Peningkatan kasus kebakaran hutan memicu kenaikan emisi karbon dioksida (CO2) secara signifikan. Hal itu mengakibatkan target Kesepakatan Paris terkait iklim untuk menjaga kenaikan suhu di Bumi di jauh bawah 2 derajat celsius lebih sulit tercapai.
”Kita tak bisa mengabaikan emisi dari kebakaran hutan, apalagi kebakaran hutan terjadi intensif,” kata Ramon Vallejo, ahli ekologi kebakaran dari Universitas Barcelona, Kamis (15/11/2018).
Meski perkiraan masih belum pasti, namun sejumlah pakar memperkirakan, kebakaran hutan menyumbang 20 persen dari total emisi gas rumah kaca. Bahkan, kontribusi kebakaran hutan terhadap total emisi bisa meningkat hingga mencapai 30 persen akhir abad ini tetapi itu tergantung pada perubahan iklim.
”Kebakaran hutan memicu pengurangan hutan yang menyerap karbon dioksida sekaligus menghasilkan emisi gas rumah kaca,” kata William Lau, ilmuwan atmosfer dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), di Marryland.
Kebakaran hutan memicu pengurangan hutan yang menyerap karbon dioksida sekaligus menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Studi di awal tahun ini telah menemukan, emisi gas rumah kaca akibat kebakaran hutan menurun dalam 80 tahun terakhir meski tidak signifikan. Hal itu seiring dengan konversi atau alih fungsi kawasan hutan dan padang rumput dalam beberapa dekade terakhir ini.
Intensitas meningkat
Para ahli menyatakan, intensitas dan luas kawasan hutan yang dilanda kebakaran terus meningkat. Itu menjadi kekhawatiran para ahli karena bisa meningkatkan emisi karbon dioksida. Menurut data Badan Energi Internasional, total emisi karbon dioksida secara global mencapai 32,5 miliar ton tahun lalu.
Para pakar memperkirakan, kebakaran hutan di California tahun lalu telah menghasilkan emisi karbon dioksida dalam sepekan dalam jumlah sama dengan emisi yang dihasilkan semua kendaraan di negara itu dalam setahun. Itu membuat para ahli lingkungan di Amerika Serikat khawatir level emisi karbon dioksida membahayakan target penurunan emisi.
Selain California dan Australia, kebakaran hutan juga terjadi di sejumlah negara. Awal tahun ini, di Yunani terjadi kebakaran hutan paling mematikan sejak tahun 1900 dengan 91 orang meninggal. tahun lalu, di Portugal dan Spanyol, hampir 70 orang meninggal dunia akibat kebakaran hutan ekstrem.
Kebakaran hutan di Swedia tahun ini merupakan contoh kasus ekstrem lainnya. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO), kebakaran melanda 30.000 hektar kawasan hutan di Swedia dan memicu mekanisme respons darurat di Uni Eropa.
Sementara di Indonesia, menurut PBB, kebakaran hutan pada September dan Oktober 2015 lalu menghasilkan 11,3 teragram karbon dioksida per hari. Sebagai perbandingan, setiap hari, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil di Uni Eropa 8,9 teragram.
Studi terbaru menemukan, hutan-hutan di Bumi kini terbakar dengan tingkat kebakaran tak pernah terlihat 10.000 tahun terakhir. Studi lain dipublikasikan di Nature Communications menyimpulkan, jika suhu global naik 3 derajat celsius, kebakaran hutan di Eropa mediterania meningkat 100 persen. Kenaikan suhu 1,5 derajat celsius mengakibatkan kenaikan kejadian kebakaran hutan 40 persen.