan citra panas untuk memetakan titik panas dan jalur apinya. ”Untuk mengendalikan kebakaran, harus pakai teknologi seperti ini,” kata guru besar di Pomona College, California, dan pakar kebijakan kebakaran hutan, Char Miller.
Teknologi seperti ini bisa membantu membuat keputusan mengenai pengelolaan hutan, perencanaan infrastruktur, dan persiapan untuk kebakaran hutan, banjir, tsunami, dan tanah longsor. Namun, pakar ekologi kebakaran Richard Minnich tidak yakin teknologi secanggih apa pun akan bisa mengendalikan api. ”Tidak mungkin bisa mengendalikan api,” ujarnya.
Kepala Persatuan Pemadam Kebakaran untuk Keselamatan, Etika, dan Ekologi Timothy Ingalsbee menilai pemadam kebakaran perlu mengadopsi pendekatan baru saat menghadapi kebakaran hutan. Ia menilai lebih baik membangun lebih banyak rumah tahan api dan mencurahkan sumber daya untuk melindungi masyarakat yang terancam sambil membiarkan api berkobar di sekitar mereka. (AP/REUTERS)